Part 10

10.4K 417 7
                                    

    Waktu sekarang menunjukan pukul 02.25 am. Dimana semua orang masih dalam kondisi terlelap, mengistirahatkan tubuhnya usai melakukan banyak aktivitas di siang harinya.

   unyi, hanya terengar dengkuran dari seseorang di ruangan ini, cahaya pun sangat minim hanya ada cahaya yang dihasilkan dari lampu tidur di samping sebuah ranjang.

   Seorang wanita sedang tertidur lelap di atas ranjang yang beralas kasur sangat empuk membuat siapapun yang menempatinya terasa nyaman, tubuhnya terbalut dengan selimut putih. Tak jauh dari wanita itu, ada seorang pria yang menemaninya. Terduduk dilantai, wajahnya terlengkup di sisi ranjang, serta tangannya yang terus menggenggam erat jemari wanita tersebut.

    Wanita itu tak lain adalah Sania. tidurnya sedikit terusik saat merasakan keanehan diperutnya. Ia mengerjapkan matanya perlahan, meninggalkan alam mimpi yang terjadi sebelumnya. Penglihatannya menangkap sosok Rakha yang berada disampingnya, menggenggam jemarinya erat. Sebuah senyum tercetak jelas dari bibir Sania. Sania menemukan kehangatan tersendiri saat melihat Rakha yang bersifat mengistimewakan dirinya.

Jemarinya mengusap lembut ujung rambut Rakha. Tak lama, si pemilik rambut itu terbangun dari tidurnya saat mengetahui adanya kelembutan yang diberikan Sania. Rakha menegakkan kepalanya dan setelahnya terduduk disamping Sania.

" kenapa bangun? Wajah kamu pucat sekali Sania, lebih baik kamu tidur lagi " Rakha dengan lembutnya menyenderkan kepala Sania dibahunya, dan memberi kecupan-kecupan kecil di puncak kepala Sania.

" aku mau minta maaf, karena udah ngelanggar janji aku sendiri dan membuat kamu kecewa. Tapi sungguh, aku ga ada maksud buat ngecewain kamu " ucap Sania pelan dan Rakha menghelangkan nafasnya berat.

" Sania, dengar aku " Rakha menangkup kedua pipi Sania agar menatapnya.

" aku hanya tidak ingin terjadi sesuatu pada kandunganmu dan juga kesehatanmu. Walaupun usia kandunganmu sudah melewati masa rentan, tapi aku tetep nggak mau terjadi sesuatu pada anak kita nanti. Paham? "

Sania mengangguk mengerti.

" tapi, ada alasan kenapa kau pulang telat? " Rakha menatap Sania dengan tatapan menyelidiki.

    Sania yang mengeri tatapan itu hanya bisa terdiam. Ia tidak mungkin bilang kepada Rakha mengapa hari ini ia pulang telat atau mungkin hingga beberapa hari kedepan nanti. Otaknya mulai berfikir, mencari alasan yang tepat agar Rakha mempercayainya.

" tadi jalan di daerah Bandung ada yang rusak dan bahkan parah, jadi polisi memutuskan untuk membuka-tutup jalur. Dan aku dengar, baru akan diperbaiki besok hari. Jadi, aku harap kamu ngerti ya " ujar Sania berbohong.

    Ya, setidaknya dengan alasan itu Rakha akan memakluminya kalau beberapa hari kedepan Sania akan pulang telat.

   Rakha mengangguk pelan, kemudian memeluk Sania. Memberi kehangatan kepada tubuh Sania. Sania merasakan Perutnya yang tiba-tiba berbunyi dan seperti ada demo didalam sana. Sania kembali berfikir, ia mengingat bahwa tadi siang ia tidak mengisi perutnya dengan makanan. Hanya sekedar meminum air putih, dan itu tidak memberikan efek kenyang pada perutnya.

    Lupa? Sebenarnya Sania tidak lupa untuk mengisi lambungnya yang kosong. Hanya saja ia mendadak tidak mood saat seorang wanita tadi datang ke butiknya dan menyuruhnya menyelesaikan semuanya dalam waktu singkat. Sebenarnya memang sudah tugas Sania melayani permintaan seorang konsumen, tapi kali ini begitu mendadak.

" Rakha, aku lapar " ucap Sania dengan nada malu-malu.

    Rakha menautkan kedua alisnya bingung, kemudian membuat jarak untuk melepaskan pelukan Sania. ditatapnya kedua mata Sania. Rakha sedikit berfikir, karena tidak seperti biasanya Sania mau makan saat tengah malam seperti ini.

Because Our SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang