.

59 2 2
                                    

Semoga hari ini dia lewat jalan ini. Kumohon...
Yeay! Itu dia.

Aku mengikutinya dari belakang dan mulai menyapa.

"Pagi."
Dia segera menoleh lalu mengulas senyum di wajahnya. Refleks akupun membalas senyumnya.
"Pagi juga. Bareng?"
Kubalas dengan anggukan, dia tersenyum lagi. Kamipun berjalan beriringan menuju sekolah.

Setibanya di kelas aku meletakkan tasku lalu memasang earphone dan memutar beberapa lagu. Dia duduk disampingku. Aku mengeluarkan beberapa komik untuk dibaca.
"Nis?" panggilnya.
"Hmm?" jawabku tanpa berpaling dari komik.
"Gua putus sama si Dinda."
"Cepet amat, baru dua bulan."
"Gatau ah gua bosen, dia cerewet trus gak bolehin gua nge-game."
"Terus gua harus gimana hm?"
"Hibur gua lah."
"Males."
"Anjir lu mah gitu. Ayolah nis..."
"Berisik."
Aku membuka tas mengambil hp dan kulempar dengan halus padanya.
"Ada game baru. Cobain."
"Lu memang paling ngerti gua nis." Jawabnya sambil menepuk-nepuk bahuku. Fokusnya langsung tertuju pada hpku
Aku meliriknya sekilas lalu tersenyum.

Keesokan harinya.

Ish lama banget sih. Udah nunggu setengah jam lebih, 5 menit lagi gerbang ditutup.
Sial!

Aku segera berlari menuju sekolah yang jaraknya hanya beberapa meter dari tempatku berdiri tadi. Beruntung aku sudah di depan kelas saat bel berbunyi.

Fyuhhh hampir aja

Saat aku memasuki kelas, teman-temanku sudah duduk di kursinya masing-masing, begitupula dengan dia.

Tau gini langsung aja kesini

Aku duduk dikursiku lalu melipat lengan dan meletakkan kepalaku diatasnya.

"Nis? Kok telat?"
Kuangkat kepalaku.
"Kejebak macet." Jawabku asal.
"Lah kan lu jalan kaki? Kok bisa?"

Bego!

"Gua lagi pengen naek angkot."
"Dasar aneh. Padalah rumah lu deket. Eh kemaren gua kenalan ama cewek kelas D, cakep, gua semaleman smsan sampe lupa waktu hahah tadi juga berangkat bareng. Kebetulan rumahnya searah hihih."
"Baru putus kemaren udah dapet mangsa baru."
"Gua kan gak mau jadi jones kayak situ nis hahah." Jawabnya sambil cengengesan.
"Asem!" Kutaruh lagi kepalaku diatas lengan.
"Nis lu sakit?" Tanyanya sambil menggoyang-goyang bahuku.
"Nis jangan mati!" Sekarang dia menggoncang bahuku keras.
"BERISIK!" Jawabku keras.

Dia langsung diam. Akupun tak beranjak dari posisiku sampai jam istirahat.

"Nis? Lu kenapa sih kok tiba-tiba gini?" tanyanya.
"Gak enak badan." dustaku.
"Yaudah izin pulang aja."
"Males. Bentar lagi juga mendingan, tadi udah minta obat ke UKS." Lagi-lagi aku berbohong.
"Yaudah kalo gitu. Gua mau ke kelas D dulu hehe." jawabnya dan langsung pergi begitu saja.

Luthfi begoooo!

Bel tanda pelajaran berakhir berbunyi, dengan malas aku memasukan barang-barangku kedalam tas. Kulihat sekeliling, keadaan kelas juga sudah sepi.

Pulang sendiri lagi hmmm

Saat aku melewati gerbang aku terkejut karena menemukan dia disana, sedang bersandar di tembok dekat pagar dan tangannya sibuk memainkan hp. Kuputuskan untuk menghampirinya.
"Loh kok belum pulang?" Tanyaku.
"Lagi nunggu seseorang hehe."
"Gua?"
"Pede. Bukan lah, lagi nunggu si Nami."
"Oh. Yaudah duluan."
"Ok. Hati-hati digodain om-om ya hahah."
"Ish Sembarangan."
Aku segera pergi dari tempat itu. Tapi, bukannya pulang ke rumah aku malah bersembunyi di gang samping sekolahku. Aku mengeluarkan hpku lalu mengetik pesan untuk ibuku.

Bu, aku pulang agak telat mau kerja kelompok dulu.

Hari ini aku benar-benar lelah mengikuti mereka. Aku pulang setelah melihat dia masuk kedalam rumahnya.

Sesampainnya dirumah hari sudah gelap aku mandi lalu makan, setelahnya aku bersantai di teras sambil memainkan beberapa game di hpku. Hpku bergetar menandakan notifikasi masuk. Ternyata notifikasi dari Line.

Undangan Let's Get Rich lagi hmm
Mumpung lagi buka Line, mau chat dia ah.

Namun saat aku akan mengiriminya pesan, kulihat statusnya. Disana tertera "Nami <3". Langsung kumatikan hpku, berjalan menuju kamar, lalu tidur.

Keesokan harinya...

