Author POV
"Kyaaaa! Ardi kok ke sini?!"
"Ardi!! Look me pleaseee!!"
"Ardii! Talk with me c'moon!"
Dan bla bla blaArdi yang baru saja bermain futsal berjalan ke arah taman depan sekolah yang banyak di huni siswi-siswi perempuan untuk menonton pertunjukkan basket atau futsal di lapangan—taman depan sekolah berhadapan dengan lapangan basket dan futsal— membuat beberapa siswi histeris.
Sesampainya di tempat tujuan, Ardi mencari-cari sosok seseorang.
"Di, hey." Tiba-tiba seseorang menepuk pelan bahunya. Dan ketika Ardi menoleh, ia dapati sosok yang dicarinya itu sedang tersenyum manis kearahnya.
"Audy." sapanya balik, tapi dengan wajah datar.
"Hey ayolaah~ kau bahkan cuek padaku?" kata gadis itu dengan nada manja.
"Tak perlu bertele-tele, berikan aku barangnya." ujar Ardi, masih datar.
"Astagaa~ to the point banget sih." rutuk gadis itu sambil mengeluarkan sesuatu dari dalam tas selempang mini-nya yang di bawanya sedari tadi.
"Nih. Tapi! Inget, lo masih punya satu tantangan!" ujar Audy dengan sebuah senyuman miring yang mengisyaratkan sesuatu.
"Gue tau." balas Ardi setelah mengambil barang yang diberi Audy sambil berlalu meninggalkan tempat itu meninggalkan Audy yang masih tersenyum miring, membuat dirinya terkesan puas akan sesuatu.
•••
Seorang gadis tengah membaca buku sambil mendengarkan lagu dengan earphone-nya di ruangan yang penuh dengan rak berisi lembaran bersampul.
"Hmm... Hm.. Hmmm... Hmm.." Ia tidak tahu kalau ada seseorang yang berjalan mendekatinya dan ia malah asik bersenandung.
"Hoy!"
"Akh!" pekik gadis itu sambil menoleh ke belakang karena ada sesuatu yang menepuk bahunya.
"Hahaha." tawa ringan sosok itu membuat penghuni ruangan yang tidak diisi banyak orang terpana.
"Ada apa, Ky?" Akhirnya setelah keterpanaannya, gadis itu bertanya.
"Ah, nggak tuh. Gue cuma ngagetin lo aja. Gue ke sini buat nyari bu Tri." kata sosok yang dipanggil 'ky' sambil sedikit menyeringai. Tapi hanya sebentar lalu wajahnya kembali poker face.
"Hah? Cuma mau ngagetin gue? Kurang kerjaan ya?" tanya si gadis sambil mengangkat satu alis. Sebenarnya ia sedang senang, sahabat laki-laki yang ia suka menyapanya.
"Yah, makanya gue ke sini, bodoh. Mana bu Tri?"
"Hmm.. Hm.. Hmm..." Gadis itu kembali bersenandung dan tidak menjawab pertanyaan sosok tadi, sengaja.
"Astaga, Indah!" seru sosok itu sambil menepuk bahu gadis itu lagi.
"Aduh! Apaan sih, Diky? Nggak liat apa gue lagi serius nih." ujar gadis yang bernama Indah sambil memasang wajah kesal.
"Kan gue tadi nanya, mana bu Tri?" tanya Diky lagi mengulang pertanyaan sebelumnya.
"Di sana tuh yang lagi molor." Ucapan Indah yang tidak diperkecil membuat beberapa siswa-siswi di ruangan itu terkikik geli. Memang kenyataannya bahwa guru bahasa kelas 11 itu sukanya molor alias tidur kalau di ruangan perpus.
Dan tanpa mengucapkan apapun pada Indah, Diky langsung nyamperin guru itu.
"Astagaa! Tadi orangnya 'lumayan' periang, eh sekarang udah cuek bebek. Dasar tuh anak." gumam Indah sambil memberi kutip pada kata 'lumayan'.
•••
"Bu."
"Ibu."
"Bu Tri."
Diky sedikit geregetan dengan guru yang asik tidur di atas sofa kebanggannya itu.
"Huh. Bu Fitri!" Panggilan Diky kali ini lebih keras, sehingga guru yang sedang larut entah mimpiin apa itu terbangun. Tapi dengan pendengaran Diky yang super duper tajam itu, ia sempat mendengar guru itu ngedumel dengan suara semuuuuuut "Aww.. Sebentar yank."
Sontak mulut dan mata Diky membulat. Ibu ini mimpi apa coba??
"Eh.. I.. Iya, ada apa? Oh Diky. Ada apa?" tanya Ibu itu setelah berhasil mengumpulkan nyawanya.
"Eh.. A.. Anu.. Saya minta formulir pendaftaran OSIS bu." kata Diky yang sempat gelagapan.
"Oh.. Baiklah.. Nih nak Diky." ujar ibu itu sambil menyerahkan sebuah formulir pada Diky.
"Terimakasih bu." kata Diky setelah mengambil formulir dan langsung pamit sambil ngicir keluar ruangan itu.
Tapi baru beberapa langkah berlari, Diky kembali ke guru tersebut yang sedang memposisikan diri buat mencari mimpinya yang tertinggal.
"Eh, bu. Saya minta satu lagi formulirnya." kata Diky yang mengganggu acara 'mimpi indah' ibu itu.
"Baiklah." kata ibu itu ogah-ogahan. Males si ibunya.
"Makasih bu. Saya pamit dulu." kata Diky sambil (sedikit) tersenyum dan berlari sekuat tenaga ke pintu Perpustakaan. Indah dan beberapa siswa/siswi lain keheranan pada tingkah cowok berparas keren itu, karena Diky berlari sambil tersenyum.
•••
"Tiaraa! Sini!" panggil seorang gadis dengan senyuman lebar memanggil Tiara.
"Apa?" tanya Tiara sambil mendekati gadis itu. Mereka baru berteman beberapa jam yang lalu.
"Hehehe." yang malah di balas tawa aneh oleh gadis itu. Setelah memutar matanya, Tiara duduk di samping gadis yang bernama Diah itu.
"Kenapa, Yah?" tanyanya lagi. Mereka duduk melingkar. Di sana ada Diah, Intan, Yani, Keyla, dan Rahma.
"Main yuk. Jangan menyendiri dong, nggak seru ah." kata Diah masih dengan senyum lebarnya yang cling cling itu.
"Uh. Main apa?" tanya Tiara sambil menoleh ke arah lain. Ia tak tahan melihat senyum Diah yang ' waaah' banget itu.
"Hehehe... Truth Or Dare!"
•••
a/n
Hai hai.. Jumpa lagi ngan saya..
Apa kabar para pembaca? Semoga nggak jadi buruk ya setelah membaca cerita saya :3ini sudah bulan ramadhan, yang umat islam, selamat berpuasaa^^
-Az
9 juni 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth Or Dare [HIATUS]
Teen FictionSejujurnya, pertemuan dan perpisahan itu adalah takdir. Meski berulang kali kau pertahankan, atau kau perjuangkan, yang namanya takdir perpisahan, tak elak kau putuskan. Atau berulang kali kau menolak, menjauh dari seseorang, yang namanya takdir per...