8

1K 129 2
                                    

Author POV

Sana keluar dari kelasnya karena Mingyu memanggilnya sedari tadi.

"Waeyo Mingyu?" Tanya Sana.

"Sepertinya Tzuyu marah padaku. Kemarin aku tidak membalas chat nya karena aku latihan basket dan ia langsung jadi cuek" Jawab Mingyu.

Sana menghela nafasnya dan jujur ia malas. "Lalu? Apa yang bisa kulakukan?"

"Begini, aku berencana akan menembaknya. Maksudku aku mau kau membujuknya untuk tidak marah padaku lagi juga bantu aku untuk menembaknya" balas Mingyu.

Sana terdiam. Ia menundukkan kepalanya dan ia langsung tersenyum. "Tentu saja aku akan membantumu. Kau tenang saja"

"Sana kau memang temanku!" Balas Mingyu senang.

-

"Sana-ya!" Panggil Tzuyu.

"Wae?" Balas Sana.

Tzuyu duduk di sebelah Sana. Sana melihat wajah Tzuyu yang benar-benar tanpa senyum sama sekali.

"Aku kesal pada Mingyu! Ia tidak membalas chat ku kemarin!" Kata Tzuyu.

"Tzuyu, ia sibuk. Lagian pasti ia sudah minta maaf bukan?" Balas Sana.

"Iya sih... lalu apa arti hubunganku dengannya? Kami tanpa status sekarang!" Kata Tzuyu.

Sana terdiam. Ia mencegah air matanya turun dengan senyuman. "Tenang saja, kau akan mendapat status itu"

-

"Baiklah kita akan memilih ketua dan wakil ketua kelas baru" kata Ahn Songsaenim. "Apakah ada yang mau mengusulkan?"

Seorang siswa ber name tag Nakamoto Yuta mengangkat tangannya. "Aku mencalonkan Ten"

"Ide yang bagus Yuta. Apakah ada kandidat yang lain?" Tanya Ahn Songsaenim.

Seorang namja yang duduk di pojok belakang tersenyum licik lalu mengangkat tangannya. Sorot matanya menatap tajam.

"Ya Lee Taeyong?" Sahut Ahn Songsaenim.

"Aku, mencalonkan Kim Mingyu" kata namja itu yang ternyata bernama Taeyong.

Semua murid melihat ke arah Mingyu dengan tatapan 'sepertinya akan ada perang dunia ketiga'

"Baiklah apa ada lagi?"

"Aku fikir itu cukup. Dua kandidat sudah cukup bukan?" Balas Taeyong.

Mingyu menatap tajam Taeyong. Ia tau apa maksud Taeyong. Ia hanya ingin melaga dirinya dengan Ten.

"Baiklah mari kita melakukan voting. Tulis pilihan kalian di kertas" kata Ahn songsaenim.

Semuanya menulis pilihan mereka di secarik kertas dan setelah dihitung hasilnya seri. Pertarungan antara Mingyu dan Ten semakin sengit.

"Ternyata hasilnya seri. Jadi bagaimana?" Tanya Ahn songsaenim.

"Ah, bagaimana kalau mereka adu panco saja? Siapa yang menang ialah ketuanya" usul Taeyong.

Ten menatap Taeyong tajam. Ia mengira Taeyong benar-benar gila sekarang.

"Baiklah Taeyong kau akan menjadi wasit" kata Ahn sonsaenim.

Taeyong maju kedepan dan menarik Mingyu dan Ten.

"Mingyu apakah kau akan mengalah?" Tanya Taeyong.

"Tidak. Tidak akan" balas Mingyu.

"Bagaimana denganmu, Ten? Mingyu jago dalam bermain panco. Apakah kau masih mau melawannya?" Tanya Taeyong.

Ten menggigit bawah bibirnya. Persetan dengan semua ini. Ucapan Taeyong benar-benar seperti perempuan.

"Tentu saja. Semua tidak harus menggunakan fisik bukan? Fisik lemah bukan berarti dia kalah" balas Ten.

Seisi kelas mulai bersorak.

"Chittaphon! Chittaphon!"

"Mingyu! Mingyu!"

Ten dan Mingyu mulai bertanding panco. Demi apapun tenaga Mingyu sangat kuat. Ten memperkuat lengannya.

"Tanganmu bisa patah. Mengalahlah" bisik Mingyu.

"Tidak" balas Ten.

Benar saja, Ten benar-benar kesakitan. Ia mulai menggunakan otaknya. Ia tidak bisa menggunakan otot lagi . Ten memperlemah kekuatan tangannya sehingga Mingyu bisa lebih mudah menjatuhkannya. Namun, keadaan berbalik. Ten malah mendorong telapak tangan Mingyu dan Ten lah yang menang.

"Jinjja?! Ten menang?"

Seisi kelas bertepuk tangan. Taeyong tersenyum licik. Ia tahu setelah ini hubungan antara Mingyu dan Ten tak akan baik.

-

"Sana!" Panggil Mingyu.

Sana menyaut. Senyum merekah di bibirnya. "Hai Mingyu"

"Kau sendiri? Mau pulang bersama?" Tawar Mingyu.

Sana mengangguk dan mereka mulai berjalan bersama. Mereka hening dalam diam.

"Hmm kau dan Ten suka bertengkar ya?" Tanya Sana.

"Baru saja kami bertengkar" Jawab Mingyu.

"AIGO! Kalian ada masalah apa?" Heran Sana.

"Rebutan ketua dan wakil ketua. Seperti biasa kami selalu di kompori" balas Mingyu. "Kenapa kau bertanya? Memangnya kau sudah begitu mengenal Ten? Aku mengenalnya luar dalam" kata Mingyu.

"Kalian saja tak pernah damai. Bagaimana kau bisa mengetahui dia?" Balas Sana.

"Kau tahu? Dulu aku dan Ten itu satu komplek. Waktu SD kami sering bermain setiap sore di taman. Tiba-tiba aku pindah rumah dan aku lost contact dengannya. Waktu masuk SMA kami bertemu lagi dan karakter dia sangat berbeda. Ia jauh lebih tertutup dan membosankan. Itulah sebabnya aku tak berteman dengannya lagi" cerita Mingyu.

"JADI KAU DAN TEN SUDAH MENGENAL LAMA?! AIGOO" kaget Sana. "Kenapa ia berubah?" Tanyaku.

"Aku kurang tahu. Tapi kata eommaku ibunya meninggal dan ayahnya menikah lagi. Mungkin karena itu dia berubah" jawab Mingyu.

"Aigo kasian sekali ia" balas Sana.

"Sana-ya. Menurutmu apakah Tzuyu akan menerimaku?" Tanya Mingyu.

Sana tersenyum lalu mengangguk. "Pasti. Tapi kau harus melakukan hal romantis saat menembaknya"

"Kalau gitu kau harus membantuku" kata Mingyu.

"Tentu saja"

love or friendship ; sana's fanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang