Bagian ke 6

8.6K 927 48
                                    

Itachi memberikanku sebuah kamar yang luas dan mewah, dan yang kulakukan semenjak kembali ke istana ini adalah mengurung diri di sana. Aku ehegalauehem.

Semenjak kedatangan Itachi ke kediamanku hari itu, Naruto tidak pernah menampakkan dirinya lagi. Aku sudah mengetuk kaca itu berulang-ulang membujuknya dengan sekeranjang besar jeruk namun dia sama sekali tidak menampakkan dirinya.

Itachi sempat mengira aku gila ketika mendapati adiknya sedang berbicara dengan cermin, namun ketika ia melihat bahwa cermin itu tidak memantulkan bayangan siapun dan mendengar ceritaku tentang Naruto (aku terpaksa menceritakannya berharap dia dapat memberiku solusi) ia hanya tersenym maklum. Namun dari matanya aku tau dia mengetahui sesuatu.
.
.
.

"hai dobe, aku membawakanmu jeruk." Ujarku terduduk di depan cermin kutaruh jeruk itu di lantai tepat di depan cermin. Dapatkurasakan dadaku sesak dan memanas. Aku merindukanmu idiot.

"kono mama de zutto iretara yokatta" *
"mahout nante nakute mo anata no soba ni itai"*

Aku berujar serak, kupejamkan mataku.

Aku ingin menangis, namun tak satupun dari air mataku mau turun. Mereka tersimpan di sana di dalam hatiku, alam bawah sadarku menolak untuk menerima kenyataan bahwa Naruto telah pergi meninggalkanku.

"nakanaide.."* mataku terbuka ketika kurasakan sebuah tangan menyentuh pipiku. Dapat kulihat Naruto berjongkok di hadapanku. Kami masih terhalang cermin namun tangan Naruto terulur menembus cermin membelai pipiku. Aku mengangkat tanganku dan menggenggam tangannya.

Ia tersenyum dengan air mata yang mengalir membasahi pipinya, bahkan ingusnya nyaris keluar.

"Dobe jangan menangis.." ujarku berusaha tersenyum meledeknya.

"Baka teme! Ini air matamu yang keluar melalui mataku!" ujarnya tengan cengiran yang di paksakan. Aku terkekeh.

Tangannya masih bergetar di pipiku, ketika dia menatapku dengan pandangan sedih
"Sasuke, hiks.. dalam cermin terdapat dunia hiks.. di mana semuanya terbalik, aku dan kau hiks.. tidak seharusnya bertemu." Ia terisak denga bibir yang bergetar. Mataku tebelalak mendengar ucapannya, aku menggeleng.
Tidak Naruto, jangan kataku itu.

"Nakanaide-" ujarku tercekat.

"kimi ga kureta mono, boku wa kaesu dake"*

ia menarik tangannya menjauh, dengan panik aku mencoba meraik tangan itu lagi.

Namum ketika kurasa aku hampir menggapainya-

PRAANG!!

-cermin di hadapanku pecah berkeping-keping, pecahannya berhamburan.

Beberapa menggores lengan dan pipiku hingga berdarah, tapi aku tak peduli. Onixyku bergulir menatap pecahan cermin yang berserakan di lantai.

Tidak!

Tidak! Tidak!

Dengan tangan bergetar dan berlumuran darah aku memungut pecahan itu, beberapa darinya menggores tanganku menambah luka yang sudah ada. Aku mencoba menyatukannya namun itu tidak mungkin. Cermin itu pecah dan hancur berkeping-keping seperti hati dan berasaanku.

AARRRRRGGGG!!!!

Aku berteriak. Beberapa pelayang memasuki kamarku dan terkejut dengan kekacauan yang ada, Itachi berdiri di belakang mereka, menerobos masuk dengan tergesa-gesa. Ia lalu dapat memahami apa yang terjadi ketika menemukan bingkai cermin Naruto dan serpihan cermin yang berserakan di lantai.
Ia menatapku dengan pandanga kasihan, maafkan aku Sasuke.
.
.
.

Aku tidak tau harus hidup seperti apa tanpamu, kau membuatku terbisasa akan keberadaan orang lain Idiot! Dan sekarang kau pergi dengan seenaknya.
.
.

Tamat
.
.
.
.

Becanda kook masih
Tbc

Magic Mirror (sasunaru ver.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang