02

1.2K 84 12
                                    

Derian POV

Aku tidak mengerti apa yang terjadi padaku di detik itu, seolah waktu terhenti selama beberapa saat tanpa bisa aku mencegahnya. Waktu itu aku mencoba menenggak minuman hina itu lagi, namun tiba-tiba kata-kata Zahra dan berbagai pesan yang pernah ia ucapkan padaku, langsung memenuhi telingaku hingga membakar ubun-ubunku. Kepalaku terasa begitu sakit, telingaku berdengung, dan mataku menjadi panas.

Aku tidak bisa mengingat apapun setelah itu, hanya kegelapan dan kegelapan saja yang ku ketahui.

*****

Bau obat dan suara beberapa orang yang mengatakan kata-kata aneh terasa begitu kental di sekitarku. Kucoba membuka kelopak mataku perlahan-lahan, hingga cahaya putih itu langsung menyilaukan penglihatanku. Dahiku terpaksa berkenyit untuk menyesuaikannya, dan akhirnya rasa pening di kepalaku pun muncul kembali.

Cukup lama hingga akhirnya aku dapat melihat semuanya dengan jelas, tirai putih, tiang infus dan berbagai alat aneh yang tidak kuketahui terlihat tertata rapi di samping tempatku terbaring, dan kali ini aku sadar bahwa aku sedang berada di rumah sakit. Ku mencoba mencari ponselku di dalam kantung jasku namun saat kuketahui kalau jasku sudah tersampir di atas kursi di sampingku aku pun tidak punya banyak pilihan selain mencoba bangkit dan meraihnya.

Di saat aku mengangkat sebagian beban tubuhku menjauh dari atas kasur, seketika itu juga terasa seperti ada ribuan ton batu yang menghantam kepalaku.

" aaarghhhhhhhhh " Aku berteriak cukup keras menahan sakit itu, ini bahkan terasa jauh lebih sakit jika dibandingkan waktu itu ketika aku pernah mengalami kecelakaan sebelumnya. Dan ternyata benar saja teriakanku itu berhasil mengundang perhatian beberapa perawat dan dokter di sana, dengan sigap mereka segera menghampiriku dan mengecek kondisiku.

Aku tidak bisa mengetahui pasti apa yang sedang mereka kerjakan, hingga akhirnya aku merasa ada sengatan di pergelangan tanganku dan aku kembali terhanyut dalam dunia mimpi. Aku tidak tahu pasti lamanya aku tertidur, namun yang kusadari ketika ku terbangun tubuhku terasa begitu ringan bagaikan bulu.

Bahkan rasanya sekarang aku seperti melayang dan tidak bisa menyentuh benda-benda di sekitarku. Kali ini aku mampu untuk bangkit dari tempat tidur, perlahan mengulurkan satu tanganku dan meraih ponsel di dalam jasku. Ku lihat ada puluhan misscall dan pesan yang masuk, namun dari sekian banyak pesan itu hanya satu yang sedikit mengundang perhatianku, dan itu pesan dari Roland. Ia mengucapkan maaf padaku dan ia berkata kalau ia tidak bisa mendampingiku selama di rumah sakit karena ia sedang sibuk.

Aku tahu mana mungkin sahabatku yang satu ini pernah disibukkan oleh sesuatu kecuali hanya oleh perempuan. Dia memang benar-benar seorang teman yang menyebalkan, padahal aku bisa seperti ini karena bujuk rayunya. Aku merutuki diriku sampai masih menganggapnya sebagai sahabat.

Di saat aku masih mengumpat pada kelakuan teman menyebalkanku, seorang dokter bersama perawat datang menghampiriku.

" Kau ternyata sudah terbangun tuan, bagaimana apa kau masih merasakan sakit ? " Perawat mulai mengukur tekanan darahku, dan mencatatnya di atas sebuah kertas.

" Tidak aku sudah merasa jauh lebih baik, sebenarnya apa yang terjadi padaku ? Apa kau mengetahuinya ? "
Perawat itu tersenyum miring ke arahku, kupikir ia cukup menyebalkan untuk menjadi seorang perawat.

" Kau baru saja jatuh pingsan di atas lantai diskotik, seorang temanmu yang membawamu kesini " Aku hanya menganggukkan kepalaku mendengar penjelasan dokter

" Apa aku mengalami sakit tertentu ?"

" Kami masih belum bisa memastikannya, dugaan utamaku kau terserang vertigo "

MelewatkanmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang