2006 : Cinta Pertama seharga sepuluh ribu

521 22 0
                                    

Semenjak kejadian di halaman SD dulu hubungan ku dan dia merenggang. Kami masih berteman, masih bermain bersama namun sudah tidak seakrab dulu.

Sekalipun sekarang kami masih bersekolah di tempat yang sama kami jarang berkomunikasi. Sekarang kami adalah remaja puber dengan belasan jerawat di wajah. Kami masuk di SMP yang sama namun tidak pernah berada dalam satu kelas. Anehnya di SMP ini ia selalu berada diperingkat dibawahku. Dia terlalu sibuk bermusik, membuat band bersama teman-teman seangkatan kami dan tebar pesona pada kaum hawa. Kini baru ku tau kalau dia pandai memainkan gitar dan suaranyapun cukup merdu.

Sekarang ini aku banyak berteman dengan para gadis, hal ini ku lakukan bukan karna aku ingin lebih feminim. Tapi karna aku merasa lebih membutuhkan teman sejenis untuk membicarakan masalah pubertas. Aku masih tetap tomboy. Rambutku tak pernah panjang sejak dulu, selalu sebahu dan hanya disisir ketika akan berangkat ke sekolah. Ibu ku sudah pasrah dengan segala ketomboy-an yang mengelilingiku. Orang yang selalu oke oke saja dengan predikat tomboy ku adalah dia dan Danu.

Ah..berbicara tentang Danu, sekarang anak itu sudah pulang ke kampung halaman ayahnya di Solo. Sebelum kami menerima ijazah kelulusan dulu, Danu sudah hijrah terlebih dahulu ke Solo.

Hari dimana Danu akan pergi aku bermain di rumahnya sepanjang hari. Dan itu pertama kalinya aku bertemu dengan ayah Danu yang baik hati. Hari itu aku mengekori Danu sepanjang pagi. Ketika siang beranjak aku merasa mengantuk dan tertidur didepan televisi di rumahnya. Sore hari ketika aku terbangun Danu sudah pergi. Aku langsung pulang dan menangis di rumah. Menangisi kebodohan yang malah tertidur ketika berniat mengantar kepergian sahabatku.

.....................................

Setiap ulang tahun sekolah selalu ada pensi dan lomba-lomba. Pensi kali ini ada dia dan band nya yang mengisi acara. Dia hanya memainkan gitar sambil menunduk. Tapi pesonanya begitu besar sampai membutakan mataku. Kali ini kuakui aku jatuh cinta (lagi) kepadanya.

Aku masih menatapnya tak berkedip hingga seseorang menepuk pundak.

" Ken, kamu kenal Banyu si gitaris itu kan? " tanya Nana salah satu teman sekelasku

" Iya Na, dia tetangga aku. Kenapa? " jawabku
" tetangga? Wow. Kamu tau banget dong ya sama dia. Kasihin aku biodata dia dong " ucapnya lagi

Aku menatapnya agak heran. Biodata? Emang mau buat apa Nana minta biodata dia. Apa jangan jangan..

" Kamu suka sama Banyu, Na? " tanya ku hati-hati

Nana hanya tersenyum sambil mengangguk tanpa malu.
" Makanya, kamu bantuin aku ntar aku traktir es krim deh, janji. "

Sejujurnya aku bingung, haruskah aku membantu teman sekelasku ini? Membantunya mendekati cowok yang ditaksirnya, yang tak lain adalah gebetan ku juga. Tapi saat itu rasa ku padanya belum bisa mengalahkan se cup es krim yang dijanjikan Nana. Saat itu aku menukar rasa suka ku dengan se cup es krim coklat yang harganya bahkan tak mencapai sepuluh ribu. Murahnya rasa suka ku dulu.

..............................tbc
Lama gak update dan ngepost pendek ini. ;)
Thankiss for your attention guys. ;*

DIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang