December's Heat

108 10 3
                                    


D e c e m b e r 's H e a t
by Heavadissia (@svteenagers)

Romance, Fluff, Drama // T // Ficlet
Jeon Wonwoo x Hong Riel (you)

.
December's Heat, 2015 @ Heavadissia
.

Jam tambahan akan ditutup dalam beberapa menit. Riel menatap ke luar jendela di mana butir-butir salju turun dengan jarang, lalu kembali ke depan di mana Kim Songsaengnim menebar senyumnya pertanda kelas akan di akhiri sampai di sini.

"Karena Desember telah tiba, dan itu berarti kalian akan bertarung melawan dinginnya cuaca--jangan pernah lupa untuk memakai pakaian yang tebal, ya." Begitu Kim Songsaengnim selalu mengingatkan mereka, memberi sepatah dua patah kata penyemangat atau saran untuk para penghuni kelas. Kemudian lelaki berusia dua puluhan itu tersenyum lagi. "Sampai jumpa besok senin. Selamat menikmati akhir pekan!"

"Ne, Saem."

Anak laki-laki akan sibuk mengantri untuk ke luar paling dulu dan beberapa siswa perempuan masih bercakap-cakap untuk acara hangout mereka. Hari ini kan akhir pekan. Kalau tidak pergi bersama teman, pasti akan dihabiskan untuk pergi kencan. Huh, Riel mendengus. Sepertinya memang hanya Riel yang enggan ke luar dari sekolah karena di luar salju sedang turun. Nyatanya gadis itu memang selalu benci desember.

Dan dia benci salju.
***

Riel ke luar lima belas menit kemudian karena rerintik salju tak kunjung mereda. Dengan asumsi tak ingin terjebak badai salju, gadis itu memilih lekas pulang. Walaupun sebenarnya ada alasan lain, sih. Wonwoo memintanya untuk lekas pulang. Ah, padahal laki-laki itu tentu tak bisa menjemputnya karena jadwal kuliah yang padat. Mungkin saja dia memang mengkhawatirkannya karena Riel sama sekali belum sampai rumah.

Arloji hitamnya menunjukkan pukul tujuh malam. Memang sudah nyaris larut. Pantas saja lelaki itu khawatir padanya. Dan semua yang patut di salahkan adalah Hong Jisoo. Kakaknya itu benar-benar pelapor yang baik untuk temannya. 'Awas saja jika kami bertemu di rumah nanti, pizza pesanannya akan kuhabiskan diam-diam!' Riel bersumpah.

Sementara Riel sibuk merencanakan seribu acara balas dendam kepada kakaknya yang tampan, seorang laki-laki dengan pakaian serba gelap menghadang langkahnya.

"Eo--Wonwoo~ya,"

Lelaki yang diketahui bernama Wonwoo itu hanya tersenyum tipis. Tangannya bergerak melepas syalnya dan melilitkannya ke leher Riel. Ah, gadis itu terlihat sangat imut karena syalnya hampir menutupi setengah wajahnya. Wonwoo melebarkan senyum. "Desember telah tiba, Riel."

Di luar dugaan, Riel hanya tertawa ringkas. "Ya. Aku telah mendengarnya puluhan hari kali ini. Tidak adakah hal lain untuk di dengar, memangnya." Gadis itu berjalan mendahului.

Wonwoo masih tersenyum dan lalu bergerak menyusul Riel. Ah gadis itu memang... benar-benar. Wonwoo menunggunya sedari tadi dan seenaknya Riel meninggalkannya.

"Tapi, apa yang harus dibahagiakan dari itu? Tidak ada hal yang spesial untuk di banggakan. Maksudku, ini Desember dan salju turun di mana-mana."

"Kedengarannya kau tak menyukainya." komentar Wonwoo.

Riel mengangkat kedua bahunya. "Yah. Aku memang tidak suka."

Sepertinya Wonwoo tak mengenal Riel cukup lama karena ia bahkan tak tahu banyak hal tentang gadis itu. Jadi mendengar hal mengejutkan ini, wonwoo tiba-tiba menghentikan langkahnya. Dan itu pula yang menjadi alasan Riel untuk melakukan hal yang sama. "Kenapa?" tanya Wonwoo.

Riel mengeratkan syalnya. "Karena hawanya. Dan saljunya." Ia berjalan lagi. "Desember itu selalu dingin. Aku benci dingin."

Wonwoo kembali menyejajari langkahnya. Anehnya, lelaki itu justru tersenyum. Matanya yang tajam jadi lebih sipit dan bibirnya jadi makin tipis dalam satu garis lurus.

"Aku suka, kok."

Riel tersenyum miring. "Apanya?"

"Hawanya. Saljunya. Dan segala hal tentang desember yang tidak kamu sukai."

Kalimat Wonwoo barusan membuatnya terkejut dan berhenti. Setelah semua orang--kenapa pula ia harus begitu berkebalikan dengan kekasihnya sendiri?

Sambil menatap ke dalam dua bola mata berwarna hitam legam milik Jeon Wonwoo yang ikut menghentikan langkahnya, gadis itu bertanya lirih. "Kenapa?"

Wonwoo melebarkan senyum. Riel jadi berpikir, apakah Wonwoo sangat hobi tersenyum sih? Coba dalam beberapa menit ini lelaki itu telah tersenyum berapa kali? Kalau terlalu sering tersenyum begini, kan, Riel jadi tidak bisa menolak pesonanya kan. Ia jadi terus mengagumi lelaki ini. Meskipun mereka sudah berpacaran nyaris setengah tahun lamanya. Bukankah itu norak sekali?

Lelaki itu tiba-tiba meraih tangan kirinya yang sedari tadi tersembunyi di saku jaketnya, menggenggamnya dan membawanya ke saku mantelnya sendiri. "Karena aku bisa melakukan ini," Dengan tangannya yang lain, Wonwoo meraih tubuh Riel ke dalam pelukannya. "dan ini, berkali-kali." Wonwoo mengusap kepala gadisnya sayang.

Benar, Riel. Desember tak selamanya menyebalkan buatmu. Ada hal-hal yang menyenangkan.

"Apa sudah hangat, sekarang?" Itu suara Wonwoo yang berbisik di atas kepalanya.

Riel tersenyum dan mengangguk. Membuat lelaki itu terkekeh kecil.

Desember tak lagi dingin. Saljunya pun tampak indah di mata. Dia sungguh tak lagi menyebalkan bagi riel--semenjak Jeon Wonwoo bersamanya.

Desember jadi menyenangkan kalau ada Wonwoo di sisinya.

.

.

| Fin.

December's HeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang