Catatan:
Fiksi, dimana imajinasi tak membatasi kreasi...Fanfiction ini pernah dipost sebelumnya di akun fb saya. Sekuel dari judul yang sama. Kali ini adalah versi remake nya.
Pastikan pembaca berumur 18+ karena isi cerita memang untuk dewasa.
Enjoy the story****************
Suatu pagi.....
"Nuna......kau dimana?"
Teriakan itu begitu menggema. Menyerukan panggilan sayang yang tak berubah meski kami telah menikah, sebab usiaku memang lebih tua darinya. Suaranya berhasil memecah sepinya pagi dirumah kami. Aku sampai berjingkat dan hampir saja menjatuhkan gelas yang sedang kucuci. Bekas makan malam kami semalam.
"Dapur," aku balas berteriak, tapi tak sekeras suaranya. Karena aku yakin, dia pasti bisa mendengarnya. Tak lama kudengar langkah kakinya yang sedang berjalan dengan tergesa kearahku.
"Pagi, nuna!" sapanya, lalu dengan kasar memutar tubuhku untuk menghadapnya.
CUUPP
Kecupan lembut sedikit terburu, dia jatuhkan di bibirku. Dia memutarku kembali keposisi semula, menghadap bak cuci piring. Hanya dengan meliriknya, aku bisa tahu jika dia sedang mencari-cari sesuatu dilaci dapur. Aku tak tak tertarik untuk menanyakannya. Pekerjaanku belum selesai. Menyiapkan sarapan untuk pria tercintaku!
Dia beranjak dari dapur, sepertinya ke ruang tengah. Aku bisa mendengar suara berisik dari laci di meja foto.Selang beberapa lama, dia naik lagi ke lantai 2. Belum 5 menit, lagi-lagi aku mendengar langkahnya menuruhi tangga dengan terburu.
Aku tak tahan, melihatnya seperti itu! Kulempar sumpit makan yang belum selesai kusabun, dengan kasar kedasar bak cuci piring. Memutar tubuhku dengan cepat, lantas berteriak, "Hwang Chansung!!!" sambil kuhentakkan kaki kananku kelantai.
Seperti seorang pencuri yang tertangkap basah, tubuh bongsor itu spontan berhenti melangkah dan sedikit berjingkat kaget.
"Ne??" mulutnya melongo dengan ekspresi pabo yang membuatku gemas!
Kulepas sarung tangan karet dengan segera. Kakiku melangkah mendekatinya.
"Barapa kali aku bilang sama kamu, jangan berkeliaran dirumah dalam keadaan telanjang!!" aku melotot padanya.
"Mwo??" mulutnya makin menganga dan wajahnya makin terlihat bodoh, dan aku semakin suka. "Hahahaha....." kelakarnya dengan nyaring, menggema ke penjuru rumah. "Nuna~aa.....aku pakai boxer, tidak telanjang." dia menggeleng, seperti tanpa dosa.
"Itu sama saja! Dasar tidak tahu malu!"
Alisnya tertaut, bibir seksinya mengerucut. Bola matanya berputar. "Dengan siapa aku harus malu? Tak ada siapa-siapa lagi dirumah ini...cuma nuna! Lagi pula, buat apa malu, nuna sudah melihat SEMUANYA!!" ada penekanan pada kata 'semuanya' yang meluncur dari bibirnya.
"Kau....kau..." aku kehabisan kata-kata. Ini menyebalkan! Aku tak pernah kalah berdebat sebelumnya.
"Nuna, ini masih pagi! Sudah marah-marah begini....mmm...aku tahu!" kedua sudut bibirnya tertarik, lalu telunjuk chubby tangan kanannya bergoyang teratur didepan wajahku. Lantas dengan kasar, dia menarikku, mencengkramkan kedua tangan besarnya dengan lembut dikedua bahuku.
Dia sedikit menunduk, lalu sejurus kemudian dia sudah menyusupkan bibir bawahnya diantara bibirku yang terbuka.
Aku tak bisa untuk tidak membalasnya, terlalu indah untuk dilewatkan! Bibirnya, makin mendesak bibirku. Aku tak mau kalah, kubalas semuanya. Mendesak bibirnya dengan bibirku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suatu Pagi....
أدب الهواة"Hal terindah dalam hidupku, adalah masih bisa berbagi nafas denganmu, sebelum memulai hari" DEWASA!! Pasti paham kan maksudnya?! Jadi yang belum 18+, jangan ikut baca