"Kamu mau minuman apa?" tanya Selila, berbicara kepada seseorang melalui ponselnya. Matanya sendiri menelusuri menu minuman di kafe itu--ada variasi teh, kopi, susu, jus buah, bahkan ada minuman beralkohol.
"Oh, itu aja? Oke, deh. Jangan telat, lho. Jangan buat aku menunggumu," ujar Selila, sedikit tertawa. Jangan buat aku menunggumu--kalimat dengan makna tersirat.
Selila tidak sedang tertawa bahagia, melainkan tertawa miris atas perkataannya. Sudah sejak lama dia menunggu orang ini menyerahkan hatinya. Sayangnya, baru pada kesempatan ini Selila ucapkan itu, itu pun hanya diselipkan dalam percakapan kasual dan dibumbui dengan tawa pula. Seakan kalimat itu sama sekali tidak penting.
Selila menuliskan pesanannya di nota pesanan yang sudah tersedia di atas meja. Dia sendiri memesan varian minuman es kopi dengan float es krim dan biskuit sandwich hitam populer--kesukaannya sejak kecil. Orang yang tadi berbicara padanya di telepon memesan jus melon dingin. Sebenarnya, tanpa bertanya pun, Selila sudah tahu 'dia' tidak akan memesan kopi atau teh karena ada masalah asam lambung. 'Dia' juga tidak menyukai susu karena menurutnya, rasa minuman itu aneh dan menggelikan di kerongkongan. Minuman beralkohol adalah hal yang tidak akan disentuh'nya' sampai kapanpun. Mungkin orang itu bahkan tidak sadar Selila memperhatikannya sedetail itu.
Yah, pada akhirnya, Selila tetap saja dibuat menunggu oleh 'dia'.
'Bahkan di saat begini, di saat aku meminta, kamu tetap membuatku menunggu,' pikir Selila, memandangi pantulannya di kaca jendela yang silau terkena matahari.
Menit ke-20 berlalu. Kedua minuman yang dipesan bahkan sudah datang.
Perasaan konyol mulai merayapi rongga dada Selila. Oh, apa sih yang diharapkannya? Seharusnya dia tidak perlu lagi melakukan ini. Tidak ada hari esok, tidak ada masa depan bagi hubungan mereka. Sayangnya, Selila sudah melakukannya, memanggil orang itu untuk bertemu. Sepenting itu? Ya, kali ini sangat penting.
Setelah 40 menit, terdengar sapaaan pada Selila yang terpekur menatap jalanan di luar sana. Selila mendongak, seorang pria berjalan masuk sambil tersenyum lebar dengan sinar matahari menari-nari di wajahnya. Saat mereka pertama bertemu pun hari sedang cerah, mungkin itu yang membuat Selila jatuh cinta.
"Rios!" sapa Selila terlebih dahulu.
"Hai, Lila. Sori, aku telat. You know lah, jam segini jalanan macet," sahut pria bernama Rios itu, dia segera menduduki kursi di hadapan Lila.
Rios adalah cinta pandangan pertama dan cinta pertama Selila, perasaan yang muncul sejak mereka masih kuliah semester 2. Orang yang membuat Selila tetap bersemangat untuk datang kuliah karena Rios adalah orang yang tidak pernah bolos kuliah. Dan masih banyak lagi hal yang Selila lakukan yang didasari nama Rios.
Selila lebih dulu menyukai Rios, sesuatu yang terjadi secara misterius karena Rios jelas-jelas bukan tipenya. Kemudian Selila berusaha mendekati pria itu, namun hanya sanggup menjadi sebatas sahabat. Rios tidak pernah memberinya kesempatan untuk lebih dari itu. Teman-teman perempuan Selila sudah sering menjodoh-jodohkannya dengan Rios. Awalnya Selila malu, namun akhirnya dengan putus asa berharap Rios setidaknya bisa dipengaruhi dengan cara begitu. Nihil. Rios telah menetapkan jarak di antara mereka berdua dan terlihat tidak bergeming dengan keputusannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALL I ASK (One Shot)
RomanceTentang permintaan terakhir dari cinta yang selama ini dipendam dan diabaikan, namun harus diakhiri untuk selamanya. Terinspirasi dari lagu Adele - All I Ask. Enjoy!