; 1

1.1K 76 0
                                    

Namjoon berjalan menyusuri jalan yang basah, akibat hujan kecil.

Warna tebal hari-hari hujan di Seoul.
Mobil-mobil berbalapan, payung menggeliat di semua tempat.

Ia berjalan sendiri, hanya dengan celana training kelabu, dan hoodie bercorak seragam tentara. Sekedar menutupi kepalanya dengan hoodie, tanpa payung. Menyaksikan banyak kendaraan berlalu-lalang di jalan raya.

Langit berawan dan udara jelas.

Ia menghentikan langkahnya. Mengapa aku disini? Gumam Namjoon di dalam hatinya. Melihat pantulan dirinya di genangan air. Begitu banyak pikiran di dalam otaknya. Namun ia masih bingung, sebenarnya apa yang Ia pikirkan? Bahkan Ia tak tahu harus apa sekarang.

Aku tidak tahu apakah aku punya banyak pikiran atau tidak ada pikiran sama sekali

Aku bangun ketika harus mendapat cahaya terang dari luar

Mentari pun tak tampak di langit hari ini. Ia tak tahu mood apa yang Ia rasakan sekarang. Ia meregangkan tubuhnya, sedikit menguap karena masih merasa kurang tidur.

Berjalan menuju sebuah tempat yang Ia tak ketahui, hanya mengikuti irama musik di earphone nya dan menuruti kemana kakinya hendak pergi kemana.

Lorong gelap nan sunyi, tujuan kakinya. Namjoon mencari tempat yang sedikit lebih bersih, lalu duduk menyila disana. Mengambil buku memo dan handphone di jaketnya.

Buku memo dengan lagu, aku tidak bisa menyelesaikannya di malam terakhir

Ia baru saja dipecat dari agensinya. Kesalahan yang begitu fatal, Ia tidak berhasil menyelesaikan aransemennya hari ini. Tetapi Ia merasa bahwa Ia masih berada dalam agensinya, dan bertindak untuk menuntaskannya hari ini.

Karena Aku akan menyelesaikannya hari ini, Aku menutup mataku dan mendesah

Merenung sejenak untuk mendapatkan sebuah ide cemerlang untuk lagunya, namun tidak berhasil.

Mengetukkan pena bertinta hitamnya di dahinya. Seakan memaksa otaknya untuk terus bekerja, berharap mendapatkan ide cemerlang sekarang juga.

Ia menyanyikan lagu yang belum tuntasnya perlahan, sadar diri bahwa suaranya tak begitu merdu untuk didengar. Setiap kalimatnya bermakna dalam, liriknya seperti rangkaian kata dalam novel dengan nilai seni tinggi.

Ia berpikir dua kali, Aku tak bisa menyelesaikannya malam ini juga. Gumamnya.

Apakah Aku adalah seseorang yang terukir? Apakah keberadaanku kepadamu ini seperti hujan?

Jika tidak, apakah Aku hanya seseorang yang datang dan pergi seperti hujan?

Ia beranjak, lalu pergi dari lorong itu dalam diam.

Tbc

P.s. Mungkin beberapa dari kalian salah paham tentang kalimat "Sadar diri bahwa suaranya tak begitu merdu untuk didengar." Sebenarnya, I appreciate Namjoon's voice so much. Saya juga merasa bersalah nulis kalimat tsb. Jadi, mungkin bisa disebut itu cuma kiasan aja. Maaf sebesar-besarnya dari saya. Hal ini tidak akan terulang kembali.


VOMMENTS REQUIRED!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

road path +namjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang