001

14.5K 475 5
                                    

" uhukkk.. Uhukk.." suara serak Prilly terdengar.
janjinya pada Ali harus di tepati dengan menonton pertandingan basket pria itu.
Sebenarnya ia masih nerasa tak enak badan mengingat kejadian kemarin yang membuatnya jatuh terkapar hingga pingsan selama 8 jam.

" Pril, gue ikutan ya! Gue mau dukung calvin" suara kecil Tia terdengar di telinganya. Sambil memegang dada yang panas, ia pun mengangguk tanda setuju.

Sampai mobil, Prilly langsung duduk di jok belakang dan tepar di sana.
Sementara Tia menyetir mobil, Prilly memanfaatkan waktu untuk tidur sejenak memulihkan badannya yang serasa remuk semua.

Bagi Tia, tak masalah ia harus menjadi sopir Prilly sementara. Setidaknya itu bisa mengeratkan perasahabatan mereka.

" Prill.. Prilly bangun!" panggil Tia takut. Di depannya, ada segerombolan anak motor berkerumun mengintrupsi mereka agar keluar. Tadi tak sengaja Tia menyenggol salah satu dari mereka yang menyebabakan mereka marah seperti ini.
" PRILLY BANGUN!!"

Akhirnya, Tia bisa bernapas lega. Gadis itu mulai mengerjapkan matanya sementara di luar, anak motor itu masih saja setia menggedor jendela.

" Ada apa Tia?" tanya prilly bingung. Kesadarannya kini mulai terkumpul.

"Gue nggak sengaja nyenggol salah satu dari mereka.Jadi,kaya gini deh!" jelas Tia dengan suara gemetar.Terlihat sekali gadis itu ketakutan.

"Biar gue yang keluar.Gue kenal mereka!" ujar prilly.Dia membuka kenop pintu mobil lalu keluar dengan santai.Seakan benar-benar kenal.

" Oh Prilly. Lo kenapa nggak nonton pertandingan?" tanya Jiro.

Di dalam, Tia hanya bisa bernapas lega. Anak motor itu tidak melukai sahabatnya.

" gue lagi OTW! tapi lo hadang!" jawab Prilly.
" lo berangkat sama gue aja. Ali udah nungguin lo dari tadi!" Ajril ikut nimbrung.

Prilly berpikir sejenak. Kemudian ia nengangguk. Tidak ada salahnya ia ikut Ajril, Ali sudah menungguny. Itu tandanya pria itu berharap akan kedatangannya.

" Tia! Gue bareng Ajril ya.. Ali udah nunggu gue!" ucap prilly lewat kaca jendela.

Melihat anggukan pelan dari Tia, Prilly segera naik menuju motor merah Ajril. Teman- teman Ajril seperti, Jiro, Tio, dan Riko mengintrupsi Tia agar mengikutinya.

Walaupun Tia sudah tahu anak-anak itu baik, namun tidak bisa di lungkiri rasa takut akan keselamatan dirinya.

Sesampainya di sana, Prilly langsung menuju ruang ganti yang tidak jauh dari tempatnya berdiri.

Saat di tengah jalan, ternyata keberuntungan tidak memihak padanya.

Entah mengapa tiba- tiba saja dadanya sangat panas. Nafasnya tercekat seperti tidak ada ijin untuk bernapas.

" Ali..." lirihnya pelan. Di rasakan tubuhnya lunglai tak berdaya.

" sayang.." Prilly tersenyum mendengar suara itu. Suara berat Ali seakan meyuntikkan semangat.

Walaupun badannya terasa lemas, ia tetap harus tetap semangat demi Ali.

Perlahan ia menghembuskan napas. Kini pernapasannya kembali normal. Dalam hati, ia berdo'a agar si beri kekuatan dan semangat mengikuti kegiatan ini demi Ali.

" hai.." sapa Prilly.
Ali yersenyum sumringah. Ia membantu Prilly kemudian menuntunnya menuju banngku pemain depan sendiri.

" kamu nggak papa kan? Muka kamu pucet" Ali bertanya sambil menaruh tangannya di kening prilly.

" Aku nggak papa kok. Kamu kapan main?" tanya Prilly.

Ali tersenyum. Prilly selalu bisa membuatnya senang dan semangat. Lerlahan di rengkuhnya gadis itu lembut le dalam pelukannya.

" Nanti, aku mau nemenin kesayangan dulu." goda Ali sambil mengelis rambut prilly penuh kasih.

Di dalam dada, wajah prilly nampak merah padam. Malu atas perlakuan spesial Ali padanya di depan umum.

" jangan kaya gitu..." rengek prilly.
Ali terkekeh. Ia mencium puncak kepala prilly lembut.

" Kamu kesini sama siapa?" tanya Ali.
Prilly mendongak sambil tersenyum. " sama Ajril..."

Duo CaptainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang