SECOND

121 10 5
                                    

Bruukkkk...

Tubuhku terpental ke trotar.

Tiinnnn...

"Woy kalo jalan liat-liat!" gerutu seseorang dengan nada tinggi.

Tanganku gemetaran. Aku kaget dibuatnya. Kupikir aku sudah tertabrak mobil tadi, tetapi tidak. Tubuhku masih lengkap dan aku berada tepat di atas trotoar, di dalam pelukan seseorang. Ketika ku melihat, ternyata

"Lo gila ya? Kalo tadi lo yang ketabrak gimana?" celetus Tom yang ternyata sedari tadi memelukku.

"Kalo tadi gue nggak dateng gimana?" sahutnya lagi dengan nada cukup tinggi.

"Ha? Kok lo bisa disini? " wajah kaget, bingung, sekaligus trauma bercampur aduk di dalam diriku.

"Udah sekarang lo mau kemana? Biar gue yang nganter."

"Nggak usah. Gue cuma mau ke martabak situ tu. Gue bisa sendiri kok. Lo tenang aja."

"Bisa sendiri gimana? Mau ketabrak kayak gitu lo bilang bisa sendiri? Gila lo ya. Gue nggak mau tau pokoknya gue ikut."

Aku tak membalas apapun. Hanya terdiam dengan wajah shock bercampur bingung. Aku mengikuti semua yang Tom katakan.

"Mas, martabaknya 1. Nutela, Green tea, kitkat, coklat. Toppingnya disesuain sama rasanya ya."

"Oke mas, tunggu ya."

"Yah gue nggak bawa uang. Gue ambil uang di bank dulu ya."

"Gue anter ya."

"Nggak usah. Lo tungguin aja martabaknya."

Aku pun mencoba untuk menyebrangi kembali ramainya kendaraan yang berlalu lalang disitu. Kali ini lebih berhati-hati. Ku tengok kanan kiri. Sudah lebih sepi. Aku berjalan menyebrangi jalan itu.

Seperti tidak ada kendaraan sedikitpun. Benar-benar tidak ada klakso berbunyi atau suara mobil datang. Tanpa kusadari ada sebuah mobil sedan melaju dengan kecepatan penuh. Aku tetap berjalan.Dan.

Bruukkkk...

Kepalaku menyentuh kaca mobil itu sampai kaca mobil itu pecah. Kukira sudah sampai disitu.

Tetapi

Gaya yang mobil itu berikan berbanding lurus dengan tekanan yang kurasakan. Mobil itu mendorongku dengan sangat kuat. Tubuhku sampai terpental dan melayang jauh dibuatnya. Tepat sasaran. Tubuhku mendarat tepat di aspal yang saat itu sedang panas-panasnya.

Sekilas, aku melihat banyak orang mengerumuniku. Mengerubungku layaknya sekumpulan semut yang menemukan gula. Aku hanya terdiam lemas tak berdaya.

Kepalaku terasa pening. Rotasi bumi sangat terasa saat itu. Kerumunan orang di depanku seakan berputar-putar layaknya komedi putar. Aku merasakan ada darah segar yang mengalir, tetapi aku tak bisa berbuat apa-apa. Mataku semakin lama semakin berat membuatku harus menutup mataku.

####

Aku masih dalam keadaan yang sama. Gelap gulita, tak ada sepercikpun cahaya. Mataku memerah dan aku merasa ingin menangis. Tetapi tak bisa. Air mataku seakan habis dan tak tersisa lagi.

Aku berusaha untuk berdiri dan mencari bantuan. Sudah lama tetapi aku tak kunjung menemukan bantuan. Bahkan aku tak menemukan sedikit pun celah untuk keluar dari tempat mengerikan itu.

Kakiku lemas setelah lama berjalan. Tubuhku terdiam, semakin lama semakin turun. Kakiku tak kuasa menahan bebanku sendiri. Aku tertunduk lemas di tengah-tengah tempat gelap itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 29, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

69 HoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang