Orin

3.5K 79 10
                                    


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ahhhhhhhh!!"

"Ayo, sayang."

"Ahhhhhhhh!!"

Aku kepanasan, sumpah! Mendengar desahan penuh nikmat membuat darahku naik ke ubun-ubun. Rasanya aku ingin masuk dan bergabung dalam adegan panas di layar komputerku. Dada wanita yang tengah diremas itu menggelitik mataku untuk terus memandangnya. Begitu besar, kenyal dan ohh... bulat sempurna. Tuhan, ciptaanmu begitu indah.

"Woy! Ngapain lo!"

Buru-buru kututup webbrowser komputerku kemudian membalas tatapan curiga Nina, teman sekantorku. Ini adalah satu-satunya perusahaan yang mau menerima karyawan malas sepertiku, aku selalu malas melakukan apapun, selain, yah, 'mengoleksi' barang-barang lucu. Aku nggak tahu kenapa kedua orang tuaku menuduh anak semata wayangnya yang cantik dan manis ini menghabiskan uang mereka untuk belanja. Padahal kan aku cuma mengamankan barang-barang itu biar nggak di rusak orang lain yang mungkin saja nggak bertanggung jawab.

Benar kan yang aku lakuin? Nggak salah kan? Huh!

Bisa-bisanya, bahkan dengan kejam mereka mengusirku dari rumah dan tega membiarkan anak gadisnya hidup merantau di kota.

"Apa?" tanyaku balik, alis palsunya terangkat sebelah terlihat nggak percaya. Tangannya bersedekap di depan dadanya yang kutaksir 36B.

Aduh, kasihan benda bulat itu tergencet tangannya.

"Lo mau onani lagi sambil liatin bokep?" selidiknya. Kutunjukkan notepad++, pekerjaanku seharian ini padanya sambil tersenyum lebar.

"Enggak kok, lagi coding," kilahku.

Bisa mampus kalau sampai Nina tahu kalau aku tadi sedang asyik lihat bokep, bisa-bisa dia langsung ngomong pakai toa ke semua orang, dan jatuhlah imejku dari cewek manis jadi 'cewek mesum', idih! Untung aku tadi pakai headset.

"Programmer-nya'kan Pak Bram, nah elo ngapain ikutan coding?" Nih bocah tanya mulu ya, lama-lama aku sumpal juga itu mulut pakek mulutku. Eh?

Cari alasan, Orin. Em...

"Biasa, buat aplikasi baru."

"Aplikasi apaan?"

"Aplikasi buat nakhlukin hatimu," candaku sekenanya, Nina langsung terbatuk-batuk nggak jelas. Aku nyengir lebar bisa menggombali Nina yang emang demen digombalin juga sih, sampai sebuah jitakan mendarat di kepalaku.

"Aw, sakit woy!''

"Heh cewek mesum, berhenti godain calon istri gue, hm! Dasar yuri." Tony, calon suami Nina, katanya sih sebentar lagi nikah, dan salah satu di antara mereka harus mengundurkan diri, karena peraturan perusahaan melarang suami istri bekerja di tempat yang sama. Apa boleh buat. Untung aku belum nikah.

Bandanas, Loves & BitchesWhere stories live. Discover now