Inilah cara ku...
Menggambarkan mu melalui tulisan
Menceritakan detail nya dengan jutaan aksara
Mengubur rasa dengan tumpukan kata
Menghanyutkan rindu bersama do'a
Aku hanyalah aku.
Dan Inilah cara ku...
Mengumpulkan sajak dari do'a menjadikan nya sebuah cerita
Sembari menanti harapan menjadi kenyataan
Menunggu jawaban dari Tuhan hingga terjadi nya keajaiban..
Dan kamu, aku akan tetap menunggu mu...................
Hujan seakan tak ingin berhenti hari ini, meski hanya meninggalkan gerimis kecil dan mentari pun sudah bersinar terang. Hujan panas.
Kamila kembali mengurung diri nya di kamar, menatap jendela saat hujan adalah suatu ketenangan tersendiri untuk nya.
Sejak bertahun-tahun lalu, kamila hanya bisa berteduh dan menatap hujan. dia sudah lupa bagaimana indah nya berada di bawah rintik.
Tak bisa di pungkiri, hujan selalu berhasil membawa titik-titik kenangan yang membasahi pipi karna tangisan.
Sekuat tenaga sudah diredamnya, tapi selalu saja titik-titik itu berhasil menerobos dinding kenangan.Sosok itu hadir lagi, setelah sekian lama pergi
Dia kembali datang, setelah lama menghilang...Mata kamila menangkap sosok itu di halaman belakang, dia menengadahkan kepala dan mengangkat kedua tangan nya seakan menantikan tiap tetes nya memberikan kesejukan.
Mata nya terpejam, meresapi tiap kebahagiaan yang di hadirkan hujan.Mata itu terbuka, kini dia yang menangkap sosok kamila di balik jendela. Kamila yang sadar Alwan menatap kearah nya langsung menutup gorden dan menenggelamkan dirinya di balik selimut tebal.
Sementara di bawah sana, Alwan tersenyum pahit dan terus menikmati hujan."Udah lama ya Mas kita gak main hujan bertiga"
"Astaghfirullahhaladzim! Naira, bikin kaget Mas aja kamu ini"
Naira hanya nyengir menanggapi Alwan yang masih mengusap dada karna merasakan jantungnya hampir saja copot."Sejak kapan kamu disini Nai?"
"Baru aja, Nai tadi liat Mas Alwan main ujan jadi Nai juga mau ikutan. Ayo Mas ajakin Kak Mila juga, udah lama kan kita gak hujan-hujanan bertiga"
"Jangan Nai, seperti nya kak Mila lagi gak enak badan tuh"
"Iya sih, yaudah deh"
Naira menengadah kan wajah dan tangannya, berusaha menikmati rintik yang jatuh. Begitu pula dengan Alwan. Naira menghentakkan kaki nya berulang kali, menyipratkan genangan air kearah Alwan, tawa menggema berusaha mengalahkan nyaring nya suara air yang membentur bumi.
"Mas, kenapa gak balik tinggal disini lagi?"
"Gabisa Nai, Papa sudah pindah kerja disana. Jadi Mas juga harus disana dulu sama keluarga."
"Hmm iya sih. Tapi nanti Mas Alwan bakal kangen aku gak ya?"
Itu bukan pertanyaan, hanya gumaman tapi terlalu nyaring hingga bisa di dengar oleh Alwan secara langsung hingga membuatnya tertawa kecil."Pasti Nai, Mas pasti bakal kangen kamu."
"Bohong. Buktinya selama 5 tahun Mas gak kangen sama Nai."
"Kata siapa? Mas kangen kok.
"Tapi kok gak ada kabar?"
"Gapapa Cuma mau buktiin kata-katanya Dilan aja."
"Apaan?"
"Katanya Rindu itu berat, nih buktinya Mas mampu memikulnya bertahun-tahun. Mas lebih keren dari Dilan, kan?" Alwan terkekeh dengan statemen nya sendiri yang mengada-ngada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seikhlas Langit [SUDAH TERBIT]
SpiritualTumbuh bersama, tawa, tangis dan bahagia sejak kecil mereka bagi bersama. tapi usia memberi tahu sampai kapanpun mereka bukan lah satu. juga rasa yang tak mungkin bisa di bohongi, tumbuh subur namun selalu berusaha di bunuh dengan kekejaman jarak. s...