Part 1. Lagi

13 1 1
                                    

*Tania POV*

Setelah menekan-nekan kombinasi tombol sandi dengan tepat, akhirnya pintu apartemen pun terbuka. Kupandangi sekeliling ruangan yang hampir 2 minggu ini tak kukunjungi dan senyumku pun seketika mengembang.

"Masih sama" gumamku pelan.

Aku pun semakin tidak sabar, kulangkahkan kakiku menuju kamar sang empunya apartemen ini, lagi-lagi aku tersenyum, sekilas kulirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kiriku, waktu menunjukan pukul 06.25 dia pasti masih tidur, batinku.

Kuputar pelan kenop pintu kamar bersamaan dengan suara-suara aneh yang samar-samar terdengar dari balik pintu yang kubuka, dan tanpa sadar aku sudah berdiri membeku disana menyaksikan sebuah pemandangan yang sangat tidak pantas untuk dilihat di pagi hari yang sangat cerah ini. Oh, aku sampai tidak tahu harus berkata apa. Antara terkejut, marah, sedih, kecewa, bingung, semuanya bercampur aduk dalam kepalaku. Yang jelas kini, mereka berdua yang tengah berada diatas ranjang itu terkejut akan kehadiranku tiba-tiba dan tanpa permisi. Si wanita menatapku dengan tatapan kebencian seolah-olah aku ini orang asing yang tidak tahu malu yang telah mengganggu kesenangannya. Sedangkan laki-laki disebelahnya terlihat sangat-sangat terkejut dan menatapku dengan rasa penuh ketakutan.

Sedetik kemudian aku tersadar. Ehh??!! Ap-apa?? Apa-apaan ini??! Refleks kupegang dadaku erat. Kukerjapkan kedua mataku berkali-kali. Ini mimpi kan?! Ya, ini mimpi, mimpi, pasti mimpi!! Tapi, kenapa pemandangan didepanku masih saja sama?! Tidak bisakah berubah menjadi ayam bakar, iga bakar atau bakso bakar bikinan mang Anton yang enak itu?? Ahh, tiba-tiba aku jadi lapar kalau berandai-andai makanan seperti itu.

Hhhhh.. "Awww..!" tanpa sadar kucubit lenganku. Sakit.. Bukan, bukan sakit karena lenganku yang memerah, tapi hatiku. Iya, disana.. Sakit sekali rasanya.. Meski ini bukan yang pertama kalinya lagi. Lagi??!! Haahh??!!! Kupegang dadaku semakin erat, dan sedetik kemudian tubuhku sudah jatuh menggelosor ke lantai, dengan bodohnya aku bertanya-tanya pada diriku sendiri tentang kemana perginya tulang-tulangku yang setiap paginya ku asupi dengan kalsium, mineral, zat besi dan vitamin penguat tulang. Halahh.

Kutatap kosong lantai yang ternyata sudah banjir dengan air mataku, entah sejak kapan, aku bahkan baru sadar kalu ternyata aku menangisi laki-laki bejat itu. Aaaahh.. Ingin rasanya aku meneriaki dua makhluk yang tidak tahu malu itu! Berteriak sekeras-kerasnya, agar mereka tahu apa yang aku rasakan! Apalagi pada wanita yang ada disebelahya itu! Berani-beraninya! Tapi, jangankan berteriak, membuka mulut saja sulit! Putus asa karena mulutku yang bungkam, alih-alih kucoba menelan ludah untuk membasahi tenggorokanku yang kian kering, hhhhh sama saja! Susah dan sakit. Rasanya seperti sedang menelan kulit durian, ternyata tidak hanya hatiku yang tertusuk-tusuk, tapi tenggorokanku juga.

Andai saja air mataku ini bisa berubah menjadi air bah, tentu sudah sedari tadi kutenggelamkan dan kuhanyutkan kedua tubuh penuh dosa itu! Biarkan saja mereka mati kehabisan nafas. Tapi pada kenyataannya justru aku sendiri yang hampir mati kehabisan nafas seperti ikan tanpa air. Dadaku sesak sekali, seperti ada berpuluh-puluh karung beras yang menghimpit paru-paruku. Apa menurut kalian aku terlalu berlebihan? Tapi memang begitulah yang tengah kurasakan saat ini. Kenapa menyedihkan sekali kisah cintaku ini? Tak jauh berbeda dari yang sudah-sudah. Kenapa?? Kenapa?! Kenapa selalu saja seperti ini?! Apa aku ini terlalu polos sehingga mudah terkena tipu daya mereka? Atau memang aku yang terlalu bodoh jika berurusan dengan yang namanya laki-laki?

