Untuk Kembaranku, Olivia Riana...
Malam itu aku kebagian shift sampai shubuh, biasa nya rumah sakit kalau udah malam yang jaga pasti dikit, apalagi rumah sakit jiwa
Aku sudah di RSJ ini sejak 2 tahun lalu, aku menangani spesialis penyakit kepribadian dan kebanyakan aku selalu shift pagi, jadi saat aku di panggil untuk mengambil shift malam untuk beberapa waktu, aku nyaris mencubit diriku berkali-kali. Kuharap ini hanya mimpi,batinku
Aku yang bosan menonton TV di kantor dokter yang harusnya shift malam diganti olehku, aku mulai menguap beberapa kali yang menandakan bahwa aku bukan manusia-manusia malam. Kulihat jam di dinding baru jam 11 malam, aku kembali mengecek keadaan pasien satu per satu. Mereka semua tidur, pikirku. Setelah itu aku menjatuhkan kepalaku di meja,keras sekali mejanya,batinku. Untung ada bantal kecil yang tak jauh dari meja, aku ambil bantal itu dan tidur.
Aku terbangun dengan keadaan kaget, sepertinya ada suara gaduh dari ujung lorong,pikirku. Aku ingin periksa tapi mata ku masih mengantuk. Mungkin itu pegawai rumah sakit yang suka ngepel lorong di malam hari, entah mengapa tapi lorong rumah sakit sering kotor saat malam. Katanya, kalau sore pasien-pasien yang ditaman sering main tanah sampai kaki mereka ngotorin lantai. Mereka sering main sampai jam 7an karena tamannya cukup banyak lampu penerangan.
Untuk kedua kalinya aku terbangun lagi, tapi bukan suara gaduh yang bikin kaget. Melainkan suara seperti bolham lampu pecah, aku dengan keadaan mengantuk berat bangun dari tempat, dan melihat jam, sudah jam 1 pagi dan saat tepat aku memegang pegangan pintu, "PAT!" lampu mati seketika, aku menjauh dari pintu dan meraba-raba objek yang dekat dengan pintu, aku ingat ada senter di dekat pintu. Aku segera menghidupkan senter dan melihat kesekitar, aku membuka pintu dan keluar. Sepanjang lorong gelap sekali, seolah hanya di tempat aku berdiri adalah cahaya terakhir di ruma sakit ini. Aku ingin memanggil para pegawai, tapi sepertinya mereka masih diluar, beberapa pegawai keluar kebanyakan adalah cowok pengangguran yang udah ga ada harapan di terima di lapangan kerja kecil-kecil, tapi mereka kuat kalau narik para pasien yang bandel disuruh minum obat. Gaji mereka sih emang ga terlalu banyak, tapi mereka nerima-nerima aja kayanya, dan kalau tengah malam gini mereka suka keluar buat ngopi atau ngerokok.
Daripada nunggu ga jelas, aku memutuskan untuk ke ruang cctv, biasanya juga ada beberapa pegawai disana. Walau phobia gelap ku udah hilang cukup lama, tapi manusia tetep manusia kan. Yang namanya gelap mesti ada rasa merinding gimana gitu, aku berjalan sampai ujung lorong, syukur ga ada yang ngejer, batinku. Saat aku ingin melangkah ke ruang cctv, kebetulan ruang mandi pasien dekat dengan ruang cctv, saat melewati kamar mandi itu, aku mendengar suara shower atau pancuran tengah dinyalakan, masa ada yang mandi gelap-gelap begini. Aku sebernarnya udah ngerasa ga enak, tapi hati ini menyuruhku untuk melangkah mencari tahu siapa yang menghidupkan shower itu, aku masuk ke kamar mandi, jantungku berdegup kencang luar biasa. Kuberanikan diri ku melangkah menuju sumber suara, dengan pikiran ga jelas bikin pusing, aku menyenteri shower itu, saat aku lihat shower itu nihil, taka da siapapun yang memakai shower itu. Aku menghela nafas lega saat mengetahui tak ada siapapun yang memakai shower ini. Aku mematikan shower itu dan ingin berbalik keluar menuju ruang cctv.
Saat aku berbalik dan melangkah beberapa langkah, aku mendengar sebuah suara yang sangat jelas di telinga ku, suara yanga nyaris aku ingin melupakannya. Suara serak gadis itu, masih menghantuiku. "Aku....benar-benar...merin..dukan..mu.. aku...aku masih ingat....kau...kau.. memperlakukan..ku.. seperti ini..." aku membalikkan badanku dan lampu senterku langsung jatuh, aku rasa senter itu retak, karena aku melihat retakannya di banyangan senter itu. Senter itu menyinari kaki gadis itu. Dia tertawa kecil dan mengambil senter itu perlahan, aku melihat samar-samar darah mengalir di tangannya dan menetes ke lantai. Setelah dia mengambil senter itu, dia mematikannya. Aku sama sekali tidak bias lihat apapun, tetapi aku masih bisa merasakan gadis itu masih berdiri di depanku.
Dia meraih tanganku dan menyalakan senter itu tepat diwajahnya, aku nyaris sulit mengenalnya lagi. Karena dia sudah berbeda,
Seluruh wajahnya berlumuran darah...
-TAMAT-
KAMU SEDANG MEMBACA
Darah Shower
HorrorSeorang dokter yang belum biasa mendapat shift malam, mengalami teror dari pasien nya yang telah meninggal 5 tahun lalu.