Part 2

5.8K 239 3
                                    

Hari ini cuaca sangat cerah. Tampak cahaya matahari yang bersinar dengan terang di tengah birunya langit. Namun sepertinya itu tidak berpengaruh dengan keadaan penduduk desa. Hal ini di buktikan dengan ramainya klinik pengobatan saat ini. Semua dokter dan perawat tengah sibuk melayani penduduk desa yang datang berobat. Tak berbeda jauh halnya dengan apa yang aku lakukan sekarang ini.

"Nah, luka mu sudah ku obati. Lengan mu juga sudah ku perban. Semuanya sudah selesai. Setelah ini kau hanya perlu istirahat untuk beberapa hari ke depan."

"Terima kasih, Lady. Aku tidak tau harus bagaimana jika anda tidak menolongku saat ini."

"Sudah menjadi tugas ku untuk menolong orang. Yang terpenting jangan lupa untuk meminum obat ini dan gantilah perban itu setiap hari."

"Baik, Lady. Terima kasih dan semoga anda selalu diberi kebahagiaan."

Aku meninggalkan lelaki tadi segera setelah tugas ku selesai. Berjalan perlahan dan hati-hati agar tidak jatuh di tengah-tengah padatnya klinik saat ini. Aku melangkah menuju kebun di belakang klinik. Karena hanya di tempat itulah yang keadaanya sangat sepi. Kontras sekali dengan keadaan klinik.

Walaupun sepi bukan berarti tak ada orang di kebun ini. Aku melihat beberapa perawat tengah memetik daun mint dan sirih juga beberapa tanaman obat lain. Ah ya, ini adalah kebun tanaman obat. Aku sengaja membuatnya untuk persediaan. Lagipula stok obat yang kerajaan ini sediakan kadang tak mampu untuk memenuhi kebutuhan para penduduk. Bahkan anggota kerajaan sampai saat ini pun masih sering menggunakan pengobatan tradisional. Tak heran lagi, jika kita masuk ke dalam istana dan menemukan kebun tanaman obat seperti yang ada dihadapanku ini.

Rileks. Satu kata yang menggambarkan suasana hatiku saat ini. Lama memandang kebun membuat pikiran jenuh dan lelah yang menimpaku hilang seketika. Seperti jam yang berdetak kembali saat baterainya diganti. Seperti itulah diriku. Kembali bersemangat dan siap untuk beraktivitas lagi. Duduk bersantai seperti ini dan menikmati pemandangan kebun membuatku merindukan surga duniaku di tengah hutan. Sayangnya aku tak dapat memuaskan kerinduanku itu karena kesibukan di klinik akhir-akhir ini.

"Maaf mengganggu waktu istirahat, Lady." Tiba-tiba perawat Janice menghadapku.

"Ada apa, Janice ?"

"Begini Lady. Persediaan obat kita hampir habis. Sedangkan tanaman obat yang ada dikebun tidak dapat kita petik secara terus menerus. Para dokter mulai resah, Lady. Ditambah hari ini jumlah pasien meningkat."

"Hmm, begitu rupanya. Tunggu se...." Belum selesai aku mengatakan apa yang ingin aku ucapkan terdengar suara gaduh di dalam klinik. Tampak dua orang lelaki dengan pakaian prajurit yang tengah terburu-buru.

"Ada apa ? Mengapa kalian terburu-buru dan gelisah seperti itu?" Tanyaku penasaran.

"Maafkan hamba karena berbuat kegaduhan di klinik anda, My Lady. Tapi saat ini anda sangat dibutuhkan di istana. Yang Mulia Permaisuri memberi perintah kepada hamba untuk membawa Lady ke kediamannya secepat mungkin."

"Yang Mulia Permaisuri ? Ada apa dengannya ? Apa terjadi sesuatu ?"

"Mohon maaf, Lady. Hamba tidak bisa memberi penjelasan lebih detail kepada anda."

"Kalau begitu kita harus cepat kesana. Ayo."

"Kami telah menyiapkan kuda untuk anda, Lady."

"Bagus. Janice, kau tak perlu khawatir mengenai persediaan obat. Aku akan mengurusnya. Dan kau, ayo cepat. Tidak baik membuat Yang Mulia Permaisuri menunggu terlalu lama."

Dengan hati resah aku manaiki kuda yang telah dipersiapkan oleh pengawal tadi. Pikiran ku berkecamuk. Tidak biasanya Yang Mulia Permaisuri memberi perintah seperti ini. Yang Mulia Permaisuri terkenal akan kelembutan dan keanggunannya. Dia juga sangat baik hati. Itulah mengapa seluruh rakyat begitu memuja Ratu Kerajaan ini. Jika ia sampai memanggil ku dengan cara seperti ini pasti telah terjadi sesuatu di istana.

Behind The MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang