Naya POV
*Flashback*
Duh! Kenapa aku jadi bodoh sekali sih? Aku dengan teledornya malah lupa membawa tas yang berisi barang penting seperti dompet, gadgets dan semacamnya. Mengapa aku malah memalukan diriku seperti ini? Huh!
"I'm sorry before, but I kinda left my bag. Can I go to take it? I'm sure it only takes a minutes." Ujarku dengan air muka memelas,
Si penjaga kasir melihatku dengan tatapan yang seolah berkata, "Alasan, bilang saja tidak punya uang. Tampang mu tampang susah." Hih. Dia tidak tau apa jika di dalam sini derajatku lebih tinggi darinya?
Tak lama setelah aku bilang begitu ada suara laki-laki dari belakangku menyaut, "I take 1 mocha and a spaghetti Bolognese, please. Her bill's on me." Aku sedikit terlonjat kaget mendengar suara dibelakangku.Aku agak menyingkir kesamping. Untuk memberinya ruang untuk membayar dan juga untuk berterima kasih sekaligus mengganti uangnya.
Oh iya, ngomong-ngomong cowok yang tadi membantuku ini cukup tampan. Wajahnya seperti Arab India gitu.
Taklama kemudian, orang yang membantuku tadi menerima pesanannya.
Ia pun berjalan menghampiriku."Tidak usah diganti juga tidak apa-apa kok" Ujarnya sambil tersenyum.
"Terimakasih banyak, ya. Tapi aku tetap ingin mengganti uangmu. Sebentar, aku ambil uangku dulu." Aku bergegas keluar menuju mobilku.
Saat aku kembali ke dalam, ia ternyata sudah menempati salah satu meja untuk dua orang.
"Ini, terimakasih ya.. maaf, siapa namamu?" Aku lupa menyanyakan nama laki-laki tampan nan baik ini.
"Oh ya aku Zayn, Zayn Malik." What? Zayn Malik?
APA AKU BENAR-BENAR BERADA DI LONDON? APAKAH BENAR DUNIA INI SANGAT AMAT SEMPIT? MAKSUDKU, APA MEMANG DUNIA INI SESEMPIT PETA YANG ADA DIBALIK BUKU GAMBAR? Ugh, enough with capslock. Kata pujian yang aku lontarkan sedari tadi sangat aku sesalkan. Wajahku pun langsung berbah 180 derajat saat mengetahui namanya.
Mengapa dunia harus benar-benar sesempit yang orang-orang katakan? Aku pikir itu hanya ucapan belaka.
Mengapa kita harus kembali bertemu di London? Mengapa aku harus melihat wajah tam-- wajahnya lagi?
Aku yakin dia Zain, Zainku, maksudku, dulu. Ya dulu dia Zainku.
Langsung saja kujawab dengan dingin "Oh, hai zain. I'm Naya, Naya Benoist" Setelah aku berkata seperti itu tubuhnya langsung tegap dan ekspresinya sulit untuk dijabarkan.
Apakah dia terkejut karena aku memanggilnya 'Zain'? Atau karena dia ingat denganku?
KAMU SEDANG MEMBACA
In Between (One Direction)
FanfictionRead to find out:) [Dalam masa perbaikan. Tapi tetap bisa dibaca kok. Cuma sedikit agak lama update nya, hehe.]