Keep Dreaming Until the Sun Becomes Two

13 1 0
                                    

"Hei, apa yang kamu lamunkan ?" sapa Tim membuyarkan lamunanku. Akupun segera salah tingkah dan membuka buku seolah-olah belajar, padahal hari itu aku sedang tidak niat belajar.
"Kamu kembali memikirkan Cecile ? Sudahlah, dia tidak pernah menyukaimu, dan tidak akan pernah"
"Sial !" tuturku dalam hati. Tim sudah berlagak seperti Tuhan yang bisa mengatur hati dan perasaan Cecile. Meskipun aku hanya anak seorang pedagang kwetiaw, namun aku masih memiliki hak untuk bisa bermimpi memiliki hati anak tunggal dari perdana menteri Singapura. Dan semua orang punya hak untuk bermimpi ! Tidak perduli manusia itu hidup di dalam got ataupun hidup di langit.

(***)

Keesokan harinya, aku tidak sengaja berpapasan dengan Cecile di koridor sekolah. Duh, kaki ini seolah-olah terasa membeku dan dihinggapi beribu koloni semut. Aku dan Cecile memang satu sekolah, namun tidak satu kelas. Dia merupakan pribadi yang ramah dan tidak pilih-pilih teman. Sikapnya yang rendah hati dan parasnya yang cantik membuat siapa saja bisa jatuh hati padanya. Termasuk juga Tim, teman sekelasku. Tim memang merupakan pribadi yang pemberani, ia tidak malu mengungkap perasaannya pada Cecile dihadapan teman-teman. Mungkin rasa pemberaninya itu muncul dikarenakan dia merupakan anak dari Joe Chiang, pemilik Chiang Group, salah satu perusahaan elektronik yang cukup terkenal di Singapura. Tim merasa cukup setara dan mampu menaklukan hati seorang Cecile, meskipun hingga detik ini, Cecile tak kunjung menerima cinta siapapun. Dan sekarang, Tim seringkali mencibirku secara diam-diam karena mempunyai perasaan pada Cecile. Tim mengetahuinya dikarenakan pada suatu hari saat jam pelajaran olahraga, Tim tidak sengaja melihat isi catatan kecilku yang berisi ungkapan perasaanku pada Cecile. Namun untungnya, Tim tidak pernah mengungkapkan pada teman-teman mengenai perasaanku ini. Aku mengapresiasi hal itu sehingga aku berusaha untuk tidak pernah menampakkan kemarahanku didepannya meskipun ia kerapkali mencibirku.

(***)

Hingga pada suatu hari, kudapati rumor beredar bahwa Cecile telah menerima cinta dari Tim. Darahkupun spontan naik ke ubun-ubun, entah perasaan marah apa kecewa, karena telah kalah bersaing dengan Tim. Aku merasa belum maksimal untuk meraih perhatian Cecile. Bagaimana tidak, tubuhku kerapkali membeku didepannya. Selalu begitu. Aku jadi berfikir untuk berhenti bermimipi mendapatkan hati Cecile. Namun ayahku selalu berpesan untuk terus bermimpi, dan tetap bermimpi, hingga matahari di langit bertambah menjadi dua. Dan aku kembali menguatkan hatiku, untuk menanti berakhirnya hubungan mereka, dan kembali meraih hati Cecile lebih giat lagi dari sebelumnya. Aku yakin aku bisa.

"Vivian, kau dengar perkataan ibu ? Jangan melamun, buka halaman 16 dan bacakan" tukas Ibu Fiona membuyarkan lamunanku. Karena sering bermimpi aku jadi memiliki hobi baru, melamun.

(end)

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 18, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Keep Dreaming Until the Sun Becomes TwoWhere stories live. Discover now