Dilla POV
"ma, pa Dilla berangkat dulu ya, udah telat. Yuk Kak" ucap Dilla kepada Rangga.
Hari ini gue ga bareng sama Dilo karena dia mau dateng pagi pagi. Entah untuk apa. Selama diperjalanan gue hanya mendengarkan lagu dan kak Rangga menatap gue dengan tatapan bertanya.
"apa si kak?" tanya gue, gue risih kalo dia natap gue kaya gitu.
"gimana keadaan lo? Makin membaik gak?" ucap kak Rangga.
"aku lagi males ngomongin hal itu" ucap gue.
"obatnya udah diminum?" ucap kak Rangga.
"emmm aku males, lagi pula obatnya nggak ngaruh sama penyakit aku" ucap Dilla.
"lo harus minum obat, perjalanan lo masih panjang dek" ucap Kak Rangga.
"diem ah kak, jangan ngomong apapun tentang penyakit ini sama mama atau siapapun" ucap gue dengan kesal.
Syukurlah akhirnya gue ga terlambat. sekedar info ya, ternyata Dela udah masuk kesekolah gue, dan reaksi gue sih biasa aja, tapi gue ada perasaan takut, sedih sekaligus khawatir. Ya you know lah.
Sepanjang koridor gue jalan melewati lapangan, dan ternyata disana rame banget, padahal sekarang bukan waktunya upacara. Tapi kok rame banget deh. Gue langsung mendekati kerumunan tersebut. Mencari tau kenapa pada rame gitu. Dan setelah itu gue melihat Salsa yang udah ada disamping gue. dan gue langsung menangkap sesuatu.
Seorang cowok sedang menembak cewe dikerumunan banyak orang. Dan gue ngeliat Dilo yang sedang nembak Dela. Kalian tau apa perasaan gue saat ini?
Sakit,
gue sedih? Tentu, marah? Marah sama diri gue sendiri karen gue terlalu berharap dengan Dilo, apa gue kecewa? Tentu.
Dan akhirnya yang gue pikirin kenapa jadi kenyataan kaya gini? Tbtb sepasang mata menatap gue, Dilo telah menatap gue seakan meminta izin ke gue untuk menembak Dela, dan refleknya gue hanya senyum dan mengangguk saja. Gue langsung melangkah mundur dan menjauhkan kerumunan tersebut.
Akting lo bagus banget sumpah Dil, bahkan lo masih bisa senyum sama dia dengan tulus ketika dia nembak cewek itu. Hebat. Ckck. Dan sekarang Dilo pun sepenuhnya milik Dela.
Tanpa disadari Salsa menggenggam tangannya sekencang mungkin sampai kulit tangannya memutih. Dia teringat akan hal dulunya. Setelah itu Salsa mengetahui kalo ternyata Dilla sudah tidak ada dikerumunan tersebut. Salsa segera berlari mencari Dilla, dan ternyata Dilla ada dikamar mandi sedang... menangis.
"Dill" ucap Salsa pelan.
"Dil, lo kenapa nangis?" tanya Salsa dan Dilla pun langsung memeluk Salsa erat.
"Sal, hikkssss.. apa gue salah kalo gue suka sama sahabat gue sendiri? Hikksss hikkssss, gue suka dan sayang sama Dilo bukan sekedar sebagai sahabat Sal" ucap Dilla sesegukan.
"uuuuu cup cup. Lo ga salah, dan gaada disalahkan dalam situasi kaya gini Dil, wajar lo sayang dan suka sama Dilo, dulu gue juga pernah ngerasain hal sama kaya lo dan-" ucap Salsa terputus. Salsa meneteskan Air matanya ketika pembicaraan terakhir.
"dan apa Sal?" ucap Dilla.
"Dan dengan cewek yang sama pula" ucap Salsa dengan bergumam, tapi masih bisa didengar oleh Dilla. Salsa menangis.. dia teringat kejadian dulunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HURT
Novela JuvenilCerita ini dikisahkan oleh dua orang sahabat. Klise memang. Tetapi didalam cerita ini dikisahkan seorang sahabat cintanya bertepuk sebelah tangan. karena itu satu diantara mereka ada yang memperjuangkan cintanya sendirian. Mampukah seseorang tersebu...