Part 5. Bad Day

4 0 0
                                    

*Tania POV*

Mataku sedang sibuk meneliti setiap bagian restoran bergaya klasik tahun tujuh puluhan yang tengah berdiri kokoh dihadapanku saat kemudian kurasakan seseorang meletakkan tangannya dipinggangku dan menarikku dengan lembut masuk kedalam restoran.

Aku menoleh dan mendapati Evan tengah menatapku dengan sudut bibirnya yang tertarik sempurna, membentuk sebuah senyum yang errr... 'menawan'?

Nahh, kalian lihat kan? Hari ini dia memang benar-benar aneh, kalian tahu kan betapa menyebalkannya dia saat menyuruhku turun dari mobil tadi? Aku memicingkan kedua mataku dan menatap balik matanya dengan penuh curiga.

"Apa?!" ucapnya menyebalkan.

Hhhhhh... Lihat! Lihatt! Baru 5 detik yang lalu dia bersikap manis, sekarang dia sudah berubah lagi! Masih mending kalo berubahnya jadi baja hitam atau power rangers, lha ini?! Hih! Dasar beruang kutub! Atau jangan-jangan dia memiliki kepribadian ganda ya? Aku bergidik ngeri saat membayangkannya, aku lebih memilih untuk bungkam dan mengikuti langkah kakinya yang panjang.

Kami sudah tiba di sebuah meja yang ternyata sudah di pesan oleh Evan sejak lusa. Pandangan mataku terhenti saat aku menemukan sebuah meja tepat menunjuk angka jarum jam 12 dan berjarak 10 meter dari meja kami. Meja itu didukuki oleh pasangan muda yang baru saja sampai dan kini mereka tengah sibuk memilih pesanan mereka di daftar menu sambil sesekali bergurau. Kuhembuskan nafasku dengan berat.. 'Ya Tuhan.. Kenapa rasanya dunia ini sempit sekali?! Kenapa aku harus perlu melihat wajahnya lagi?!' Ini benar-benar hari yang buruk.

Ohh, dan siapa gadis itu? Rasanya itu bukan gadis yang kemarin ada di apartemen? 'Apa dia ATM barumu??' cibirku dalam hati. Ya, entah kebetulan macam apa hari ini aku meihat si brengsek Jimmy dengan pacar barunya di restoran ini.

"Ayo pulang!" Refleks aku berdiri dan menarik tangan Evan yang tengah sibuk memilih makanan di daftar menu. Aku muak melihat wajah brengsek Jimmy, terlebih bangku duduknya tepat tak jauh di depan tempatku duduk.

"Hah?! Kita kan baru sampai? C'mon Tania.. Jarang-jarang kan kau bisa makan siang ditemani oleh pria tampan sepertiku?"

Aku memutar kedua bola mataku sebal saat mulutnya dengan lancar mengatakan hal itu. Cih, kenapa akhir-akhir ini aku jadi sering banget ketemu sama yang namanya makhluk narsis?!

"Fine.. Gimana kalau kita pindah tempat makan aja??" Tawarnya sambil mengusap punggung tanganku.

"Aku nggak laper Evan!"

Ya. Sekarang rasa laparku sudah hilang. Pemandangan tadi sudah berhasil membuatku perutku terasa sangat kenyang.

"Tapii aku laper Tania" rajuknya dengan wajah pura-pura memelas.

"Aku nggak peduli!" Ucapku sambil meninggalkannya keluar dari restoran. Kulihat Jimmy sempat menengok ke arahku, tapi aku buru-buru pergi dari tempat itu. Sungguh aku tak tahan lagi melihat wajahnya.

"Kalo kau berniat membuat tubuh macho ku menjadi kurus kerempeng, maka kau berhasil!" ucapnya sok ngambek.

"Cih, sejak kapan tubuhmu itu bisa masuk kategori macho? Lagian kalo cuma nggak makan siang sekali juga kau itu ga akan busung laper kok!" ucapku sebal. Lagian ini orang kenapa juga sikapnya tiba-tiba jadi mirip sama mas-mas yang ada dijembatan?! Aiiih, sekarang malah inget-inget mas-mas manis jembatan (bukan Ancol) masa?! Ckk, ok, stop kania. Aku kembali tersadar dari pikiranku saat aku merasa kalau Evan tengah memegangi tanganku. Entah sejak kapan.

"Kau ini kenapa sih?!" air mukanya tiba-tiba berubah menjadi serius.

"Hah? Kenapa apanya?" tanyaku dengan bodohnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 23, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LOVE Where are you? (Re-write)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang