Story Of The Last Box

105 4 0
                                    

SOTLB part 1

Aku adalah salah satu dari sekian banyak anak yang beruntung yang dapat hidup di keluarga yang berkecukupan bahkan berlebih. Ayah dan Bundaku adalah seorang pekerja yang sukses mereka memiliki Grats (semacam perusahaan) besar yang tersebar di seluruh Sinraya.

Perkenalkan namaku Narashilea Pongga panggil saja namaku Nara. Aku memiliki satu saudara perempuan bernama kineeshilea Pongga. Aku tinggal di ktrayan city sebuah kota yang aman, tentram tanpa suara bising yang menggangu. Aku tinggal hanya berdua dengan saudara perempuanku karena pekerjaan orang tuaku yang menyebabkan mereka untuk tinggal di Ersheet.

Sejak kecil aku sudah terbiasa ditinggal oleh orang tuaku, dan di titipkan pada keluarga adik ayah yaitu Paman Fanza. Berbeda dengan Kinee yang dititipkan pada Bibi Hazel. Karena aku dan kakaku sudah cukup umur jika di Ktrayan anak umur 10 tahun sudah di anggap mandiri. Jadi hanya 10 tahun aku tinggal bersama Paman Fanza dan mulai hidup mandiri dengan kakakku.

Ayah dan Bunda pulang ke rumah hannya 3 bulan sekali dan itu pun hanya setengah hari karena mereka tidak bisa lama lama meninggalkan pekerjaan mereka. Jadi Aku dan Kinee tidak mengenal dekat orang tua kami.

---------------------------------------------------

*Suara pintu kamar terbuka krekk...
Aku yang sedang memandang pemandangan ke arah jendela, teralihkan oleh suara pintu kamar yang terbuka, dan tepat di belakangku seseorang perempuan bermata coklat, rambut bergelombang tertata rapi, mengenakan blus hijau di padu dengan kardigan merah yang menawan menatapku dengan tatapan yang anggun. Dia adalah saudara perempuanku Kinee.

"Nara, sepertinya kita harus bersiap untuk perayaan kamnaplin besok malam"

Aku bedehem memandangnya dan mengangguk pelan.

"Tadi Bibi Hazel menyuruhmu untuk mengambil gaun di rumahnya"

"Gaun yang akan kita kenakan untuk perayaan kamnaplin?"

"Yup tepat sekali"

"Baiklah aku akan mengambilnya"

"Ah iya jangan lupa membawa payung sepertinya akan turun hujan"

"Hmm.. baiklah"

Aku bersiap untuk pergi ke rumah Bibi Hazel. Tiba-tiba ada yang mengusik pikiranku bahwa akan terjadi sesuatu. Tapi sudahlah aku harus cepat lalu membantu Kinee merangkai bunga.

Tas, payung! Ah dimana payungnya sudahlah, tah usah membawa payung ini tak akan lama.

Keluar dari zona nyamanku menuju pintu keluar rumah menelusuri lorong rumah yang sudah di hiasi oleh beeries dan ribbions (Semacam hiasan dinding berbentuk bulatan bulatan yang dirangkai)

Ku raih dan ku putar gagang pintu krekk..... suara pintu rumah terbuka, ku hirup dalam dalam udara Ktrayan City di pagi hari yang sedikit mendung ini. Rumah Bibi Hazel tidaklah jauh dari rumahku jadi kuputuskan untuk berjalan kaki. Aku berjalan menelusuri jalan setapak ku lihat hanyalah bayangan rumah, sepi sekali pagi hari ini, tidak seperti hari hari biasanya.

Ku lihat dari kejauhan ada seorang perempuan duduk di kursi goyang depan rumah yang sepertinya sedang merajut topi, aku terus berjalan Ya! Itu dia Bibi Hazel. Bibi Hazel pun melambaikan tangan.

"Nara pas sekali kau datang sekarang, mari sarapan dulu dengan sup wotel sepertinya Paman Yoan sudah menyiapkannya di ruang makan"

"Benarkah Bibi Hazel?"

"Iya, mari masuk dulu"

"Tapi Bibi Hazel Nara harus cepat sepertinya hari ini akan turun hujan, mungkin lain kali Nara bisa sarapan bersama"

"Ah ya baiklah, tunggu sebentar Nara, Bibi akan mengambilkan gaunnya"

"Iya Bibi Hazel" Aku mengganguk.

Kulihat sekeliling seperti ada yang berbeda di hari ini. Ah sudahlah mungkin ini hanya perasaanku saja.

"Nara, ini gaunnya"

"Baiklah Bibi Hazel terima kasih"

"Iya, ya sudah segeralah pulang sepertinya memang akan turun hujan, berhati hatilah dijalan Nara"

"Iya Baik Bibi Hazel, Nara pamit pulang"

Di kejauhan aku melambaikan tangan pada Bibi Hazel.

---------------------------------------------------
Di perjalanan pulang, ku lihat di sudut bangunan tua kucing itu memandangku dengan tatapan yang aneh seperti memberi isyarat bahwa sesuatu akan terjadi. Angin berhembus kecang cuaca hari ini memang sedang tidak bersahabat dan benar hujan turun dengan pelan seperti tau bahwa aku akan bersiap untuk berteduh. Sialnya aku tidak mengiraukan Kinee yang menyuruhku untuk membawa payung. Segera aku berlari mencari tempat untuk berteduh.
Brukk.....aku terjatuh tersandung sebuah benda kubistis yang tak asing di penglihatanku.

"Ah.. kakiku, eh apa itu? Ah! tidak! hujan semakin membesar"

Ku bawa benda kubistis itu dan memasukkannya ke dalam tasku.
Tasku yang tadinya ringan sekarang terasa berat sekali dan akhirnya aku menemukan tempat untuk berteduh. Sebuah rumah bernuansa hijau muda dan merah dengan ukiran kayu yang indah. Dan kubuka tasku untuk melihat benda kubistis yang ku temukan tadi.
Sepertinya benda ini tak asing, benda ini berbentuk kubistis dengan satu sisi terukir sebuah pohon dengan daun yang rimbun berwarna hijau. Di satu sisi lain terukir bunga berwarna merah dengan seorang penjaga bunga. Dan di sisi lainnya polos berwarna coklat.

#SOTLB p1 apakah kotak itu? Apa yang akan terjadi selanjutnya? Tunggu SOTLB p2

Terima kasih bagi yang sudah mau membaca cerita ini. Salam kenal Noerma Sh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 20, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Story Of The Last BoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang