*Kaneki Pov*
Wanita itu datang lagi, semenjak aku bekerja disini aku selalu melihat wanita itu duduk dikursi untuk dua orang sambil membaca sebuah buku, dan entah kenapa aku sangat tertarik dengannya. Bukan hanya karena dia suka membaca buku, tapi dia juga terlihat sangat cantik, jauh lebih cantik daripada Rize, bukan maksudku untuk membandingkannya ya, tapi ayolah siapa yang tidak tertarik dengannya?. Tubuh yang tak terlalu pendek juga tak terlalu tinggi, wajah yang begitu cantik, surai putih yang terkadang dia ikat model bun dengan menyisahakan beberapa helai memperlihatkan lehernya, kulit putih pucat, iris mata berwarna biru langit yang terkesan tajam dibalik kacamatanya, dia terlihat seperti boneka porselen yang tidak pernah disentuh siapapun.
Sebenarnya aku ingin sekali mengajaknya mengobrol, tapi itu gak mugkin, dikampus saja aku tidak berani berbicara padanya. Oh ya aku satu kampus dengannya, bahkan satu kelas, dia murid pindahan dari luar negeri dan masuk kekelasku satu hari setelah aku menjadi ya kalian tau sendiri lah.
"Kenapa kau melamun?, cepat serahkan ini pada Rose-san." Perintah Touka membuatku langsung tersadar dari lamunanku dan menatap kearah nampan berisi secangkir capucino serta sepotong strawberry shortcake, ukh melihat kue itu saja rasanya aku ingin muntah, tapi mungkin ini bisa menjadi jalan aku ngobrol dengannya, yosh aku akan berusaha.
Menghela nafas aku mengambil nampan itu dan berjalan kearah wanita yang sedang asik membaca dengan tubuh gemetar.
"Ma-maaf, ini pesanan anda." Ucapku meletakan cappuccino serta kue itu diatas mejanya.
Sedangkan dia hanya menganggukan kepala sebagai jawaban, sepertinya dia sedang fokus pada bukunya, kalau begini aku tidak bisa mengajaknya ngobrol, sebenarnya buku apa yang sedang dia baca?. Akupun memperhatikan judul buku itu.
'Sejarah Vampire?, tidak ada nama pengarangnya.'
"Ano aku sering melihatmu membaca buku?, apa kau suka membaca?." Tanyaku pada Rose yang langsung menatapku dengan iris biru langitnya.
"Ah ini?, iya aku suka sekali membaca, terutama yang berhubungan dengan hal-hal mistik."
"A-apa kau juga membaca karya Takatsuki Sen?."
"Tentu saja, segala macam buku aku pernah membacanya, etto apa kau suka karya Takatsuki?."
"I-iya, gaya penulisan ceritanya mudah tapi punya kekuatan dalam penceritaannya, dan aku sangat memahami apa yang dia tulis."
"Begitu, dia memang orangnya seperti itu sih." Ucap Rose tersenyum lembut pada buku yang ada didepannya, eh apa maksudnya.
"A-ano apa maksudnya?."
"Bukan apa-apa, etto apa kau salah satu mahasiswa jurusan sama denganku?, soalnya aku seperti pernah melihatmu sebelumnya?." Eh dia tau.
"I-iya, ki-kita memang satu kelas."
"Siapa namamu?."
"Ka-Kaneki Ken."
"Kaneki nama yang bagus, kau pasti sudah tau namaku kan mengingat aku sudah menyebutkannya dikelas."
"Akatsuki Rose benarkan?."
"Benar, panggil saja aku Rose, apa kau masih bekerja?, mau menemaniku sebentar?." Pinta Rose tersenyum tipis padaku, akh gawat wajahku jadi memerah melihatnya.
"Bo-bolehkah?."
"Tentu, Toukachan." Panggil Rose pada Touka yang langsung menoleh padanya.
"Boleh aku pinjam pria ini sebentar."
"Tentu ambilah kalau kau mau." Jawab Touka tersenyum menyeringai kearahku, hah apa katanya tadi?.
"Terima kasih, nah Kaneki-kun duduklah." Pinta Rose yang segera aku turuti, ukh kenapa aku jadi gugup gini.
.
*Rose Pov*
Aku terus menatap kearah Kaneki yang saat ini duduk didepanku, auranya terlihat aneh. Ah aku belum menjelaskan, aku bisa melihat aura yang muncul dari tubuh makhluk hidup, jadi dengan begitu aku bisa membedakan mereka manusia atau bukan. Biasanya Ghoul mengeluarkan aura berwarna ungu, manusia berwarna biru muda, sedangkan untuk rasku sendiri berwarna merah, tapi entah kenapa aura yang dikeluarkan Kaneki adalah percampuran ungu juga biru muda.
'Jangan-jangan dia half, sama seperti orang itu.'
"A-ano apa ada yang salah dengan penampilanku?." Tanya Kaneki memandangku dengan wajah bersemu merah.
"Ah maaf, jadi Kaneki-kun selain karya Takatsuki Sen, apa ada lagi buku yang kau suka?." Tanyaku sambil meminum cappuccino milikku.
"Etto mungkin The Mystic Tales karya Hiiragi Yui." Jawabnya membuatku hampir saja tersedak minuman, eh dia menyukai karyaku.
"Kenapa kau menyukai The Mystic Tales?, aku pikir kau gak suka cerita fantasi mengingat kamu begitu menyukai karya Takatsuki Sen."
"Memang sih awalnya aku tidak begitu tertarik dengan cerita fantasi, tapi saat temanku Hide memberikan buku itu padaku sebagai hadiah ulang tahun, aku mulai membacanya, dan entah kenapa aku sudah suka saja dengan cerita itu karena terkesan begitu ringan, mudah dimengerti walau ya agak bawa perasaan juga, tapi entah kenapa aku merasa karakter didalam cerita itu punya nasib sama sepertiku." Jawabnya dengan suara pelan tapi masih bisa aku dengar.
"Hmm nasib yang sama?." Tanyaku menatap Kaneki yang tampak gelagapan dengan pertanyaanku barusan.
"Bu-bukan apa-apa, etto aku hanya berharap kalau buku itu ada lanjutannya." Jawabnya sambil mengaruk tengkuk lehernya gugup.
"Loh kau gak tau ya?, cerita itu memang masih lanjut kok, hanya saja sekarang dipublish di internet." Ucapku mengambil ipad dari tasku, membuka sebuah situs dan menunjukannya pada Kaneki.
"Ceritanya di publish di situs yang juga menjadi penerbit bukunya." Lanjutku begitu Kaneki mengambil ipad milikku dan membaca ceritanya.
"Aku baru tau, memangnya Hiragi Yui-san tidak ingin membuat novel lagi?."
"Bukannya begitu, dia mengatakan kalau dia semakin sibuk jadi dia memutuskan untuk mempublis ceritanya diinternet, lagipula tidak ada deadline, tapi dia mengatakan kalau cerita ini akan dibuat versi LN bukan novel." Jawabku menunjukan salah satu postingan yang merupakan tanya jawab dari reader untuk Author.
"Tapi dia juga mengeluarkan beberapa cerita kan?."
"Aku sudah membaca semuanya, tapi yang paling aku suka ya cerita itu sih." Jawabnya sambil tersenyum kearahku yang aku balas dengan senyuman padanya.
.
"Tapi entah kenapa aku merasa karakter didalam cerita itu punya nasib sama sepertiku." Kata-kata Kaneki waktu di Anteiku terus tergiang-ngiang dipikiranku membuatku bertanya-tanya apa maksudnya?.
"Karakter utama diceritaku berkisah tentang seorang pemuda biasa yang suatu hari bertemu seorang wanita ditengah jalan dalam keadaan sekarat, sang wanita yang ternyata adalah vampire itu menusuk dada pemuda itu dan mangambil jantungnya lalu mengantikannya dengan jantung miliknya, sejak saat itu pemuda tersebut menjadi half vampire tapi paling anti dengan yang namanya meminum darah manusia, tapi karena darah bagi seorang vampire adalah kehidupan dia jadi terpaksa meminum darah agar dia tetap hidup, hmm apa itu artinya Kaneki-kun menjadi half Ghoul bukan bawaan sejak lahir melainkan ada yang mengubahnya menjadi Ghoul, tapi bagaimana caranya?." Gumamku memasang pose berpikir, memikirkan seribu kemungkinan bagaimana cara Kaneki menjadi Ghoul.
"Ukh ini membingungkan, aku sebenarnya ingin sekali bertanya padanya, tapi itu tidak mungkin mengingat disini aku menjadi manusia biasa." Menghela nafas aku melepaskan kacamata yang bertengger manis di wajahku dan mematikan laptop milikku lalu berjalan kebalkon kamar.
"Hari ini bulan purnama ya." Gumamku memandang kearah bulan purnama yang bersinar terang diatasku, ah sial insting alamiku jadi keluar kan.
Aku kembali masuk kedalam kamar setelah terlebih dahulu mengunci pintu dan menatap kecermin dimana mataku saat ini berubah menjadi merah menyala seperti mata para vampire pada umumnya, satu-satunya hal yang bisa menguak identitas diriku yang sebenarnya.
"Hah sebaiknya aku tidur sekarang sebelum rasa haus itu datang." Gumamku berjalan menuju tempat tidur dan membaringkan tubuhku disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vampire X Ghoul (I)
FanfictionApa kalian percaya pada makluk-makluk mistik?. Penyihir, peri, vampire, demon, ghoul dan teman-temannya. Mungkin sebagian dari kalian tidak mempercayainya. Tapi aku percaya kok kalau mereka itu ada. Karena aku salah satu dari mereka.