Tiba-tiba sosok laki-laki ahh bukan, dia tak pantas disebut laki-laki lagi tapi bajingan tengik! Dia tiba-tiba saja sudah berdiri tegap dihadapanku, ahh tidak enak sekali jika posisi begini sampai terlihat dimedia, kesannya aku seperti sedang berlutut dan meminta-minta belas kasihan padanya! Cih! Aku tak sudi! Segera kutepis kedua tangannya yang hendak menyentuh bahuku.

"Tania" suara beratnya terdengar melengking di telingaku. Segera aku berdiri dan memperbaiki posisi rok dressku yang kusut setelah berposisi seperti suster ngesot selama kurang lebih 5 menit. Ahh, penampilanku pasti kacau sekali! Aku tahu ini keadaan genting, tapi tetap saja kan penampilan itu nomer satu? Kuseka kasar kedua mataku dengan punggung tanganku. Oyaa, aku baru ingat kalu dia tadi memanggil namaku ya? Tapi sudahlahh, aku sedang malas bersuara.

"Tania sayang-" PLAKK!! Kulihat dia sedikit meringis setelah menerima tamparan dari tanganku, sayang sekali ya? Padahal sudah kucoba sekuat tenaga, tanganku juga sudah sampai merah dan panas begini tapi tamparanku seolah tidak ada apa-apanya. Aku hanya bisa memberengut kesal. Andai saja Hercules atau Samson mau meminjamkan sedikit saja kekuatan mereka padaku, sudah pasti akan kurontokan semua giginya! Menyebalkan!

"Jangan pernah sekalipun berani memanggilku dengan sebutan sayang lagi! Mulai detik ini, aku bukan pacarmu! Apa kau pikir selama ini aku hanya mesin ATM dan pajangan berhargamu yang bisa kau pamerkan pada teman-temanmu hah?! Berani-beraninya kau berbuat seperti ini setelah semua yang aku lakukan untukmu! Apa kau begitu haus belaian sampai bermain-main dengan wanita macam itu?!" bentakku keras. "Oh, dan apa-apaan ini?! Kau bahkan membiarkan wanita ini memakai barang-barangku?! Apa selama ini uang yang kau minta itu juga untuknya hah?!"

Wanita yang tadinya menatapku dengan tatapan kebenciannya tiba-tiba bungkam. Sedangkan bajingan dihadapanku ini tertunduk diam, tak tahu harus bagaimana menjawab pertanyaanku. Sial. Kesabaranku sudah benar-benar habis. Kucoba untuk menghela nafas beberapa saat dan bersikap sedikit lebih tenang.

"Tania, aku.." kata-katanya yang belum selesai langsung kupotong begitu saja.

"Sudahlah, aku sudah lelah. Aku tak mau mendengar apapun lagi darimu! Sebaiknya kau segera berkemas. Aku tak mau tahu, bagaimanapun juga besok pagi kau harus sudah angkat kaki dari apartemenku ini! Jika aku masih melihatmu disini dan bahkan secuil barangmu di tempat ini, aku tak akan segan-segan menendangmu keluar dan membakar barang-barangmu sampai tak tersisa! Ingat itu baik-baik!" lagi-lagi ucapanku penuh dengan emosi.

Aku tak mau ambil pusing dengan semua ini! Aku sudah muak dan lelah dengan semuanya! Biar saja! Aku bahkan sudah berbaik hati untuk tidak menendang aset berharganya itu dengan stiletoku ini! Ayolah, aku tak sekejam itu. Segera setelahnya aku keluar dari kamar itu dan membanting pintu sekeras-kerasnya tanpa menoleh kebelakang ataupun melirik wanita murahan itu yang terakhir kali kulihat telah bersembunyi di balik selimut. BLAMM!

#TBC

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Haloo.. setelah hiatus hampir 3 tahun (lamaaa banget) akhirnya saya kembali lagi. Ini adalah story dari LWAY sebelumnya yang saya tulis ulang kembali. Maaf kalu ada typo, dan mohon maaf sekali karena telah menghilang dari peredaran tanpa adanya pemberitahuan dari kelanjutan cerita ini. Tapi saya pastikan untuk kali ini akan saya selesaikan cerita ini :)

Silahkan untuk kritik dan sarannya. Di tunggu juga vote & commentnya. Terima kasih. ^^

LOVE Where are you? (Re-write)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang