Andrea's PoV
"Jadi Dre, kamu harus mengerti keadaan sekarang. Ayahmu bukan penyihir sembarangan. Kau tahu itu," jelas panjang lebar dari orangtuanya. "Walaupun Rendra sekarang hilang entah kemana dengan teleportasinya."
"Rendra bukan menghilang, Ayah," entah sejak kapan Unla muncul dari pintu rumah. "Dia sempat menjemputku, sampai akhirnya dia memberitahuku bahwa dia akan pergi ke Eropa untuk mempelajari ilmu sihir lebih banyak," kemudian ia ikut duduk bergabung denganku.
Aku memang tak bisa merasakan aura sihir seseorang, tetapi aku masih bisa merasakan kekuatan sihir dalam radius satu kilometer. Ohya, ciri orang dalam menggunakan sihir sebenarnya berbeda-beda. Hanya tergantung kepekaan indera untuk mengetahui itu. Termasuk kekuatan teleportasi Rendra beberapa waktu lalu dan portal yang dibuat di belakang rumahku. Itu semua kekuatan dari Rendra. Kok rasanya ada yang aneh?
"Hahahaha," Ayah tertawa. "Dia belum puas dengan pengetahuan ya, walaupun tergolong Agante," kemudian raut wajah ayah berganti serius setelah melihatku. "Jadi, mau tak mau kau harus menuruti apa yang sudah ditetapkan oleh Ayah dan ayahnya Unla ini. Ya?"
Aku hanya mengangguk. Ditambah rasa kesal sih. Karena bahasannya sudah tidak mengarah lagi padaku, aku memutuskan untuk pergi ke kamar. Unla ikut-ikutan mengikutiku ke kamar, mungkin dia ingin tahu apa yang tadi dibahas saat dia tidak ada disini.
Setiba di kamar, aku rebahan di tempat tidur. Unla milih untuk duduk di kursi depan meja belajarku. Sudah jam 2 pagi, tak apa. Ini hari Minggu, waktu bergerak dengan cepat ya.
"Tumben diem, biasanya kalo tau aku langsung banyak bicara," aku memulai membuka suara setelah hampir 5 menit diam. Unla tak langsung menyahutku, dia terlihat memikirkan sesuatu yang sangat amat penting. Kalau dia bisa mendeteksi kebohongan seseorang, aku bisa tahu apa yang dia pikirkan. Bukan sihir, tapi semua orang memang bisa membaca isi pikiran lewat perilaku dan kata-katanya kan?
"Aku... aku khawatir sama Rendra. Tiba-tiba saja dia ingin ke Eropa dan menutup kekuatannya. Itu tak seperti dirinya," dia menjelaskan dengan perasaan sedih. Aneh, ini tak seperti mereka yang biasanya sering berantem dan cerita kenakalan Rendra. "Sudahlah, lupakan. Jadi, gimana ayah dan Tuan Thorque bicarakan tadi?"
Aku memang merasakan hal yang aneh, tetapi percuma kalau dipaksa. Unla tetap tak akan bicara. "Ayah akan mengawasiku lewat penyihir scout, dan kau juga ditugaskan untuk mengintaiku. Kalau gini kan, aku gak bisa bebas kemana-mana."
"Tapi kenapa? Apa yang terjadi?" Unla penasaran dengan keputusan Ayahku.
"Ayah menemukan energi hitam saat aku tak sengaja berpapasan dengan seseorang saat aku nonton pertandingan basket sekolah. Tapi aku sendiri tak tahu siapa itu. Hari itu banyak orang yang berpapasan denganku," sesekali aku menguap. Benar juga, ini sudah hampir fajar. "Unla, aku ngantuk. Tidur dulu ya."
"Aku ikutan tidur disini gapapa kan? Ngantuk juga nih," walaupun dia belum menunjukkan rasa kantuk, tapi dari matanya sudah sayu. Akupun mengangguk, dan akhirnya kami berdua tidur hingga rasa kantuknya hilang.
Leon's PoV
Le, aku akan ke Eropa untuk memperdalam ilmu dan mencari apa yang kau cari. Aku tak akan menggunakan Likamai padamu saat disana, jadi kau fokus pada rencanamu. Aku tak bisa memastikan kapan aku kembali, tetapi aku akan menghubungimu. Semoga sukses!
Sedikit demi sedikit, aku membuka mataku. Ada bayangan seseorang, entah siapa dekat denganku. "Selamat pagi."
Seketika aku melebarkan mataku, karena mendengar suara cewek. Hampir saja aku melompat dari tempat tidur. Hah? Tempat tidur? Aku di vilanya Rendra? Bukankah.....
"Maaf, kemarin aku menyihirmu terlalu kuat hingga membuatmu pingsan terlalu lama," oh, ternyata Polly. Kukira siapa. "Sebagai minta maafku, aku membuatkanmu sarapan."
Aku cuma mengangguk, keluar dari kamar tidur dan beranjak ke meja makan. Disana hanya ada sebuah piring berisi omelet isi daging dan sayuran diletakkan di sebuah meja berukuran 3x1 meter dengan pendamping susu dan jus jeruk. Hmmm, kelihatannya enak. Aku langsung duduk dan makan omelet itu hingga habis. Polly hanya melihatku makan di seberang meja. Setelah selesai makan, Polly langsung membereskan piring dan gelas bekas makananku.
"Rendra beneran pergi?" Aku masih duduk di meja makan, menunggu Polly selesai melakukan pekerjaannya.
"Iya, dia benar-benar pergi," Polly tidak merasa sedih, ia sudah terbiasa ditinggal Rendra sih jadi tak masalah. "Tapi aku merasa bahwa Tuan memiliki alasan khusus untuk pergi ke Eropa."
"Mengapa kau berpikiran seperti itu?" Sepertinya, ada hal yang aku tak ketahui dari Rendra.
Polly telah selesai melakukan pekerjaannya, ia pun keluar dari rumah tanpa menjawabku. Mungkin dia akan kembali ke dalam laut. Akupun mengikutinya sampai ke ujung daratan, dan ia menceburkan diri ke laut, berubah menjadi mermaid.
"Apa kau sudah melihat busur panah milik Tuan?" Aku mengangguk, apa salahnya dengan itu? Dia kan memang seorang Agante. Tapi aku baru tahu kalau dia seorang Archer. "Sebenarnya, busur panah milik Tuan lebih dikenal dengan Bow's Archer of Justice, busur panah yang katanya hanya dapat dimiliki oleh seorang di dunia," saat aku mau bertanya lagi, dia sudah berenang ke dalam laut. Ini memang sudah siang hari, sudah sepantasnya dia kembali agar tubuhnya tak kering akibat terpanggang teriknya matahari.
Aku tercengang dengan penjelasan Polly. Dia tidak berbohong. 'Jadi, itu panah yang pernah menyelamatkan penyihir hitam generasi ke-63 dari hukuman mati,' aku hanya terdiam. Banyak pertanyaan yang memenuhi pikiranku yang menuju pada satu hal:
Siapa Rendra sebenarnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Black-White Love
Teen FictionDALAM REVISI BESAR-BESARAN Siapa yang tak menyangka bahwa rumah tetanggamu adalah seorang penyihir putih? Apalagi dari keturunan paling dihormati di kalangan penyihir dan manusia karena kehebatannya. Jauh dari keramaian publik, ada yang memilih untu...