SEVEN

24 1 0
                                    

"Aku hanya ingin lihat."

Euphy menunjuk ke sebuah pintu, lalu kembali masuk ke kamarnya, meninggalkan Nova di lorong. Nova masuk ke ruangan yang ditunjuk, Nova tidak terkejut mendapati ruangan yang bersih dan piano yang mengkilap di sana. Tyler pasti membersihkan ruangan ini.

Di satu sudut, terlihat sebuah rak dengan piala-piala berjejer di atasnya. Semua piala emas. Nova mengalihkan pandangannya ke sebuah lemari kecil, di atasnya ada beberapa foto keluarga. Di foto itu Euphy terlihat sangat berbeda. Apa semua ini karena kejadian itu?

Setelah puas melihat-lihat, Nova heran kenapa Euphy tidak muncul-muncul juga. Akhirnya ia mengintip ke kamar Euphy. Betapa kesalnya ia melihat Euphy sudah kembali ke alam mimpi.

Nova berjalan mendekat dan duduk di ranjang Euphy. Kalau diperhatikan, wajah tidurnya lucu juga. Nova tersenyum melihatnya. Ia tak sampai hati membangunkan Euphy. Akhirnya ia membiarkan Euphy tertidur.

* * *

"Tidurku nyenyak." Euphy meregangkan tangannya. Ia selalu berkata begitu jika jarum pendek jam menunjuk angka 10 lebih. Biasanya ia akan mandi lalu menikmati hari Minggunya dengan bersantai di kamar, tapi tampaknya hari itu ia tidak bisa.

Ia ternganga melihat Nova tertidur di samping ranjangnya. Kapan ia datang? Bagaimana ia bisa di sini? Apa yang terjadi selama aku tidur?

Saat Euphy terbingung-bingung dengan keadaan saat ia sadar, Nova terbangun. "Oh kau sudah bangun." Ujarnya.

"Bagaimana kau bisa ada di rumahku? Di kamarku?" Tanya Euphy langsung.

"Kau amnesia? Kau sendiri yang membukakanku pintu dan mempersilakanku masuk." Balas Nova heran.

Euphy terbengong-bengong. "Aku sama sekali tidak ingat."

"Yah, sudahlah. Yang jelas tidak ada satupun yang di kepalamu yang terjadi. Apapun itu." Sahut Nova tak mau ambil pusing.

Euphy memerah. "'Apapun itu' itu apa maksudmu?"

"Yah, siapa tahu kau berpikiran mesum? Cepat ganti baju, kau tidak malu di hadapanku dengan piyama?" Ujar Nova.

"Apaan sih, biasa saja." Walau berkata begitu, Euphy tetap menyambar bajunya dan berjalan ke kamar mandi.

* * *

"Jadi untuk apa kau kemari?" Tanya Euphy. "Ngomong-ngomong aku lapar."

"Kenapa kau jadi begitu berbeda setelah malam itu?" Balas Nova.

"Kau lebih suka aku yang dingin? Tak masalah." Sahut Euphy. Wajahnya langsung berubah dingin dan kaku seperti dulu.

"Bukan begitu! Kamu entah kenapa jadi lebih terbuka. Aku hanya heran." Nova berucap sambil menggaruk kepala.

Euphy tertawa. "Aku hanya bercanda. Aku juga tidak tahu. Aku merasa bisa bersikap seperti ini di depanmu. Aku merasa bisa mengatakan apapun padamu."

Nova tertegun. "Apa maksudnya itu?"

"Makanya aku juga tidak tahu." Tukas Euphy. "Hei kau mau ke mana?"

Euphy mengikuti Nova yang berdiri dan berjalan keluar ruang makan. Tetapi langkahnya berhenti saat Nova memasuki ruang piano. Ia terdiam di ambang pintu sementara Nova masuk dan membuka penutup piano.

Our Hearts' ResonanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang