Seorang gadis kecil berjalan di tengah-tengah hamparan bunga. Memakai mahkota yang terbuat dari kuncup bunga mawar pink dan lavender. Rambut yang menjuntai lurus tersapu oleh angin. Kulitnya seputih susu, dan mata almondya yang berwarna hitam. Gadis itu bernama ANGELA ANNA ROSABEL yang artinya setangkai bunga mawar yang indah dengan tetesan embun dari surga.
"Nona..... tuan sudah menunggu di rumah" kata seorang pelayang yang sedari tadi berada di belakang gadis kecil itu
"baiklah..... ayo kita pulang bibi Mihika" tangan mungilnya mulai menggapai tangan si pelayan yang bernama Mihika itu lalu menggengamnya dengan erat. Dengan langkah yang lembut pelayan dan gadis itu berjalan meninggalkan savana dan terus melaju menggunakan kereta kuda ke arah pusat kota.
***
"ayah aku sudah pulang"
"putri kecilku Anna, kemarilah duduk dipangkuan ayah" Dengan hati-hati gadis kecil itu naik ke pangkuan ayahnya.
"Anna apakah kamu bersenang-senang hari ini?"
"Tentu ayah, hari ini aku mengunjungi ibu bersama dengan bibi Mihika" Anna begitu bersemangat menceritakan pengalamanya hari ini
Si ayah terdiam mendengarkan putri kecilnya berbicara, dengan sedikit anggukan dan senyum di bibirnya. Kemudian si ayah, seakan menerawang jauh ke masa lalu, senyumnya menghilang digantikan muka datar. Seperti mengerti apa yang dipikirkan ayahnya, si anak ikut terdiam lalu memeluk ayahnya dengan begitu erat. Anna menangis dalam pelukan ayahnya, lalu si ayah mulai menenangkan Anna.
"Ayah, ibu telah meninggalkan kita, apakah itu karena aku?"
"Ada apa anakku? Mengapa bertanya seperti itu?"
"Aku mendengarkan para tetangga itu berbicara kalau ibu meninggal karena aku ayah"
"Dengarkan wahai putri kecilku, Ibu berhak memilih apa yang diinginkan olehnya"
"Jadi ibu ingin meninggalkan kita ayah, apa dia tidak mencintaiku?"
"Tidak seperti itu anakku. Kamu masih sangat kecil, untuk sekarang kamu hanya perlu tahu bahwa ibu sangat mencintai kita itulah alasanya dia pergi. Sekarang sudah malam.... cuci kakimu, gosok gigi lalu pergi tidur"
"baik ayah"
***
Tok,tok,tok.....
"Apa ayah menungguku untuk sarapan bibi Mahika?"
"Iya putri"
"Bukankah ini terlalu pagi"
"Ya putri, karena pangeran datang kesini"
"Benarkah... baiklah bibi Mahika, aku akan segera kesana"
***
Setelah selesai menata bajunya, Anna mulai berjalan dengan cepat menuju meja makan. Senyum tak henti-hentinya tersungging di bibir kecilnya. Sesampainya di meja makan, Anna sedikit membungkukkan badanya untuk memberi hormat pada pangeran Edmund.
"Duduklah Anna"
"Baik ayah"
Terjadi percakapan ringan antara ayah anna dan pangeran Edmund, sedangkan Anna hanya diam mendengarkan dengan sesekali memasukkan makanan ke dalam mulutnya.
"Maaf pangeran, Hamba tidak bisa menemani lebih lama, raja telah memanggil hamba"
"Tidak apa mentri, raja lebih membutuhkanmu"
"Pangeran bisa melanjutkan makan dengan ditemani putriku, Anna"
"Dengan senang hati mentri"
Dengan tergesa-gesa ayah anna meninggalkan meja makan menuju pintu. Sepertinya titah raja sangat penting. Ya.... ayah anna adalah mentri pendidikan sekaligus merangkap mentri tata negara.
"Anna, setelah makan aku ingin mengajakmu jalan-jalan, Apakah kamu mau?"
"Tentu pangeran"
***
"Jika pangeran berada di tengah rakyat tanpa pengawalan, bukankah itu berbahaya?"
"Iya Anna, karena itu aku akan menyamar menjadi rakyat biasa. Aku tidak mau melewatkan festival bunga"
"Jika itu keinginan pangeran, ayo kita pergi"
Anna dan pangeran Edmund turun dari kereta kuda mereka dan mulai menyusuri pasar yang saat ini dijadikan tempat festival bunga. Pedagang dari dalam maupun luar negri ikut berpartisipasi dalam acara ini. Festival bunga ada sejak zaman dahulu sebagai bentuk adat istiadat yang terus dilakukan hingga sekarang. Di meja-meja berjejer rapi buket-buket bunga hingga bunga yang ada di pot.
"Lihatlah pangeran bunga ini sangat indah"
"Anna, pelankan suaramu. Aku sedang menyamar menjadi rakyat biasa" Kata pangeran Edmund dengan nada berbisik
"Maaf, hamba sungguh pelupa"
"Tuan... bunga apa ini?" Tanya pangeran Edmund kepada pedagang muda itu
"Ini adalah Edelweiss tuan. Edelweiss adalah bunga keabadian"

KAMU SEDANG MEMBACA
You are my flower
Teen FictionEdelweiss, Edelweiss Every morning you greet me Small and white, clean and bright You look happy to meet me Blossom of snow may you bloom and grow Bloom and grow forever Edelweiss, Edelweiss Bless my homeland forever Aku mulai tahu, bahwa bunga itu...