"Nis, kemarin gua jalan bareng sama dia."
"Hmm." jawabku pura-pura tak peduli.
"Gua nembak dia kemaren, dan ajaibnya diterima hahah"
"Baru juga kenal. Jangan buru-buru."
"Takut keburu diambil orang ah hahah."
"Serah ah. Gua udah ngingetin ya."
"Lu kok gitu sih? Berharap gua diputusin kayak kemaren? Katanya temen, kok gitu sih?"
"Bukan gitu fi. Kalian kan baru kenal beberapa hari, belum tau karakter masing-masing
Pas kalian udah tau dan gak bisa nerima hal itu, gua takut kalian malah udahan. Gua gak mau lu sakit hati lagi fi."
"Tapi gua yakin kalo sama yang ini nis."
"Lu bilang hal yang sama pas baru jadian sama si Dinda."
"Lu mah malah bahas orang itu lagi ah malesin."
"Serah ah. Jangan berisik gua lagi ngerjain PR nih bentar lagi masuk."
"Nyontek juga ah."
"Masalah?"
"Iyalah. PR itu dikerjain dirumah." jawabnya sambil memasang ekspresi menyebalkan.
"Ngomong lagi gua tabok!"
"Hnjir ampun-ampun."
"...Eh itu yang nomor..."
Plakkkkk

Saat bel istirahat berbunyi semua langsung berhamburan keluar kelas, kecuali aku dan dia.
"Sakit nis ih."
"Iya tau."
"Tanggung jawab lah."
"Bawa ke rumah sakit? Perlu di-rontgen? Takutnya tulang tengkorak lu ada yang retak."
"Hnjir. Gak perlu ke rumah sakit. Ke rumah lu cukup."
"Loh kok malah kerumah gua?"
"Installin game di laptop gua hehe, kebetulan sekarang bawa laptopnya."
"Mana bisa sembuh kalo pake itu."
"Plissss nis. Lu gak kasian gua tadi udah kena tampol? Penyembuhnya itu aja gapapa."
"Males ah."
"Ayolah nis."

Arrrggghhh aku tak tahan melihat ekspresi memelasnya.

"Yaudah entar pulannya ke rumah gua dulu. Udah nge-install langsung pulang."
"Siap." jawabnya sambil tersenyum lebar.

Saat tiba di rumahku.
"Nis tante Indi kemana?"
"Gatau. Ke rumah tetangga kayaknya."
"Mau dimana nih? Di kamar lu ya? Gua belum pernah liat kamar lu ih."
"Jangan! Di ruang tamu aja, kamarnya berantakan belum sempet diberesin." jawabku cepat.
"Gapapa ih. Kamar gua juga kan berantakan, lu kan tau."
"Udah disini aja."
"Ayolah nis."
"Disini atau gak jadi hm?"
"Yaudah deh." pasrahnya.
Berjalan menuju kamarku, kubuka kunci pintunya lalu mengambil laptop dan flashdisk, segera keluar setelah mendapatkannya.
"Nis kok gak ada makanan sama minuman sih? Pelit amat."
"Gak ada, belom belanja."
"Beli dulu sana. Laper nih."
"Asem."

Kali ini aku mengalah, aku sedang malas meladeninya. Aku pergi ke mini market terdekat untuk membeli beberapa makanan ringan. 20 menit kemudian aku baru kembali. Membuka pintu depan dengan pelan, kuperiksa ruang tamu namun tak ada siapapun disana. Aku segera berlari menuju kamarku yang pintunya terbuka sebagian lalu masuk.

"Gak nyangka ya lu kayak gini nis? Menjijikan!"

Dia menemukannya.
Mengapa aku begitu bodoh membiarkan pintu kamar tak terkunci?

"Gak usah lu jelasin. Gua udah ngerti. Dasar freak! Nyimpen beginian. Sedotan bekas luthfi, pulpen bekas luthfi, sikat gigi bekas luthfi, shampoo yang dipake luthfi. Sampe sekotak gini lu nyimpen ginian? Cih!"
"Fi..."
"Lu bahkan catet jam mandi gua, jam tidur, jam berangkat sekolah, jam..."
"LUTHFI!"
"Apa? Lu mau marah? Harusnya gua yang marah. Lu ganggu privasi gua. Lu bahkan punya foto gua lagi tidur. Lu nyelinap ke kamar gua? LU PENJAHAT YA!"
"Gak gitu fi." ucapku pelan bahkan mungkin dia tak bisa mendengarnya.
"Gua gak nyangka, lu itu sahabat gua tapi kok... Udahlah mulai sekarang lu jauh-jauh dari gua, jangan nguntil gua, dimata gua sekarang lu hanya orang asing. Dasar sinting! Dan biar gua perjelas. Gua gak suka lu! Gak sedikitpun!" ucapnya berapi-api lalu pergi begitu saja.

Apa berakhir seperti ini?

###########

Hari ini dia mengajak keluarganya jalan-jalan ke taman dekat rumahnya, mereka terlihat bahagia. Dia mempunyai istri yang baik dan dua anak laki-laki berumur 10 dan 5 tahun. Setiap minggu mereka selalu datang ke tempat ini, begitupula denganku. Namun aku datang ketempat ini hanya untuk melihat dia..

Selesai

Ya, ceritanya memang aneh.

Your StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang