Tak terasa bulan dan tahun telah berganti. Sudah hampir tiga tahun ini aku berteman sekaligus bersahabat dengan Arya, tetapi sampai saat ini aku masih memendam perasaan itu padanya. Entah sampai kapan aku harus memendamnya? Aku masih belum mempunyai keberanian untuk mengungkapkannya, lagi pula aku juga tidak pernah cerita tentang hatiku sekalipun pada ibuku. Mungkin disuatu hari nanti jika aku sudah benar-benar siap akan aku ungkapkan.
Akhir-akhir ini memang aku dan Arya sudah jarang bermain bersama karena kita harus fokus dulu pada ujian nasional yang sudah tinggal 3 hari lagi. Aku sebenarnya sangat kesepian jika satu hari pun tak bersama Arya, tapi mungkin semuanya akan kembali seperti semula setelah ujian sekolah telah berakhir.
Waktu berjalan begitu cepat, hari ini adalah hari dimana tiba ujian nasional. Hari pertama alhamdulilah berjalan dengan lancar begitupun untuk hari-hari berikutnya sampai pada hari ke empat.
Semua anak nampaknya sangat bahagia karena sudah menyelesaikan tugas akhirnya, tapi aku masih belum sepenuhnya bahagia karena kelulusan belum ada ditanganku. Hari ini aku pulang dengan Arya, dia mengajaku ke tempat biasa untuk bermain sekaligus merayakan telah selesainya ujian disekolah. Seperti biasa aku selalu membawa buku gambar dan pensil, kayaknya gambaranku akan sangat bagus dengan suasana hatiku yang sedang bahagia lagi pula aku punya banyak ide-ide baru untuk gambaranku.
Akhirnya aku bisa bermain dan bersama-sama lagi dengan Arya, menggambar bersama diatas perahu kecil. Saat sedang asyik menggambar tiba-tiba Arya memanggilku
"Bunga.. coba lihat disana!" ujarnya sambil menunjukan dengan jari telunjuk.
Aku menjawab "Ada apa Arya?".
"Lihat itu disana ada ikan-ikan kecil." Ujarnya.
"Memang kau akan menangkapnya?" tanyaku.
Mengambil jaring ikan yang ada di belakangku. "Bunga, aku akan menangkap ikan-ikan itu. Kau suka ikan tidak?". Ujarnya sambil sibuk berusaha mengarahkan jaringnya kepada gerombolan ikan itu.
"Hati-hati Arya nanti kamu jatuh". Aku mencoba memperingatinya.
"Nih.. aku sudah menangkapnya. Satu untuku dan satu untukmu". Memberikannya kepadaku.
"Bunga.. sebenarnya aku ingin ngomong sesuatu sama kamu".
"Emang kamu mau ngomong apa?" tanyaku dengan penasaran.
"Eum.. Bunga, aku minta maaf ya selama ini jika aku banyak sekali salah sama kamu. Maaf ya Bung, kalo aku nggak bisa jadi teman yang baik buat kamu".
Heran. "Looh ko kamu bilangnya kayak gitu? Kenapa kamu harus minta maaf? Aku seneng kok punya temen kayak kamu."
"Bunga, sebenarnya aku sengaja ngajak kamu main kesini, mungkin ini adalah pertemuan terakhir kita dan mungkin aku tidak akan bisa melihatmu lagi." Meneteskan air mata.
DEG
Jantungku tiba-tiba seperti berhenti. "Maksud kamu apa Arya? ko ngomongnya kayak gitu? Kamu mau kemana?"
"Aku akan pindah rumah Bung. Waktuku disini mungkin hanya tinggal beberapa hari lagi."
"Apah? Kamu mau pindah kemana? Kamu tidak akan kembali lagi kesini?". Tanpa sadar aku meneteskan air mata.
"Tidak Bunga, aku tidak akan kembali lagi kesini. Sekarang ayahku sudah pensiun dari kerjanya dan kami harus kembali ke kampung halaman kami di Lampung. Walaupun ini berat untukku tapi harus aku terima. Aku harap setelah aku pergi akan ada penggantiku yang setiap hari menemanimu. Ikan ini adalah kenang-kenangan dariku, kamu pelihara baik-baik ya. aku tidak akan melupakanmu Bunga, kamu adalah teman terbaiku yang pernah aku miliki."
Itu adalah hari terakhir aku bertemu dengan Arya. Tak aku sadari kau telah pergi dari sisiku sebelum aku mengatakan perasaan ini padamu. Kali aku baru merasakan betapa rasanya patah hati, hari-hariku seperti tak berarti. Aku benar-benar sangat kehilanganmu, tak aku sadar air mata ini tak kunjung berhenti tuk menetes. Aku berlari menuju belakang sekolahku tak aku hiraukan hujan lebat yang turun sore ini. Mungkin jika aku berteriak sekeras mungkin hatiku akan terobati.
"Aryaaaaaaaaaaaaaaa, aku sangat mencintaimu tapi kenapa kamu pergi? Aku tak sanggup Tuhan bila seperti ini.. aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan saat ini".
Aku terus memanggil-manggil namanya sembari menangis dibawah guyuran air hujan. Tak aku sadari dadaku amatlah sesak, aku seperti tak bisa bernapas, entah aku tak ingat mungkin aku tak sadarkan diri. Saat aku terbangun aku sudah berada disebuah kamar kecil, aku melihat ke arah tangan kananku ada jarum infus. Apakah aku dirumah sakit? Ketika itu Ibu menghampiriku kemudian memeluku sembari meneteskan air mata. Ternyata penyakit paru-paru itu kembali menyerangku hingga aku harus berada ditempat ini lagi.
Mungkin aku harus belajar hidup tanpa Arya, aku harus kuat karena masa depanku masih panjang. Aku berharap Tuhan akan memberikan satu kesempatan lagi untuk bisa bertemu dengan Arya disuatu hari nanti.
"Arya, aku yakin cinta ini akan tetap untukmu sampai kau kembali lagi kesisiku".

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Mati "Ingin Ku Katakan"
RomanceMengenalmu adalah hal yang tak pernah aku kira sebelumnya. Berteman denganmu adalah suatu kebahagiaan bagiku. Setiap waktu kita selalu menjalani waktu bersama-sama, hadirnya dirimu dalam hidupku juga membawa cinta yang tak pernah kurencanakan. Karen...