Keira diam sejenak, bagaimana ia bisa menolak permintaan ayah dan ibunya? Apa yang harus ia bicarakan dengan pria yang baru ia kenal? Apa mereka akan membicarakan mengenai rencana pernikahan mereka atas perjodohan ini? Memikirkan itu membuat Keira mual."Lakukan saja apa yang mom dan dad katakan. Kau juga harus menghormati mr. Clary. Percayalah pada ku semua akan baik-baik saja." Bisik Danial karena ia bisa melihat raut wajah lesu adiknya.
"Kenan, ajaklah Keira untuk berbicara. Daddy akan mengobrol dengan Calvin terlebih dahulu." Ujar Antonie.
Kenan berdeham, kenapa ayahnya tak langsung saja mengajaknya pulang dan malah menyuruhnya untuk berbicara dengan gadis acuh yang baru ia kenal?
Keira berdiri dari kursinya dan membenarkan dressnya. Keira langsung berjalan meninggalkan ruang makan dan pergi ke dermaga rumahnya seperti apa yang ibunya minta, tapi Keira tidak mau mengajak pria yang menurutnya sombong itu. Jika pria itu mau yasudah, jika tidak ya tak apa-apa.
Antonie menyikut Kenan memberi kode untuk mengikuti Keira. Kenan menatap ayahnya dengan tatapan lesu lalu beranjak dari kursinya mengikuti Keira.
Keira dapat melihat jika Kenan berjalan di belakangnya mengikutinya ke dermaga. Keira membuka pintu kaca menuju dermaga. Angin malam langsung menerpa Keira ketika pintu kaca itu terbuka.
Kenan masih berjalan mengikuti Keira. Keira berhenti ditepi dermaga dan memandangi jembatan Brooklyn dari kejauhan yang indah disinari kerlap-kerlip lampu malam.
Kenan berdiri agak jauh disamping Keira. Sama halnya dengan Keira, matanya memandangi jembatan Brooklyn itu. Tak ada kata yang keluar dari kedua insan ini. Hanya ada suara debur ombak kecil dari East River dan suara desau angin.
"Aku tidak bisa berbasa-basi lagi." Keira akhirnya memecahkan keheningan diantara mereka.
Kenan menoleh kearah Keira yang rambutnya terurai indah diterpa angin malam. Gadis itu merapihkan rambutnya sekilas lalu menoleh kearah Kenan yang juga menatapnya.
"Apa yang ingin kau katakan?" Tanya Kenan sedikit acuh.
Keira memutar bola matanya malas melihat keangkuhan pria ini, "kau tentu sudah paham apa tujuan ayah ku dan ayah mu memperkenalkan kita kan?" Tanya Keira sambil menatap Kenan.
Kenan mengangkat bahunya pura-pura tak tahu, "aku tidak tahu." Jawabnya yang membuat Keira kesal.
"Terserah apa katamu" Keira malas menanggapi omong kosong pria angkuh ini, "yang jelas aku tidak mau di jodohkan dengan mu." Ujar Keira jujur.
Keira menunggu apa reaksi Kenan, dan pria angkuh itu hanya menatapnya tanpa merespond ucapannya tadi. Keira benar-benar geram dengan Kenan.
Kenan berjalan mendekati Keira yang menatapnya dengan kesal. Ia menunggu apa lagi yang akan gadis ini katakan.
"Aku sudah memiliki kekasih." Ujar Keira lagi.
"Lalu apa hubungannya dengan ku?" Tanya Kenan sambil menaikan satu alisnya.
Keira menggeratkan giginya kesal dengan pria dihadapannya ini, "tentu saja ada! Aku tidak mau di jodohkan seperti ini. kita bisa bekerja sama untuk menolak perjodohan ini, bagaimana?" Keira mencoba membuat penawaran dengan Kenan.
Kenan menatap Keira dengan tatapan yang tak bisa diartikan, "aku tidak keberatan jika dijodohkan dengan mu." Ujarnya dengan smirk smile.
Keira langsung memelototkan matanya mendengar ucapan Kenan. Ia menginjak kaki kenan sehingga Kenan meringis dibuatnya.
"Dasar pria gila!" Keira langsung meninggalkan Kenan di dermaga.
Kenan yang melihat Keira sudah masuk kembali kerumah hanya tertawa. Ia senang karena bisa mengerjai gadis itu. Kenan mengingat betul bagaiman ekspresi wajah Keira ketika ia bilang ia tak menolak perjodohan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Equino
Rastgele-sequel of 'Mon Amour'- kau datang bagai hujan dikala kemarau kau sirami tanah tandus tak bertuan... kau datang bagai sinar di kegelapan mengusir seonggok bayangan yang menakutkan... kau datang dan mengingatkan jika masih ada hati yang ku kira suda...