Nova tertegun. "Apa maksudmu bilang begitu?"
Euphy tidak melanjutkan kata-katanya. Ia hanya diam menundukkan kepalanya di punggung Nova.
"Euphy, kau memang tidak bisa main piano di rumah, tapi kau bisa main di sekolah kan?" Tanya Nova hati-hati.
"Kupikir bisa."
Nova tersenyum senang. "Kalau begitu, bisa aku bilang pada Ray kalau kalian akan tampil nanti?"
"Ya, sekalian suruh dia tentukan lagu dan semuanya." Sahut Euphy.
Nova mulai merasa heran. "Kenapa hari ini kau penurut sekali? Setelah kau menolak berkali-kali pertanyaanku."
"Kau mau aku berubah pikiran?" Balas Euphy.
"Oh tidak, ya sudah, lupakan saja."
Tak terasa, rumah Euphy sudah di depan mata. Tetapi sebelum Euphy sempat turun dari punggung Nova, Tyler muncul dari dalam. Ternganga dan terkejut.
"Apa... yang kalian... lakukan?" Tanyanya terbata.
Nova panik. "Eh, anu ini..."
Dengan cepat Euphy turun dan berjalan masuk, sedikit terpincang-pincang. "Kakiku terkilir, ia mengantarku pulang. Hanya itu."
"Hanya itu?" Nova tahu dari wajah Tyler bahwa ia sangat meragukan jawaban Euphy.
"Hanya itu." Ulang Euphy. Lalu ia masuk ke dalam, meninggalkan kakaknya dan Nova di luar.
Tyler menatap Nova tajam. "Jadi sampai mana perkembangannya?"
"Dia sudah bisa bermain walau agak susah, tapi ia memang menunjukkan keinginan untuk bermain." Sahut Nova.
"Memang ada yang mengekangnya dari piano." Ujar Tyler.
"Ya, ia sudah cerita padaku." Balas Nova.
"Apalagi yang ia katakan padamu?"
"Aku mengusulkan untuk mengganti kenangannya akan piano dengan kenangan indah." Ujar Nova. Terngiang di telinga Nova jawaban Euphy, 'happy ending love story'. "Tapi ia belum menjawab apa-apa."
Ia tidak mungkin memberi tahu Tyler jawaban yang diberikan Euphy padanya, apalagi ia masih tidak yakin pada maksud jawaban Euphy. Selain itu, aku masih sayang nyawa! Pikirnya.
* * *
"Bagaimana? Ia sudah mau main?" Tanya Ray. "Pertunjukkan tinggal sebulan lagi. Aku juga perlu waktu latihan."
"Oh, ya. Ia bisa bermain. Kau yang menentukan lagu dan semuanya. Kemarin ia memberitahuku." Sahut Nova.
"Sungguh? Kau hebat juga." Balas Ray terkejut. "Kupikir ia takkan kembali."
"Kenapa?"
"Seorang profesional pasti memiliki alasan kuat untuk meninggalkan dunianya." Jawab Ray. "Lagipula, dulu ia sangat terkenal di kalangan pemain musik klasik sepertiku. Banyak rumor tentang alasannya hilang. Sekarang reputasinya di dunia itu sudah hancur."
Nova terdiam. Ia yakin Euphy mengetahui hal ini. Apa ini salah satu dari sekian alasan Euphy takut kembali?
"Bisa mendengar 'Piano's Voice' lagi, aku benar-benar beruntung." Ray tersenyum senang. "Setelah lima tahun, akhirnya aku bisa melihatnya lagi."
"Piano's Voice? Bukan harusnya Piano's Sound?"
"Julukan yang diberikan dunia klasik padanya. Hanya dipakai di kalangan pemain, karena itu fans tidak banyak yang tahu. Ia memainkan piano itu hingga yang mendengar bisa memahami apa yang disuarakan piano itu. Kita seperti bisa mendengar piano berbicara." Jelas Ray.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Hearts' Resonance
Teen FictionBagai bumi dan langit, seperti Kutub Utara dan Selatan, laksana Merkurius dan Neptunus. Begitulah hubungan Euphonia dan Valent. Hanya karena Valent meminta Euphonia bermain piano dalam pentas kelas, gadis itu jadi membencinya dan bahkan untuk menyeb...