Part 1 : Awal Bertemu

25 0 0
                                    


    Cerita ini tentang diriku dan Ikhwan. Bagiku, dia tak akan terganti. Sama seperti novel yang sedang melambung, bagiku Ikhwan adalah Dilanku. Namun, aku bukanlah Melanie yang dipuja-puja para pria. Aku hanyalah Ahra yang mencintai Ikhwan apa adanya. Kisahku dimulai ketika kami masih berseragam putih abu-abu...


Part 1 : Awal Bertemu


   Perkenalkan Namaku adalah Ahra Permaditha. Aku bukanlah wanita cantik. Bahkan di hari pertama sekolah di tingkat menengah atas, Aku menghadapinya dengan perasaan takut. Aku adalah orang yang paling sering di bully di SMP. Aku takut kejadian itu terulang kembali.

  Sesosok senior menghampiriku "Apa aja yang lo bawa buat mos ?". Muka Senior itu tampak menyeramkan bagiku. Walaupun mungkin, bagi orang lain mimik wajahnya wajar adanya. Senior itu tampak memeriksa barang-barang yang aku bawa untuk mos. Dan melihat peralatanku sudah lengkap, ku diperbolehkan duduk.

 Setelah beberapa lama aku duduk, seorang pria duduk di sebelahku. Dia tidak tampan namun ia selalu tersenyum. Dan dia adalah Ikhwan. Awal aku melihatnya, aku menatapnya aneh. Seperti 'Kenapa orang ini selalu senyam-senyum seperti itu'.

  Acara Mos pun dimulai, dimana kakak mos mulai membagikan kelompok mos kami. Ternayata aku sekelompok dengan Ikhwan. Ikhwan pun tersenyum padaku "Halo, lo Ahra ya ? Gue Ikhwan ? Dari SMP mana ?"

  Begitulah Ikhwan. Ia tak pernah malu, untuk menyapa duluan. Ia juga ramah terhadap orang lain. Tersadar atas lamunanku, aku pun membalas senyumnya "iya, salam kenal. Gue Dari SMPN 1. Lo dari SMP harapan ya ?"

  Ekspresi Ikhwan menunjukan keterkejutannya, ketika aku tau dimana ia bersekolah "Kok, lo tau ?"Pada Akhirnya aku tertawa dan menunjukan pin sekolahnya yang terpasang di kantung seragam bajunya.

  Di hari itu, kami diperintahkan kepada kakak mos kami untuk berdua-dua mencari bahan dan membuat prakarya apapun untuk ditampilkan dan dipresentasikan. Yang tentu saja, malamnya membuat kami saling chat satu sama lain

Ikhwan : "Ahra"

Ikhwan :"Ping !"

                "Ping !"

                 "Ping !"

Aku tersenyum dan membalas chatnya. Aku juga melihat profile picture yang bagiku, ekspresinya sangat lucu.

Ahra : "Apa ?Kenapa Khwan ? Gue habis sholat."

Ikhwan : "Jadinya kita buat apa ?"

Ahra : "Gak tau. Punya ide ? Kesenian gue remed terus hahaha"

Ikhwan : "Hahahaha... Gue cuma bisa buat prakarya rumah sih. Tapi, gue takutnya lo gak suka ?"

Ahra : "Gue suka kok. Yang penting ada bahan untuk dipresentasiin"

Ikhwan : "Yaudah... kan pas penutupan mos ngumpulinnya, kalau gitu kita buat aja langsung disekolah. Bahannya udah di gue semua soalnya"

Ahra : "Okesip. Makasih yah khwan. Duh, gue gak ngerti lagi kalau partner gue bukan lo"

Ikhwan : "Lebay deh. Hahahaha. Oke, besok kan sabtu. Sekolah buka jam 10. Kita kesana jam 1 aja ?"

Ahra : "Oke, jam 1 yaaa."

Ikhwan : "Oke malam Ahra"

Dan hari itu percakapan ditutup, dengan Ikhwan mengucapkan selamat malam padaku. Dan, aku tidak membalasnya lagi. Karena, ia bukan seseorang yang special untukku. Dan aku bukan tipe wanita yang mengucapkan selamat malam pada pria yang bukan pacarku.


**********


  "Ahra" Ia berteriak dari lorong sekolah. Terlihat sekali bahwa ia orang yang sembarangan, teledor dan orang paling ribet yang pernah ada. Aku menghampirinya, dan membawa sebagian peralatan yang ia bawa.

 "Emangnya lo pernah buat prakarya rumah sebelumnya ?"Tanyaku, saat aku sampai dilorong depan ruang lab komputer yang tak terpakai. Dia mengangguk "Sering. Gue memang suka buat seperti itu. Mungkin, karena mau jadi arsitek kali ya ?"

  "Gue dulu juga pengen. Tapi, menyadari seninya remed. Ya, gak jadi. Hahahaha"

 "Yah, sayang banget. Kali aja kan, kita jadi arsitek bareng"

 "Lo kesini naik apa ? Secara lo bawa peralatan banyak kaya gini ?"

 "Gue naik motor. Gue iket-iketin dibelakang, biar gak jatuh"

 "Kok, gak ketauan sama senior ? Gak ketauan lo bawa motor, maksud gue ?"

 "Duh, lo ya ra. Kan hari ini, hari sabtu. Senior sama guru juga males kali merhatiinnya. Mending mereka istirahat dirumah"

 "Iya sih. Tapi, maaf ya kalau kerjaan gue gak rapih. Gue gak ahli bikin beginian"

  Ikhwan tertawa namun tangannya cukup lihai dalam menggambar bahkan tanpa ia harus melihat dengan seksama. Tak terasa, mengerjakan proyek ini hingga jam 5 sore. Dimana,kami harus pulang.

  "Lo mau pulang ?"

  "Iya wan. Kenapa ?"

  "Dijemput gak ?"

  "Gak wan"

  "Gue anterin pulang, gimana ?"

 "Gak usah. Nanti ngerepotin lagi ?"

 "Yailah, daripada cewek pulang sore-sore sendirian naik angkot. Bude gue aja yang udah tua, gak berani pulang sendiri. Udah yuk, pulang bareng gue aja"

 Mau gak mau pun, aku menurut padanya. Ia mengantarkanku hingga depan pagar rumahku. Aku tersenyum sambil berterima kasih padanya.

"Ahra"

Aku berbalik padanya dan memasang wajah 'ada apa' ?

"Gak apa-apa. Kamu seru juga orangnya. Gak nyangka, orang sependiam kamu seseru itu"

"Hahaha. Bisa aja. Sanah pulang. Nanti bude lo nyariin"

Dia mengangguk dan kemudian ia meninggalkan perkarangan rumahku, sampai ia tak terlihat lagi. Ikhwan. Ya Ikhwan. Setidaknya, berkat dirinya. Aku tidak takut menghadapi dunia SMA. Terima kasih, Ikhwan atas hari ini.

Ah ya, sampai lupa. Pasti kalian bertanya-tanya bagaimana dengan project kami ? Aku harus memberikan semua jempolku untuk Ikhwan. Karena, ia yang membuat kami menang dalam kreatifitas penutupan mos sekolah kami.


You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 25, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Ikhwan&Ahra (Putih abu-abu story)Where stories live. Discover now