Sampan Melayang

414 10 0
                                    

-Cita-cita tinggi untuk anak yang tidak berderajat tinggi apa salahnya?-

Ibukota sedang diguyur hujan sore ini, seorang pria berpakaian rapi dan berperawakan tinggi keluar dari dalam gedung tinggi milik pemerintahan.

Ia tersenyum pada setiap orang yang menyapanya baik karyawan maupun pekerja tingkat bawah, mobil mewah berhenti tepat didepannya, ia masuk dan mobil itu melesat meninggalkan gedung tempatnya bekerja.

Ponselnya berdenting, menandakan ada pesan masuk, ia membuka ponsel itu cepat.

...pembuatan saluran air bersih di desa batu anyir mulai dilakukan lusa, bapak Anto bisa menandatangani pengesahan surat tersebut besok pagi jam 10...

Anto, lelaki itu tersenyum teringat desa yang akan dibantunya kali ini adalah desa tempat ia dibesarkan, mana bisa ia melupakan banyak kenangan didesa itu, desa dimana ia dan sahabatnya Amir tinggal.

Hujan mulai berhenti saat ia memasuki perkarangan rumah miliknya.

Diumurnya yang menginjak 35 tahun, ia masih melajang dan mengejar karirnya sebagai pejabat negara.

Ia masuk kedalam rumah dan menyalami seorang pria yang duduk dikursi goyang dengan rambut memutih, pria itu tersenyum hangat menyambut kedatangan Anto.

"Apa pembangunan didesa kita sudah mulai dilakukan, Abah tidak sabar melihat reaksi para warga desa disana, setelah sekian lama kita tidak singgah kesana," Anto tersenyum dan mengangguk.

"Lusa akan dibangun bah," lelaki tua itu mengangguk.

Anto berjalan kearah teras dan duduk dibangku dekat pintu, ia mulai mengingat kenangan ia dan sahabatnya Amir didesa dimana ia tinggal dulu.

"Tak menyangka Aku mir akan jadi orang sebesar ini, lusa nanti mungkin aku datang kesana lagi, desa dimana kita tinggal dulu, aku aku mengunjungimu dan menunjukan padamu bahwa aku tidak menjadi seorang yang gagal," Anto berbicara pelan, entah pada siapa ia berbicara, ia hanya tersenyum dan mulai mengenang masa lalunya.

25 tahun lalu...

Desa batu anyir, desa dipedalaman hutan dekat pegunungan.

Pagi itu langit kelabu menyelimuti daerah sekitar desa, 2 orang anak laki-laki berjalan sambil berbincang dijalan tak beraspal dan licin, Amir dan Anto.

Dengan seragam merah putih yang memudar mereka terus berbincang tanpa perduli sekitar.

"To, kamu lihat disana, warga desa sedang berupayah membangun saluran air dari atas gunung, desa kita hampir maju yah?," Amir menunjuk kearah kerumunan warga desa didekat sungai.

"Iya mir, aku juga tidak menyangka, saat dewasa nanti aku juga ingin membantu desa kita," Amir terkekeh pelan.

"Semoga saja, aku percaya kamu bisa jadi orang besar nanti, aku akan bangga sekali," Amir hampir terpeleset karena tak memperhatikan jalan, mereka kembali melanjutkan perjalanan mereka menuju sekolah.

Sampai sekolah Anto dan Amir duduk bersebelahan, mereka tak menghiraukan kerumunan anak laki-laki yang bermain atau mengobrol, Anto membuka buku dan Amir melamun, entah apa yang Amir lamunkan tapi ia sendiri.

"Amir?,kamu kenapa?" Anto menyenggol lengan Amir.

"Sore ini main bola ya!" Anto hanya mengangguk ragu.

Sampan MelayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang