Aku merampas senter kecil elliot dan menyenter ke arah note robert. Aku membolak balik halamannya dan aku bisa menemukan foto-foto korban pembunuhan selama ini. Mulai dari foto daniele, dagna juga vian! Yang paling menambah kecurigaanku adalah masing-masing foto disilang dengan spidol merah dan dibawahnya tertulis lengkap cara-cara pembunuhan para korban.
Aku semakin membelalakkan bola mataku melihat tulisan 'death' disetiap foto yang disilang. Apa maksudnya ini? Kenapa robert menulis hal macam ini pada note kesayangannya.
"Apa itu? Itu punyamu?" Elliot berbicara dengan pelan sambil berjalan mendekatiku. Rasa takut pada sosok elliot seketika lenyap. Aku menengadah menatapnya...
"Elliot apa kau pernah memakai kacamata?" Tanyaku.
"Tidak, mataku normal. Memang kenapa?"
Aku berdiri dan melihat isi note itu lebih jelas dengan bantuan senter kecil elliot. Sementara dia hanya menatapku penuh tanya.
Jantung ku berdebar-debar melihat foto-foto mereka di sini. Mulai dari foto ketika mereka masih hidup sampai foto pada keadaan mereka yang sudah tewas. Semuanya ada disini. Aku berusaha tenang dan membaca setiap goresan pena yang dia tulis didalam note ini. Sesak. Membaca kalimat demi kalimatnya membuat dadaku terasa sesak.
"Elliot..." Panggilku. Dia segera menyahut 'ya', padahal semenjak tadi dia masih tidak bergeming.
"Jam berapa...sekarang?" Aku berusaha berbicara dengan wajar tapi rasanya suaraku jadi sedikit bergetar. Aku melirik elliot dari sudut mataku. Dia mengeluarkan benda kecil persegi panjang yang bercahaya dari dalam sakunya. Ponselnya, tentu saja.
"Hampir jam lima." Katanya lebih seperti bergumam.
Aku menarik nafas sebentar sebelum berkata padanya,
"Hubungi orang terdekatmu. Minta dia datang dengan membawa petugas kepolisian."
"Apa?"
***
"Samanthaaa! DIMANA KAU! KELUAR!" Lagi-lagi aku mendengar dia berteriak memanggilku. Tapi dari nadanya sepertinya dia sudah mulai kesal. Mengingat semalaman dia mencariku.
Aku keluar dari ruangan ini untuk menemuinya. Menemui robert.
"Robert!" Panggilku. Hari sudah mulai pagi. Jadi aku bisa melihat sosok robert yang sedang berjalan diujung koridor dengan sangat jelas.
"Samantha!" Kata robert setengah terpekik. Aku diam ditempat. Sementara robert segera berlari kearahku.
"Saman...." Robert memperlambat larinya. Matanya membulat dan mulutnya sedikit terbuka. Seperti melihat sesuatu yang menakutkan.
"SAMANTHA! AWAS DIBELAKANGMU!" Teriak robert sambil kembali berlari menghampiriku.
"Elliot! Jangan dekati dia!" Teriak robert lagi. Aku tau elliot sudah berdiri dibelakangku.
Elliot diam, tidak menjawab. Aku juga diam. Dan elliot masih belum beranjak dari sana.
"SAMANTHA! PEMBUNUH ITU ADA DIBELAKANGMU! AWAS SAM!" Robert terus berteriak memperingatkan aku.
"Diamlah robert..." Lirihku. Robert mengerutkan dahinya. Dia berhenti ketika jarak diantara kami hanya tinggal 3 meter saja.
Aku memejamkan mataku, menarik nafas panjang sebelum berdesis berbahaya,
"Cukup sudah, jangan berpura-pura lagi..." Kataku, suaraku kembali bergetar. Sementara robert semakin mengerutkan dahinya. Wajahnya penuh dengan kebingungan.
"Aku, sudah tau semuanya."
"A-apa maksudmu sam?" Tanya robert. Aku menatap lurus dan melihat sosok wanita dengan rambut yang dikuncir satu tengah berjalan cepat kearah kami. Katherine. Jadi anak itu menghubungi khaterine?
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind His Glasses
Mystery / ThrillerPernahkah kamu mempunyai seorang teman berkacamata? Apa pendapatmu tentangnya? Aku pernah. Dan ini adalah ceritaku bersamanya. Tentang kesalahpahamanku. Aku...Samantha Williams ©flameunrii