"Ra, mau ke kantin bareng?" tawar seorang cowok yang punya wajah sekeren para artis—tentu karena ibunya seorang artis—pada seorang siswi yang membuat orang lain cemburu.
"Tapi lo yang traktir," kata cewek yang diajak cowok tadi sambil menyeringai. Dan cowok itu hanya terkekeh geli.
"Asal lo nggak rakus, gue mau," kata si cowok tadi dengan cengiran di wajahnya membuat siswi-siswi di sana serasa terbang. Ada yang bilang di kelas ini merupakan kelas surga, karena cowok dan cewek yang bagai pangeran-putri berada di kelas ini, 10 IPA-B.
"Pht. Dasar mamang tebar pesona. Dan lagi gue gak rakus tau, Ta. bukannya lo sama adek lo yang rakus, ya?" kata cewek itu sambil meleletkan lidahnya pada cowok yang dipanggil 'Ta', tapi sesaat cewek itu terdiam. Ia merasa dejà vu.
"Tiara, lo sama Arta dekat ya?" tanya teman cewek itu, Yani yang sepertinya kaget dengan keakraban mereka berdua.
"Oh. Tiara masih satu keluarga dengan gue. Ya kan, Calonnya gue?" Arta yang menjawab pertanyaan Yani dengan bercanda, terkekeh melihat raut muka Tiara yang tak suka dipanggil begitu. Dan sontak, murid yang mendengarnya lansung riuh.
"Hah?! Seriusan Ta?"
"Wah kalian masih keluargaan?"
"Hah? Apa maksudnya 'calonnya gue' Ta?!"
Dan bla bla bla..Itulah yang Tiara tak suka. Teman-temannya selalu sok ikut campur pada apapun.
Greeek
Tiba-tiba suara gesekan kaki kursi dengan lantai keramik terdengar. Suara itu cukup keras dan membuat suara-suara yang mengganggu pendengaran berhenti. Semua pandangan menuju ke sumber suara.
Ardi.
Ardi baru saja beranjak dari bangkunya dan menuju pintu kelas.
"Emm... Tir, ayok," kata Arta sambil berbisik yang melihat celah untuk kabur sambil menarik tangan Tiara. Ia menyesal menjahili Tiara dengan mengatakan hal yang tak penting.
•••
Someone POV
Bel istirahat baru saja berdentang. Sungguh pelajaran bahasa insonesia itu membosankan. Ini sudah hari ketiga setelah MOS. Ah, rasanya ngantuk banget. Lebih baik tidur deh.
"Ra, mau ke kantin bareng?"
Satu kalimat itu sungguh sukses membuatku menoleh dan menghilangkan rasa kantuk yang tadi menyergapku. Rasanya yang ada di dalam dada ini berdetak kencang saat melihatnya sedang tersenyum pada seseorang.
"Tapi lo yang traktir,"
Tawa itu, cengirannya, itu semua sesuatu yang sudah saaaaangat lama tak kulihat. Kenapa?? Kenapa dia tidak tersenyum padaku? Kenapa pada orang lain?
"Asal lo nggak rakus, gue mau," ucapan itu! Huh, dia mengkopas kalimatku?!
Cih.
Haaahh... Ayolah ingat aku, kau bisa kan?
"Pht. Dasar mamang tebar pesona. Dan lagi gue gak rakus tau, Ta. Bukannya lo sama adek lo yang rakus, ya?"
"Huh. Dasar kau tukang tebar pesona! Aku nggak rakus tau! Yang rakus itu kau dan adikmu, kan?"
Hhaaaah... Kenapa malah inget ucapan dia? Ukkh... *mengacak-acak rambut*
"Tiara, lo sama Arta dekat ya?"
Bukan dekat bodoh. Siapa sih yang nanya? Oh, Yani, jangan tertipu. Dia bukan siapa-siapa.
"Oh. Tiara masih satu keluarga dengan gue. Ya kan, calonnya gue?"
Shit! Bisa nggak lo nggak main-main sekarang, hah?!!
Shit! Shit! Shit!
Kenapa semuanya pada ribut?! Pada kepo semua!!! Ukkh!Greeek
..................
Hah? Kalau bunyi itu bisa diemin seluruh kelas, kenapa nggak dari tadi aja ya?
"Emmm... Tir, ayok,"
Lah? Ngapain kok bisik-bisik waktu lagi sunyi. Ya kedengeran lah. Dasar bodoh. Kalian... tetap nggak berubah.
•••
a/n
wah, saya publish lagi!
kesambet apalah ya saya? :v :v
ini ceritanya pendekkk, cuma 513 kata untuk cerita dan 21 untuk note.
jadii... saya mau langsung publish aja :v :v
selamat menikmatiii :P (semoga)
Bab berikutnya entah kapan....
-Az
29 mei 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth Or Dare [HIATUS]
Teen FictionSejujurnya, pertemuan dan perpisahan itu adalah takdir. Meski berulang kali kau pertahankan, atau kau perjuangkan, yang namanya takdir perpisahan, tak elak kau putuskan. Atau berulang kali kau menolak, menjauh dari seseorang, yang namanya takdir per...