7

1.1K 140 9
                                    

Aku berjalan ke sekolah hari ini dengan malas. Bagaimana aku tak malas karena banyak sekali pasangan yang berpacaran di pagi hari.

Ponselku berbunyi. Mingyu memberikan SMS kepadaku yang berisi aku harus mencari Tzuyu.

"Sana!"

Seseorang mengagetkanku siapa lagi kalau bukan Tzuyu. Aku langsung menariknya menuju taman sekolah.

"Kita mau kemana?" Tanya Tzuyu.

"Kau akan tahu nanti" jawabku.

Kami langsung melihat Mingyu membawakan sebuket bunga dan boneka pokemon. Aku mendorong Tzuyu untuk mendekatkan dirinya dengan Mingyu.

Perlahan aku mundur dan pergi dari taman sekolah. Hatiku sangat sakit melihatnya jadi lebih baik aku pergi. Tuhan tolong jangan biarkan air mataku lolos.

"Lihatlah Mingyu dan Tzuyu. Aigo mereka sangat romantis!" Kata seorang siswa.

Itu sangat menyayat hatiku. Aku tak dapat membendung air mataku lagi.

"Sana?"

Itu pasti Ten. Aku menghapus air mataku.

"Hai Ten" sapaku.

"Sana kau menangis?" Tanya Ten.

Aku menggeleng. "Aniya mataku kering"

Ten mengusap pelan bahuku. Sepertinya ia tahu bahwa terlukanya posisi ku sekarang ini.

-

"Sana!!" Panggil Tzuyu ketika aku sedang tidur di kelas.

Aku sebenarnya malas meladeninya. Tapi ia adalah sahabatku manamungkin aku mengacuhkannya.

"Ne Tzuyu?" Sahutku.

"Aku sangat senang hari ini dengan apa yang diberikan Mingyu!" Kata Tzuyu.

Aku terdiam namun aku mengembangkan senyumku. "Chukkae Tzuyu-ya! Semoga kalian bisa berpacaran"

"Ah kau menghayal terlalu jauh. Tapi tak apalah aku juga berharap" kata Tzuyu.

Hatiku benar-benar sakit.

"Kata Mingyu kau tim suksesnya ya? GOMAWO SANA-YAA!!" Senang Tzuyu.

"Ne Tzuyu. Cheonma. Kau kan sahabatku. Sudah sepantasnya aku membuatmu senang" balasku.

"Omong-omong kau tidak memberikan coklat kepada seseorang?" Tanya Tzuyu.

Aku menggeleng.

"Atau mendapat? Ah jangan-jangan kau mendapat dari Ten ya?!" Goda Tzuyu.

Kenapa jadi Ten?

"Aniya! Aku hanya berteman dengannya" sergahku.

TZUYU SADARLAH AKU MENYUKAI MINGYU.

-

"Hey Sana" panggil Ten.

Aku menyaut lalu tersenyum. "Waeyo Ten?"

"Bagaimana kalau kita berjalan-jalan? Ke Myeongdong?" Tanyanya.

Aku sebenarnya malas. Tapi tak apalah untuk menghibur hatiku. Akupun mengangguk.

Aku berjalan bersama Ten dan kami tak henti-hentinya menceritakan hal yang lucu.

Guk guk

Kami mendengar anjing menggongong. Dan benar saja seekor anjing kini tengah bertengger di belakang kami.

"Oh tidak" kataku.

"Jalan saja. Tapi pelan-pelan" kata Ten.

Kami mengangguk dan berjalan pelan-pelan. Namun keberuntungan tak memihak kami dan anjing itu malah mengejar kami.

Aku langsung menarik tangan Ten dan langsung berlari. Kami terus berlari namun anjing itu tak ada henti-hentinya.

Aku menunduk dan mengatur nafasku namun anjing itu semakin dekat. Ten langsung menarik tanganku dan menyisipkannya di sela-sela pergelangan tangannya. Ia menggandeng tanganku.

Kami berlari bersama namun kami sama sekali tak menunjukkan ekspresi takut ataupun panik. Kami malah tertawa. Tapi kenapa kami tertawa?

Aku dan Ten bersembunyi di sela sebuah toko dan kami mengatur nafas kami.

"Aigo! Lama-lama aku bisa kurus" kataku.

Ten tertawa. "Kajja"

Kami melanjutkan perjalanan ke myeongdong. Kami membeli berbagai jajanan yang enak, bermain di game zone dan kami juga sempat berkaraoke.

Seketika aku melupakan masalahku. Aku melupakan kesedihanku. Semua karena Ten. Ia bak penyihir yang merubah segalanya dengan enteng.

Hari mulai sore dan kami menuju taman. Aku lihat Ten berlari dan menaiki prosotan. Ya tuhan ia sangat kekanak-kanakan.

"Ten jangan membuatku malu" kataku.

"Sana ini sangat menyenangkan!" Serunya. "Ara ara" katanya.

Kami berjalan menuju ayunan dan kami mengayunkan ayunan kami.

"Kau disini tinggal sendiri?" Tanyaku.

Ten menggeleng. "Aku bersama ibu tiri dan adik tiriku. Ayahku menetap di thailand"

Aku tersenyum lalu mengangguk.

"Tapi aku merasa tak suka tinggal bersama mereka. Ingin rasanya cepat tamat sehingga aku bisa tinggal sendiri" cerita Ten.

"Kau belum menerima mereka?" Tanyaku.

Ten mengangguk. "Ibu tiriku benar-benar tidak perhatian. Bagaimana aku bisa menerimanya? Kalau adik tiriku ntahlah"

"Ten, mereka sayang padamu. Kau harus menerima mereka"kataku mencoba menghibur.

"Tapi semua butuh waktu" kata Ten.

Ten bangkit dari duduknya. "Kajja"

Kami meninggalkan taman dan kami berjalan bersama lagi. Tiba-tiba kami terhenti di toko bunga.

"Tunggu" kata Ten.

Ia masuk ke toko bunga sedangkan aku menunggu di luar. Tak lama kemudian Ten keluar dengan membawa 3 tangkai bunga matahari.

"Untuk mu" kata Ten sambil memberikan bunga itu kepadaku.

"U-untuk ku?" Tanyaku.

Ten mengangguk. Aku menerima bunga tersebut.

"Kenapa bunga matahari?" Tanyaku.

"Karena kau cerah dan bersemangat seperti bunga matahari" Jawab Ten.

Aku tersenyum. Ten benar-benar membuat hariku menjadi lebih baik. Gomwo Ten.

love or friendship ; sana's fanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang