Ketika pohon semakin tinggi, angin yang menyapanya akan semakin tak terbagi. Daun kuat yang tak tertandingi kehilangan tawanya. Gemerisik ramai bisikan daun reda berderai tercerai. Ketika pohon semakin tinggi dan semesta mulai melirik penuh arti. Gemerisik gurauan daun menjadi berarti. Ketika pohon semakin tinggi dan mulai menarik hati. Kilat petir menyambar karena iri. Daun hijau bergurau bersama cahaya sang mentari di pohon yang semakin tinggi, sebelum akhirnya mereka berserah diri pada dinginnya sapaan angin badai
Pada semesta yang memandang melukai
Pada kilat petir yang menjadi duri
Hijau bersinar memantulkan bias mentari pagi berbisik tenang dalam ramahnya rembulan malam kini tak ada lagi. SEPI
Daun itu lebih memilih berada jauh dibawah. Ditanah tak bergerak tak terjangkau angin maupun petir. Terlindungi pohon yang semakin tinggi.
Mereka tertawa memandang ke atas pada daun yang terkoyak, terluka, bertahan mencengkram erat sang ranting pada pohon yang semakin tinggi. BODOH.
Untuk tetap memilih bertahan untuk terluka? TIDAK
Daun hijau lusuh dengan air mata tertawa bertahan pada pohon yang semakin tinggi.
Memandang indah cahaya mentari pagi
Tersenyum pada hangat sapaan angin sepoi
Dan indah cinta dalam rintik hujan temaram bulan yang tak kan bisa kau nikmati dari bawah pohon yang semakin tinggi.