1

35 3 0
                                    

Jumat
14/10(kam.)

Kostum:
-ripped jeans
-tunik biru lau bermotif bunga-bunga kecil
- red Flatshoes

Sekolah:
-bawa buku Bahasa inggris
-minta mom menandatangani surat izin untuk sejarah
-ulangan bahasa spanyol besok(tidak ada di silabus)
-baca ulang PR sejarah paginya.. Lelah..

Catatan:
-makan banyak karbo hari ini. (Mom membeli es krim mint chocolate chip!) OLAHRAGA!
-pesan celana ketat untuk Halloween.

_______

Bukankah jumat semestinya menyenangkan?
Jumat ini dimulai dengan buruk.

Catatan dinakasku tidak menyebutkan apa pun yang menarik. Kelopak mataku ingin terus terpejam; celana jin kesayanganku masih tersampir di keranjang cucian; dan tidak ada susu dikulkas.

Yang lebih parah, ponselku mati: ponsel merah permwn mengilap yang tidak akan diganti sampai jatuh diselokan; yang dilengkapi kalender dan alarm pengingat, dan pada dasarnya berfungsi sebagai selimut pengaman sosial portabelku.

"Kau akan baik-baik saja," kata Mom saat mengantarku kesekolah tadi pagi.

"Bagaimana Mom bisa tahu?" Tanyaku, "bisa-bisa ada ulangan matematika mendadak hari ini. Atau rapat sekolah yang tidak kudapatkan undangannya."

"Cuma sehari, London. Kau akan baik-baik saja tanpa ponselmu selama sehari."

"Bicara memang gampang," gumamku, memandang ke luar.

Sekarang, saat ini, berdiri disini, aku punya bukti bahwa Mom salah. Aku tidak baik-baik saja tanpa ponselku selama sehari.

Hari ini aku seharusnya membawa kaos baru untuk pelajaran Olahraga. Kalau saja ponselku tidak mati. Ponsel yang sidah diprogram olehku dan mom pada awal tahun dengan alarm pengingat untuk hal-hal sepele seperti ini akan memberiku instruksi, supaya membawa kaos baru untuk pelajaran Olahraga hari ini.

Gara-gara itu, hari ini aku berdiri diruang olahraga dalam balutan celana pendek dan sweter musim dingin, tidak tahu harus berbuat apa.

Karena tidak mungkin memakai sweter untuk bermain basket, aku meminjam kaos kepada Page. Kami tidak akan pernah benar-benar berteman, tapi dia tetap menanggapi dengan sangat antusias. "Tentu, London, ini. Lupa membawa kaos bersih lagi, hah?"

Lagi?

Di Dalam hati, aku membuat catatan untuk membuat catatan sungguhan nanti, sekaligus memikirkan mengapa dicatatanku hari ini tidak disebutkan tentang membawa kaos olahraga.

Page menggugah laminanku. Dia tersenyum dan menyodorkan kaos kuning cerah besar bergambar kucing riang dan bertulisan: HAVE A PURR-FECT DAY!

"Thankyou, Page," gumamku sambil meraih kaos itu, lalu cepat-cepat memakainya. Kaos Page hampir menutupi celana pendek yg kupakai. Mengapa hanya ada celana pendek di lokerku, bukannya pakaian olahraga cantik yang menutupi pantat, aku tidak tahu.

Catatan untuk diriku: tambahkan "bawa celana" ke dalam catatanku nanti.

Aku merasakan tatapan Page. Aku meliriknya dan, yep, dia memang sedang mengamatiku. Kami bertukar anggukan ramah sebelum aku menjejalkan pakaian harianku ke loker, membanting pintu, dan memasuki ruang olahraga.

Selama berjalan, aku memikirkan dua hal. Pertama, apakah Ms. Martinez akan memperbolehkankh mampir ke ruang perawat untuk meminta Band-aid karena lecet perih ditumitku terus-menerus tergesek olah sepatu olahraga bersama setiap langkahku. Dan kedua, mau tak mau aku berterima kasih pada bintang keberuntunganku karena hanya ada 12 siswa malang lainnya yang akan melihatku dengan busana mengerikan ini pada jam pertama pelajaran Olahraga.

Sayangnya, Mr. Martinez adalah seorang wanita berhati batu.

"Tidak," jawabnya waktu aku meminta izin untuk mengunjungi ruang perawat sebelum permainan dimulai.

"Tidak?" Tanyaku, heran.

"Tidak." Katanya lagi. Mata hitamnya menantangku untuk membantah. Dia mendekatkan pelutinya ke bibir, menyuruh kami bersiap-siap.

Aku tidak bodoh. Jadi, aku tidak memohon. Aku justru terpincang-pincang ke bangku di pinggir lapangan, bergabung dengan teman-teman setimku, dan bersumpah untuk tetap bermain walaupun kesakitan.

Kemudian, ditengah-tengah permainan yang kucurigai sebagai permainan bola basket berskor terendah dalam sejarah olahraga SMA, bunyi berisik bergema di ruang olahraga. Rambut-rambut halus dilenganku sontak berdiri, gendang telingaku membengkak, dan gigiku bergemeletik.

Sejenak, aku tidak mengetahui apa yang sedang terjadi. Ms. Martines melambai ke pintu keluar, dan teman-teman sekelasku berjalan malas-malasan kesana.

Baru ketika itulah aku mengertiZ

Latihan menghadapi kebakaran sedang berlangsung. Kami, para siswa Meridian High School, diharuskan keluar. Semua siswa yang berjumlah 956. Ketika aku, London Lane, mengenakan kaos kuning cerah bergambar kucing yang mengatakan HAVE A PURR-FECT DAY! Dan celana pendek kependekan untuk dinikmati oleh seluruh sekolah.

Yep, jumat ini memang menyenangkan.

ForgottennTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang