Part 16

133 15 0
                                    

Sekuel ke 3 Devil Mask, Happy Reading....


Part 16

Sudah berjam-jam Aira berada di kamar mandi, Radit sudah berdiri lama di depan pintu kamar mandinya, dia masih mendengar air yang terus mengalir dan suara tangisan yang sahut menyahut terdengar di telinganya.

Jujur saja dia sangat khawatir, jika dia tidak mendengar suara tangisan itu, Radit sudah bersiap mendobrak pintu kamar mandi.

Gadis kecil ini sangat sombong, dia berlagak begitu berani tadi, tapi Radit sudah memperhatikannya sangat lama, dia tahu kapan gadis ini berlagak, kapan dia benar-benar menunjukan ekspresinya. Matanya yang bekilat dan sikap dinginya adalah kedoknya untuk menutupi gejolak dalam hatinya.

Radit menangkap itu tadi, makanya dia putuskan untuk menyusul Aira ke apartemen. Dugaannya benar, Aira sedang menangis sendirian di kamar mandi.

Radit masih bisa mendengar suara tangisnya, Radit bersandar pada pintu kamar mandi, dia melipat tangannya dan memejamkan matanya. Rasanya lebih sakit dari saat melihat Cherisa menangis ketika Rendy meninggal dulu, setiap isakkan Aira seakan seperti pisau yang menyayat hatinya.

Suara tangisan itu mereda, keran dimatikan. Radit melangkah pelan menuju ruang tamu. Dia duduk sambil mengutak-atik iPad-nya. Tentu saja pikirannya tidak ada di iPad.

Lima menit kemudian Aira keluar, dia kaget saat melihat Radit yang sudah duduk di sofa.

"Untuk apa anda kemari?" Aira menatap tajam. Radit hanya diam masih sibuk dengan iPad-nya.

"Apa anda ingin memutuskan kontrak?" Radit mengangkat wajahnya dan menatap Aira lekat. Aira memalingkan wajahnya.

"Apa kau tidak lelah bicara sambil berdiri?" Radit menatapnya sambil tersenyum, Aira mengernyitkan dahi.

"Duduklah... leher ku sakit jika harus bicara dengan mu yang sedang berdiri ..," Aira masih menatap tajam, Radit menatapnya intens.

"Apa kau mau aku mengandeng tangan mu, dan membawa mu duduk di sofa ini?" Radit menatapnya sambil tersenyum miring. Aira mendengus napas kesal dan kemudian duduk di sofa yang bersebrangan dengan Radit.

Radit menatapnya makin lekat, Aira makin jengah dibuatnya.

"Apa yang ingin kau bicarakan??" Aira menatap Radit makin tajam.

Radit tidak ingin kalah, dia menatap tajam Aira juga. Lama saling meleparkan tatapan tajam, Radit bangkit dan berdiri, dia berjalan menuju sofa Aira, Aira menautkan alisnya tidak mengerti.

Lama Radit berdiri di depan Aira, Aira tidak lagi menatapnya tajam, tapi dia sudah melemparkan tatapannya keluar jendela. Radit masih menatap tajam, hingga akhirnya Aira jengah dan balik menatapnya lagi.

Radit duduk tepat disamping Aira, Aira membulat matanya kaget, dia melompat dan bergeser kesamping, tapi sayang dia tersudut oleh sandaran kursi, tidak ada lagi tempat untuknya bergeser. Sementara Radit makin mendekatinya.

Aira mencoba berdiri, tapi dia tidak kalah cepat dari tangan Radit yang memegang tangannya dan menariknya untuk duduk. Aira terhempas ke sofa.

"Apa maumu?" Aira memekik kesal. Radit malah tersenyum senang. Aira makin melotot melihat senyuman bos mesum itu.

"Lihatlah ini ... ini Skripmu untuk syuting besok... Ada sedikit revisi." Radit mencondongkan badannya ke arah Aira, lagi-lagi Aira mencoba menjauh dan tetap gagal.

"Aku akan menceritakannya?" Aira menatap keluar jendela.

"Menceritakan apa?" Radit mengernyitkan dahi.

My Grumpy Girl(Catatan Hati Radit Sang CEO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang