Hadir dengan luka

50.9K 1.7K 68
                                    

(Seikhlas langit sudah di revisi, bagi yang sudah baca sampe bab 39 harap di baca ulang aja, kalau gak ya gak akan nyambung ceritanya sama yang pertama. ada bagian-bagian penting yang dirubah dan bakal bikin bingung kalau di lewatkan hehe. happy reading!!! terimaksih untuk yang udah setia nungguin mood aku apdet ini 😂)

Terkadang perpisahan bukan lah sebuah akhir, justru ia adalah awal. Awal dari kerinduan, awal merasa kehilangan, awal dari kesadaran akan satu hal yang selama bersama tak pernah di sadari.

Tumbuh bersama dalam satu keluarga yang melimpahkan kasih sayang secara utuh tanpa perbedaan, hidup bersama dan saling melindungi. Rasa saling memiliki dan ketergantungan. Rasa khawatir yang jadi kenyataan.

Mentari tidak muncul pagi ini, rintik air mengalun seperti melodi di atas genting, meresap ke bumi yang sudah mulai mengering. Cuaca pagi ini membuat Kamila memilih bergelut degan selimutnya.

Kamila, adalah seorang kakak perempuan bagi Naira meski mereka tidak lahir dari rahim yang sama. Kamila adalah kakak yang di hadiahkan Tuhan pada usia 6 tahun. Saat itu kamila berusia tujuh tahun, Kamila kecil yang jadi korban kekejaman seorang ayah, yang dengan tega membunuh Ibu dan Adik laki-lakinya karna rasa cemburu berlebihan dari sang ayah yang mencurigai ibunya berselingkuh dan adiknya adalah hasil dari perselingkuhan, Ayah Naira seorang dokter yang sedang bertugas menangani ibu Kamila di saat kritisnya, sang ibu meminta ayah Naira untuk menjaga putrinya yang malang. Setelah kematian ibu Kamila, ayah Naira mencari tau tentang keluarga tersebut namun menurut info yang di dapat dari tetanganya, keluarga kecil itu tak memiliki sanak saudara karna pernikahan kedua orang tua Kamila pun tidak direstui hingga tak satu orangpun keluarga yang bisa diketahui. Akhirnya ayah Naira memutuskan untuk mengadopsi Kamila menjadi kakak bagi anak perempuannya.

"Kak, di panggil bunda tuh"

Padahal hari sedang hujan, tapi Naira masuk ke kamar Kamila dengan wajah secerah mentari, tidak biasa nya.

"Bahagia banget dek? Kenapa? Cerita donggg"

"Eh kenapa? Kan emang harus menyambut pagi dengan semangat dan senyuman meski hujan sekali pun"

"Wih bahasa nya, tapi gak biasa nya sebahagia ini"

"Bahagia salah, cemberut salah Nai bingung deh sama kakak"

Kamila menarik-narik pelan ujung jilbab bagian belakang Naira.

"Yee bocah ngambekan, kakak kan tanya doang"

"Buruan mandi, tuh ada Mas Alwan di bawah"

"Mas Alwan? Seriusan? Kapan dateng? Kok kakak gak tau?"

"Ya ini Nai kasih tau"

Seketika Kamila meloncat dari tempat tidur, dan berlari ke kamar mandi di pojok kamar.
Setelah 5 tahun Alwan pergi, pindah entah kemana bersama keluarganya tanpa kabar berita sedikit pun. Kamila selalu menantikan hari ini datang, Alwan kembali.

"Tapi untuk apa aku sesemangat ini? Apa guna nya?" Pikir Kamila

Langkah kamila melambat, seketika dia tidak ingin melakukan apapun. Tapi bunda nya menunggu di bawah sekarang, terpaksa dia turun dan bertemu dengan orang itu.

Naira bingung melihat perubahan sikap kamila yang begitu cepat. Tadi sangat semangat, sekarang sangat lesu.

"Kak, Nai turun duluan deh"

Naira meninggalkan Kamila yang sedang berada di dalam kamar mandi tanpa menunggu jawaban dari kamila, karna memang tak akan ada jawaban dari dalam sana, sejak kecil bundanya selalu bilang kalau mau masuk ke kamar mandi harus baca do'a, kaki kiri terlebih dulu, tidak boleh berbicara apalagi bernyanyi di dalam kamar mandi. Dulu bunda nya mengatakan karna di dalam kamar mandi itu banyak setan, jadi mereka harus melakukan hal itu agar tidak di hantui, tapi sekarang mereka baru paham bahwa itu adalah adab-adab yang Rosulallah contohkan.

Dengan malas kamila turun dari tangga menuju ruang keluarga, semua mata menatap kearah nya.

"Kenapa pada ngeliatin aku? Ada yang salah?" Pikir Kamila

"Assalammu'alaikum Ayah, Bunda, Nai"

"Wa'alaikumussalam"

Jawab mereka serempak, kamila mengambil tempat di sebelah Naira. Tidak sedikit pun mata nya menatap kearah laki-laki di sebrang tempat duduk nya. Laki-laki yang lima tahun lalu pergi begitu saja tanpa ada berita.

"Kok Mas Alwan gak di salamin juga kak?"
Tanya Bunda pada kamila.

"Mas Alwan siapa bun? Kakak gak kenal."

"Loh kok gitu kak? Ini loh Mas Alwan yang dulu sering main sama kalian dari kecil."

"Mila lupa bun."

"Kakak gak boleh begitu ah, Mas Alwan jauh-jauh loh main kesini"

"Kamila gak kenal bun."

"Kamila, kamu kenapa sayang?"

Ayahnya berusaha menengahi sebelum timbul perdebatan antara istri dan anak nya itu. Dia tau bahwa Kamila memang cukup kecewa setelah tau bahwa Alwan dan keluarganya pindah begitu saja tanpa memberi tau siapapun.

"Gak ada apa-apa yah, Mila gak enak badan. Mila ke atas dulu ya"

Kamila pergi meninggalkan keluarga nya yang bingung dengan sikap kamila yang tidak seperti biasa.
Dia menjauh, membawa kecewa nya.

Alwan menatap kepergian Kamila, dia tersenyum pahit.

"Tidak hanya kamu mil, aku pun terluka..."

••°°°••

17february2016

Seikhlas Langit [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang