Ini adalah bagian terakhir dari alasan ketertarikanku pada anime Shingeki No Kyojin. Secara umum aku adalah penyuka film-film kolosal. Dan anime ini juga memberikan hal itu, kisah heroik para pasukan penjaga dinding maupun Recons Corp. Mereka adalah pasukan-pasukan berani yang siap menghadang bahaya, tidak seperti polisi militer yang tingkahnya tidak terlalu berbeda dengan kebanyakan polisi di dunia nyata kita hari ini.
Menyaksikan keberanian komandan Erwin Smith, kapten Revaille Levi dan anggota pasukan pengintai dalam menjalankan misi memberikan pencerahan tersendiri bagiku. Aku mungkin terlalu lebay mengatakan hal ini. Tapi sungguh refleksiku menembus dimensi yang lebih luas tentang gambaran pengabdian seorang prajurit. Jika bukan karena semangat bertarung mereka yang gagah berani, tentu mereka memilih tinggal di dalam dinding dan menjadi polisi militer mengingat kemampuan bertarung mereka luar biasa.
Selain itu, para prajurit muda yang mendapatkan gelar 10 pasukan terbaik justru sebagian besar mereka akhirnya memilih untuk menjadi bagian dari Recons Corp. Mereka yang sejatinya punya kesempatan untuk “kabur” dan bersenang-senang di dalam kota menjadi polisi militer atas prestasi mereka justru memilih untuk menerjang bahaya. Itu bukan pilihan yang mudah kawan jika kita terapkan dalam kehidupan nyata hari ini.
Bagaimana logika kita untuk memilih menjadi pasukan perbatasan yang rawan konflik sementara kita sebenarnya bisa saja menjadi komandan yang bermarkas di Jakarta. Tapi tekad, pengabdian, dan keberanianlah yang membuat hal tak masuk akal itu terjadi. Apakah itu nyata? Sangat nyata dan aku masih percaya bahwa hari ini banyak pejuang yang melakukan hal serupa dengan cara mereka masing-masing di kehidupan nyata hari ini, di sekitar kita. Jika kita tidak tahu, mungkin pola pikir kita masih seperti kebanyakan orang yang berada di dalam dinding itu.
Eren, Mikasa, Armin, Jean, dan para jawara di pelatihan militer menyadari bahwa menjadi pasukan dengan posisi nyaman sesungguhnya mematikan jiwa keprajuritan mereka sendiri. Maka dari itu mereka tidak pernah lagi takut menghadapi bahaya dari amukan Titan yang sangat kejam itu. Mereka bertaruh demi kebebasan yang mereka impikan sekaligus membalaskan dendam umat manusia selama berabad abad lamanya.
Masih adakah keberanian yang tersisa dari diri kita hari ini kawan? Keberanian untuk memilih menjadi antimainstream di setiap orang telah menyerah dengan meneriakkan sebuah pilihan yang pahit. Keberanian untuk membuat keputusan hidup yang berbahaya dari sudut pandang umum kebanyakan orang. Keberanian untuk memegang idealisme sebagai pemuda yang gagah berani.
Aku sendiri tidak pernah tahu seberapa berani sesungguhnya diriku ini dalam menghadapi kehidupan ini. Hanya saja sejak aku sadar tanggung jawabku sebagai pemuda, aku memutuskan untuk tidak lagi menjadi bagian dari nyanyian kemonotonan hidup. Entah bagaimana caranya, aku memutuskan untuk membuat jalan sendiri atas hidupku ini yang tidak mengizinkan seorang pun mengintervensi mimpi dan cita-citaku nanti.
Melihat perjuangan para pasukan pengintai (Recons Corp) aku selalu berdecak kagum. Aku seperti kembali mengingat masa-masa perjuangan para pasukan Islam yang begitu bersemangat untuk menaklukkan para penguasa-penguasa yang zalim di masa-masa itu. Masa di mana perjuangan itu menjadi ruh setiap kaum muslimin. Dan hari ini, ruh itu coba dihidupkan lagi melalui berbagai cara yang bisa dilakukan oleh masing-masing kita. Atau kelak kita hanya tetap menjadi pengecut yang memilih bersembunyi di dalam dinding. Dinding ketakutan, dinding kepicikan, dan dinding keegoisan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ulasan Anime Attack On Titan(Shingeki No Kyojin)
FantasyIni adalah bagian terakhir dari alasan ketertarikanku pada anime Shingeki No Kyojin. Secara umum aku adalah penyuka film-film kolosal. Dan anime ini juga memberikan hal itu, kisah heroik para pasukan penjaga dinding maupun Recons Corp. Mereka adalah...