#8

82 5 0
                                    

Adeera POV

Gue menekan tombol flush toilet. Saat baru saja tangan gue ingin menggapai pintu toilet, handphone yang gue taroh di saku seragam tiba-tiba bergetar menandakan ada sms masuk. Gue merogoh saku dan membaca pesan yang masuk.

Dari Niko, batin gue.

Gue tersenyum simpul setelah mendapatkan balasan dari Niko

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Gue tersenyum simpul setelah mendapatkan balasan dari Niko. Saat gue baru aja naroh kembali handphone gue ke dalem saku, suara teriakan cewek-cewek terdengar memekakkan telinga. Gue langsung nutup telinga gue refleks, suara teriakan cewek-cewek tadi tiba-tiba digantikan dengan sapaan cowok yang samar-samar. Gue mengernyitkan dahi saat mulai paham kalau ternyata ada cowok yang masuk ke dalem toilet cewek.

"Ngapain sih lo disini? Ternyata penyakit lo dulu belom sembuh ya?" tanya seorang cewek.

"Tau. Gue aduin ke cewek lo ya entar," ancam seorang cewek lainnya. Gue dapat dengar cowok itu cuman terkekeh kecil.

"Elah, gitu doang," ucap cowok itu sambil tertawa kecil.

Gue langsung membeku seketika, gue bahkan merasa darah gue tiba-tiba berhenti ngalir. Gue yakin kalau gue bercermin pasti gue bisa ngeliat kalau muka gue tiba-tiba pucat pasi.

Hanya karena suara itu.

Dengan tangan yang bergetar, gue mulai membuka pintu bilik wc yang gue gunakan dengan perlahan. Suara decitan engsel pintu terdengar begitu nyaring membuat semua orang di dalam toilet cewek terdiam dan menoleh ke arah bilik yang gue gunakan. Dengan hati yang was-was gue mulai melangkah maju dan menemukannya di sana. Dengan wajah yang langsung pucat pasi ketika mata gue dan dia bertemu dalam satu garis lurus.

"Bagas..."

**

Gue dan Bagas lagi di taman belakang sekolah, kami lagi terdiam dalam kesunyian dengan mata yang saling bertatapan. Tak ada yang mulai pembicaraan sedari tadi, baik gue maupun Bagas. Udah sekitar tiga menit kami disini, yang berarti sekitar beberapa menit lagi suara bel masuk setelah istirahat akan berbunyi. Gak ada waktu lagi buat sekedar tatap-tatapan.

"Lo bilang gak bakal ngelakuin hal-hal kaya gitu lagi," ucap gue mulai membuka pembicaraan. Dia gak ngejawab, masih menatap mata gue dalam diam. Dapat gue rasakan mata gue mulai berkaca-kaca.

"Kenapa sih lo selalu ngelakuin hal yang gak gue suka? Kenapa sih lo selalu ngelakuin hal yang gue benci? Kenapa sih lo selalu ngelakuin hal yang gue larang?" tanya gue dengan penuh emosi.

"Kenapa sih, Gas? Kenapa..." tanya gur semakin lirih. Air mata gue udah jatuh dari kedua bola mata gue. Gue cuman bisa menutup wajah gue dengan kedua tangan berharap air mata ini cepat berhenti.

Mungkin ini hal yang kecil, sepele. Tapi yang bikin gue sedih itu tentang gimana Bagas dengan santainya ngelakuin hal-hal yang gue larang.

Kecewa. Cuma itu.

Surat Untuk AdeeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang