Chapter 16

734 37 0
                                    

Setelah selesai bermain badminton, aku dan papaku langsung masuk ke dalam rumah. Ya, karna ini sudah mulai gelap, jadi kami memutuskan untuk menyudahi permainan.

Aku langsung merebahkan badanku di sofa yang panjang dan empuk ini.

*bruk*

"Ah, capenya", ucapku.

"Hm, skill-mu tidak berubah ya. Malah kamu makin jago saja Kay. Ya, papa akui papa kalah", ucapnya sambil duduk di tepi sofa ini.

Aku langsung mendudukan badanku yang tadi awalnya berposisi tiduran.

"Seharusnya papa tidak meremehkanku tadi hahaha", ucapku sambil tertawa.

"Iya haha, sudah sana kamu mandi. Ada beberapa baju yang papa siapkan di kamarmu. Nanti kembali kebawah ya untuk makan malam"

"Baiklah", jawabku sambil meninggalkannya.

Aku memasuki kamarku. Well, ini bukan kamarku, hanya pemberian saja. Aku mulai memasuki kamar mandi yang sudah ada didalam kamar ini. Aku memanjakan badanku dengan shower-an air hangat. Setelah usai mandi, aku membuka lemariku yang kelewat besar. Ya, isinya belum terlalu penuh. Hanya ada beberapa dress, kemeja, sweeter, kaos dan celana jeans. Aku tidak akan menggunakan dress, karna aku rasa ini makan malam yang tidak terlalu formal.

Jadi aku hanya menggunakan kemeja kotak-kotak merah hitam dan dipadukan dengan celana jeans hitam. Kemejanya aku biarkan tidak terkancing sehingga tanktop berwarna putihku terlihat. Ya, tidak buruk. Aku mengenakan sepatu adidas putihku. Aku menyisir rambutku sambil menatap diriku di cermin ini.

Apakah ini saatnya aku memaafkan papa sekarang? kapan aku akan membuka hatiku untuknya?

Aku mulai bertanya-tanya pada batinku sendiri. Hm, sudahlah tidak usah aku pikirkan. Setidaknya, sejauh ini berlangsung baik.

*tok tok*, ada yang mengetuk pintu kamar ini.

*crek*, aku membukakannya.

"Non, makan malam nya sudah siap", ucap salah satu pembantu.

"Oh, baik bi. Aku turun"

Aku turun ke lantai satu. Aku mengamati papa, tante Raven dan Casey yang sudah duduk dimeja makan dengan rapih. Aku duduk disebelah Casey dengan posisi berhadapan dengan papaku.

"Aku memasak salmon, karna kata papa, kamu menyukainya", ucap tante Raven.

"Terimakasih", jawabku dengan dingin.

Aku mulai mengambil makanan ke piringku. Jika dilihat tante Raven menggunakan drees merah gelap tanpa lengan, Casey menggunakan dress putih tanpa lengan juga dan papaku menggunakan kemeja biru tua polos. Hm, apa makan malam harus berpakaian se-rapi ini? Apa memang sudah kebiasaan mereka seperti ini?.

Ah, sial salmonnya nikmat sekali, batinku berbicara.

"Bagaimana Kay? nikmat?", tanya tante Raven memecahkan keheningan.

"Lumayan", dustaku. Padahal ini sangat amat lezat.

Aku sempatkan diriku untuk melirik kearah tante Raven. Aku melihat ia tersenyum sendiri. Ya, aku tidak peduli jika ia tau bahwa aku berbohong barusan.

"Jadi, bisakah kamu berhenti bekerja di cafe Kay?", tanya papaku.

Deg

Spontan jantungku berdetak kecang. Sudah aku duga. Papa mengajak makan malam disini karna ada yang ingin dia bicarakan. Cih, seharusnya aku sudah mengetahuinya. Sial, merusak suasana saja.

A Lonely GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang