Chapter 1 - Memories

96 5 0
                                    



"Ndaaa, Bundaaa..." Terdengar rengekan seorang anak kecil dari samping kursi yang sedang diduduki Ibundanya.


"Ya? Kenapa sayang?" balas Bundanya, dan langsung menggendong anak kecil itu dan ditaruh dipangkuannya.


"Ata kangen ayah Nda, Ayah kapan pulang?" Balas anak kecil itu.


"Ngg... Ayah bakalan pulang kok sayang, Ayah kan lagi kerja buat biaya hidup kamu sama Kak Kevin, biaya berobat Bunda, biaya makan kita, jadi kamu harus sabar ya sayang. Ayah lagi berjuang diluar sana buat kita. Jadi kamu berdoa yang banyak sama Tuhan, agar Ayah dapat uang yang banyak agar bisa pulang ke rumah, terus main-main lagi sama kamu." Ucap Bunda sambil mengusap pucuk kepala anak kecil tersebut.


"Tapi sampai kapan Ayah pergi, Nda? Ata udah gak sabar pengen peluk Ayah, pengen main-main lagi sama Ayah. Ata kangen sama Ayah, Nda." Balas anak kecil itu sambil memeluk tubuh Ibundanya, menyembunyikan wajah sedihnya dibalik tubuh Ibundanya.


"Iya-iya Bunda ngerti kok sayang, Ata yang sabar ya. Suatu saat nanti Ayah pasti dateng nemuin kita. Jadi kamu harus sabar dan jadi anak yang baik biar Ayah nanti makin sayang sama kamu. Ata percaya kan sama Bunda?" ucap Bunda dengan senyumannya dan menghapus sisa-sisa air mata anak kecil itu.


"Sstt... Udah dong nangisnya makin jelek aja deh anak Bunda."


"Ihh Bunda hiks, yaudah kalo gitu Ata mau mandi dulu aja ya Nda." Balas Nata kecil sambil turun dari pangkuan Ibundanya.


"Mandi sendiri? Emangnya Ata udah bisa mandi sendiri? Hm? Hahaha." Ledek Bunda sambil memamerkan kerlingan matanya.


"Ata udah gede tau Ndaaaa, Ata bisa mandiri mandi sendiri!" Balas Nata kecil dengan muka cemberut khas anak kecil.


"Hahaha oke-oke sayang."


Anak kecil itu pun langsung menyambar handuk bergambar shincan nya dan melesat ke kamar mandi. Tanpa diduga anak laki-laki yang masih mengenakan seragam SMP mendengar perkataan Bunda nya dibalik tembok pembatas rumah.


"Jangan kasih harapan ke Nata, seperti Bunda kasih harapan Bunda ke Kevin!" Ucap anak itu tiba-tiba keluar dari persembunyiannya.


"Kevin? Kamu ngomong apa nak?" Balas Bunda menyembunyikan kekagetannya.


"Bunda pasti tau maksud Kevin apa. Kevin cuma gak mau Nata nantinya bakalan disakitin sama yang namanya kenyataan, Nda. Kenapa Bunda gak kasih tau aja yang sebenernya ke Nata? Bunda mau buat Nata berharap tinggi sama laki-laki tua Bangka itu?"


"KEVIN!!!" Bentak Ibundanya. Kevin yang dibentak oleh Bundanya hanya terkejut tak menyangka.


"Maafin Bunda, Kevin. Tapi bukan itu maksud Bunda. Nata masih kecil Kev, apa yang akan dia pikirkan kalau tau Ayahnya sekarang sudah berubah? Seenggaknya tunggu dia sudah besar dia akan mengerti situasinya nanti. Dan tolong kamu bersikap sopan, karna bagaimanapun juga dia Ayah kamu!" Ucap Bunda yang terlihat masih membela suaminya itu.


Kevin menarik napas dan membuangnya, konflik dalam keluarganya begitu berat untuk dia topang sendiri, ditambah Ibundanya yang tetap bersikeras membela Ayahnya yang telah lama meninggalkan mereka.


"Terserah Bunda aja, tapi Kevin gak mau Nata bakal tersakiti sama kenyataannya yang sekarang. Gimana pun juga, cuma Nata yang paling dekat sama Ayah. Kevin juga pengen menghormati Ayah dan berlaku sopan sama dia Nda. Tapi buat apa, kalo dia nya aja berbuat-"


" KAK KEVIIIIIIIN." Ucapan Kevin terpotong oleh sahutan dari dalam rumah. Dan keluarlah Nata kecil dengan badan yang masih dibungkus dengan handuk shinchannya.


"Ata..." balas Kevin kaget yang melihat adik semata wayangnya datang kearah dia dengan penampilan seperti itu.


"KAK KEVIIIN, DIKAMAR MANDI ADA KECOA KAK! TOLONG USIRIIIN! ATA GELIIIIII." Teriak Nata kecil lantang sambil memeluk Kevin yang mesih terkejut disertain kebingungannya.


"Huftt... Kirain apa, kamu tuh nganggetin kakak aja sih! Kirain kenapa ckck." Ucap Kevin lega.


"IIHHH INI TUH DARURAT BANGET TAU KAK! AYO CEPETEN USIRIN! ATA MAU MANDI!" Balas Nata kecil masih dengan teriakannya yang maha dahsyat.


"Iya iya, Kak Kev usirin hahahaha dasar kamu bikin panic aja ckckck." Seru Kevin sambil mengacak-acak rambut Nata kecil.


"Ya udah Bun, Kevin bantuin Nata dulu didalam." Lanjut Kevin sambil menggiring Nata kecil kedalam rumah.


"Iya, kamu juga sekalian mandi Kev, Bunda udah masak ayam goreng kesukaan kalian berdua." Balas Bunda dengan senyuman, menertawakan tingkah anaknya yang paling kecil tadi.


"Kamu dengar kan Ata? Bunda masak ayam goreng! YEYYYYY." Ujar Kevin dengan senangnya sambil menggendong Nata kecil yang juga kegirangkan akan kelakuan kakaknya. Sejenak Kevin ingin melupakan perdebatan dengan Ibundanya barusan.


Bundanya hanya tersenyum melihat tanggapan kedua anaknya. Sudah lama sekali dia tidak merasakan kebahagiaan yang sederhana seperti tadi. Takdir seakan membolak-balikan hidupnya yang terlihat sempurna dimasa lalu, menjadi suram dimasa sekarang ini. Entah sampai kapan penderitaannya akan berakhir, karna begitu berat ujian yang Tuhan beri padanya. Tapi semua beban itu terasa ringan ketika melihat malaikat-malaikat kecilnya tersenyum setiap hari, setiap saat, dan setiap waktu. Memaksa dia sendiri ikut tersenyum dikala keadaan sedang diambang kehancuran.


"Orang terkuat didunia ialah orang yang tetap tersenyum dikala Ia sedang bersedih, kesusahan, bahkan di ambang kematian sekalipun."

.

.

.

.


PHOBIA LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang