Chapter 1

106 13 1
                                    


Park Na Mi berjalan tergesa-gesa menuju rumahnya. Angin malam semakin kuat berhembus diiringi dengan rintik-rintik hujan yang mulai turun. Sungguh! Baginya malam ini adalah malam terburuk untuknya. Sekarang sudah pukul 23.00 KST tapi Nami masih ditengah perjalanan pulang. Pekerjaan kantor yang menumpuk membuatnya kerja lembur hingga pulang larut malam seperti sekarang. Akibatnya Nami harus berjalan sendiri ditengah rintik-rintik hujan yang datang keroyokan(?).

Malam semakin mencekam, 4 pasang mata sedang mengawasi Nami. Ia menyadarinya dan berjalan semakin cepat. 2 orang asing itupun semakin mempercepat langkahnya dibelakang Nami. Dada Nami naik turun seiring napasnya sambil menahan rasa takut.

Namun, seseorang membekap mulut Nami dan membawanya bersembunyi dibalik tiang listrik yang lumayan lebar menutup tubuh mereka.

"Sial bagaimana mungkin kita kehilangan gadis itu" Gerutu salah satu dari mereka yang bermuka sangar dan gendut.

"Ahh~ kita gagal menikmati gadis itu!" Balas seorang yang bertubuh kurus dengan kulit yang sudah agak keriput.

2 Orang jahat itu terus menggerutu dibalik tempat mereka bersembunyi. Napas Nami semakin sesak akibat bekapan seseorang yang membekapnya barusan. Ia terus mencoba melepaskan tangan orang yang tak ia kenal ini. Namja yang belum Nami lihat wajahnya dan berani-beraninya membekap dan memeluk Nami.

"Hosh..Hosh..!" Berkali-kali Nami menarik napas dalam dalam mencoba menetralkan udara yang masuk keparu-parunya. Seharusnya Nami bersyukur sekarang. Kedua orang jahat tadi sudah pergi. Namja asing ini melepaskan tanganya dari mulut dan hidung Nami.

"Yaa! Kenapa kau membekapku? Aku bisa kehabisan napas!" Gerutu Nami

"Orang-orang tadi jahat, aku menyelamatkanmu" Ucap namja itu lembut

"Dari mana kau tau mereka jahat?" Nami malah bertanya bukankah ia harus berterima kasih pada namja yang telah menyelamatkan nyawanya

"Emh.. Ak..Aku sering lewat sini jam-jam seperti ini" Ucapnya terbata

"Oh, mianhae... Terima kasih sudah menyelamatkanku. Sebaiknya aku pulang, Gamsahamnida" Nami sedikit membungkukan badannya kemudian melangkah pergi

"Bisakah aku mengantarkanmu pulang? Tidak baik gadis sepertimu berjalan sendirian malam-malam" Ucap namja itu sambil mengejar Nami dan mensejajarkan langkahnya dengan Nami

"Mm.. Arraseo" Nami menatap dan menyunggingkan senyumnya pada namja itu. Namja tinggi dengan kulit agak gelap dan bibir tebal yang membuatnya tampak sexy. Tatapan matanya penuh ketenangan.

"Ireumi mwoyeyo?" Tanya namja yang sedari tadi Nami perhatikan

"Aku Park Na Mi, panggil aku Nami! Kalau kau? Aku belum mengetahui namamu"

"Aku Kim Jong In, kau bisa panggil aku Kai kalau kau mau" Ucap Kai lembut. Ia tampak memamerkan senyumnya yang tulus.

"Oh, Ne"

Hening! Setelah acara berkenalan mereka. Mereka tidak bercakap-cakap lagi. Gerimispun masih betah turun membasahi jalan kota Seoul yang sudah lengang. Angin malampun serasa menggrogoti tulang. Siapapun tak akan mau berjalan dengan cuaca seperti ini ditengah malam yang sepi. Termasuk Nami, jika bukan karena pekerjaan dia tidak akan seperti ini. Pulang dengan tubuh basah.

Nami menggosok-gosokkan kedua telapak tanganya kemudian menggosok-gosokkan ketubuhnya yang kedinginan. Bibirnya serasa membeku diterpa angin serta air hujan. Kai yang melihat Nami kedinginan melepas jaketnya yang cukup tebal.

"Pakailah! Kau tampak kedinginan" Kai memberikan jaketnya pada Nami

"Gamsahamnida" Nami memakai jaket yang diberikan Kai. Tubuhnya agak mendingan sekarang dibanding tadi.

Keheningan kembali menerpa keduanya. Entahlah sepertinya mereka berdua tidak memiliki topik yang penting untuk dibicarakan. Atau mungkin mereka sama-sama canggung.

Nami dan Kai berhenti disebuah gedung bertingkat. Gedung 30 lantai yang ditinggali Nami. Dia tinggal disebuah apartemen seorang diri. Keluarganya ada di Incheon. Nami sudah berpisah dengan keluarganya sejak memasuki Universitas Seoul. Ia berpikir ia akan lebih mandiri jika hidup sendiri dan tidak menyusahkan orang tua.

"Sudah sampai" Gumam Nami

"Kau tinggal diapartemen ini?" Tanya Kai

"Ne, kau mau mampir, setidaknya aku bisa membuatkanmu coklat hangat sebagai tanda terima kasih karena kau telah menyelamatkanku" Nami mencoba berbicara lembut sekali terhadap Kai.

Kai tampak memperhatikan langit sebelum menjawab tawaran Nami.

"Sebaiknya.................

Rain [kai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang