11- Giving Up or Survive?

292 43 1
                                    

Still Luke Point Of View

"Luke? Apakah kau mendengarkanku?"
"I-iya aku mendengarkanmu. Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang Ana?"

   Aku bertanya kepadanya tentang apa yang seharusnya ia lakukan. Dan sepertinya pertanyaan yang aku ucapkan merupakan pertanyaan kepada diriku sendiri.

  Dan aku sendiri belum bisa menjawab pertanyaan tersebut. Yang kutahu aku memiliki dua pilihan,bertahan tetap mencintainya atau menyerah terhadap perasaanku sendiri walau hal itu susah dilakukan,bahkan aku tidak yakin apakah aku dapat melakukan hal itu.

"Sejujurnya aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan selanjutnya. Oke lupakan! Aku baru ingat kau bilang ingin mengatakan sesuatu? Tentang?"
"Bukan sesuatu yang penting,aku hanya ingin memberitahu bahwa aku akan kembali ke Indonesia nanti malam"
"Nanti malam? Kita baru bertemu Luke dan kau akan meninggalkanku lagi? Sahabat macam apa kau!"
"Iya. Tapi ada hal yang harus aku lakukan Ana,jadi sampai bertemu lagi nanti okay? Aku tahu kau pasti bisa melewatinya! I believe in you"
"Semoga saja Luke dan terimakasih"
"Anytime for my bestie"

   ••••

Sekarang Luke sudah berada di dalam perjalanan pulang menuju Indonesia. Padahal ketika Luke akan pulang Justin menyarankan untuk menginap dulu di LA tapi Luke menolaknya.

Semuanya tidak semudah yang dibayangkan. Padahal di dalam hatinya Luke masih ingin berada disamping Ariana lagi. Tapi keadaannya yang membawa takdir untuk meninggalkan Ariana. Dan Luke pun memikirkan kembali lagi perasaannya. Ia berpikir bahwa perasaannya tidak ada gunanya lagi,apa gunanya mencintai seseorang dan seseorang yang kita cintai mencintai orang lain? Pikirannya terpecah karena ia mendengar suara pilot mengatakan bahwa 5 menit lagi pesawat yang dikendarainya akan mendarat.

Setelah mendarat ia langsung menaiki taksi dan pergi menuju tempat yang ditujunya. 10 menit berlalu ia pun telah sampai.

"Mr.Hemmings? Ayah Anda telah menunggu di ruang kemoterapi"
"Terimakasih sus"

Ia pun berjalan melalui lorong-lorong bercat putih dan beraroma obat-obatan. Rumah Sakit,jadi alasan Luke untuk pulang lebih cepat karena ini. Lalu Luke menghampiri pria yang tidak terlalu tua dan pria itu merupakan ayah kandungnya.

"Hi dad! Maaf aku terlambat"
"It's okay Luke, lebih baik kita masuk sekarang dokter sudah menunggumu"

Mereka pun masuk kedalam ruangan yang bertuliskan ruang kemoterapi di pintunya. Lalu setelah di dalam,Luke langsung mengganti baju dengan setelan rumah sakitnya dan langsung berbaring ditempat tidur.

"Hi Luke,kau sudah siap untuk melaksanakan kemoterapi hari ini?"
"Sangat siap dok, let's do this!"

  Beberapa menit selanjutnya Luke sudah merasakan adanya cairan yang sepertinya obat-obatan yang masuk kedalam aliran darahnya. Sudah beberapa bulan yang lalu, Luke divonis kanker otak oleh dokter dan ternyata kanker ini sudah ia miliki sekitar 3 bulan yang lalu.
  
   Ia tidak mau memberitahu Ariana ataupun keluarga Ariana. Ia hanya ingin Ariana tidak khawatir dengannya dan jika ia memberitahukan hal ini kepadanya beban yang dimiliki Ariana akan bertambah. Dan Luke tidak mau melihat orang yang disayanginya menderita. Biar saja dia yang merasakannya dan hanya dia.

   Rasa sakit yang ia dapatkan dari pengobatan ini tidak sebanding dengan rasa sakit ketika ia melihat Ariana sehancur kemarin. Jadi lebih baik seperti ini. Kadang-kadang ada saatnya dimana kita harus berbohong untuk membahagiakan seseorang daripada berkata jujur kepada seseorang dan membuatnya menjadi sedih. Dan keputusannya telah bulat,Luke akan bertahan. Bertahan untuk tetap mencintai Ariana walaupun perasaannya tidak akan pernah dibalas.

••••••••


Hai! Udah lama ga update,ngestuck. Makasih yang udah baca ff aku yang aneh ini. xoxo💜

Their Curse | jariana [COMPLETED]Where stories live. Discover now