EPILOG

10.5K 507 36
                                    

EPILOG

Ha! Itu dia! Rei nyaris ingin jingkrak-jingkrak begitu matanya menemukan benda berkilau di bawah pohon itu. Tepat di sebelah batu yang lumayan besar. Hmm.. pantas saja gadis yang menangis barusan tidak bisa menemukannya. Rei membuang rantingnya dan langsung mengambil benda itu. Dia terpesona. Wow.. ini ini sebuah kalung yang indah. Bandulnya berbentuk angsa dan mata angsanya berwarna merah.
"Rei! Aduh kamu ini! dicariin kemana-mana! Jangan keluyuran dong!" omel mamanya sambil berjalan menghampirinya, "Ini bukan Bandung, Rei! Gimana kalo kamu kesasar?"
Rei langsung menyembunyikan kalung itu ke dalam saku celananya. Dia berjalan kalem ke arah mamanya dan nyengir, "Aku kan gak ilang, Ma.."
Mamanya melotot, "Bandel! Gimana kalo kamu diculik sama orang asing?!"
"Aku kan udah bisa bahasa Inggris. Barusan aja aku ngobrol pake bahasa Inggris.." ujarnya polos, "Dan dia ngerti.." Rei kecil mengangkat bahu dengan santai.
"Hey.. hey.. Ada apa ini?" Papa Rei yang menggendong Linda menghampiri mereka.
"Bagus, Tuan Eagan, anakmu yang satu ini nakal banget dan susah diatur. Masih untung dia kelayapan di parkiran, coba kalo dipusat kota Milan?" omel mamanya lagi, "Ya ampun, Linda, turun. Kamu udah besar, masa masih mau digendong?"
Papa Rei terkikik melihat istrinya yang terus mengomel.
"Ayo ikut mama, Linda. Kita ikut Tante Larissa, ayo.."
Linda akhirnya turun lalu dituntun mamanya menuju tantenya.
Tinggallah Rei dan papanya, "Ayo, Jordan boy, konsernya mau mulai.."
Tiba-tiba tanpa diduga Rei malah mengisyaratkan agar papanya berjongkok. Pria itu mengangkat alisnya geli tapi tetap menuruti anaknya itu. Rei berbisik di telinga ayahnya, "Aku ketemu cewek, Pa.."
Pria itu menatapnya kaget dan terkekeh geli, "Oya? cantik nggak?"godanya.
"Cantik banget, Pa! Rambutnya panjang!" ocehnya antusias, "Tadi aku ngasih dia es krim.."
"Whoa.. Perayu Kecil, kamu masih sepuluh tahun. Gak boleh ngegodain cewek.."
Rei cemberut. Dan pria itu tertawa sambil mengacak rambutnya."Udah ah.. Ayo kita susul mama kamu.." papanya masih kelihatan geli.
"Jangan bilang-bilang sama mama, Pa!"
Ayahnya berkedip menggoda,"Rahasia aman, Perayu Kecil. Ini masalah laki-laki. oke?"
"Oke.." Rei mengangguk.
Dan papanya terkikik lagi. Dia geleng-geleng kepala dan menuntun Rei,"Ayo kita nonton konser.."
Rei sekeluarga duduk di barisan tengah yang tepat menghadap panggung. Tante Rissa hampir tidak bisa berhenti cengar-cengir. Rei menikmati konser itu. Apalagi saat ada bocah seumuran dirinya memainkan piano dengan lihai. Wow.. Dia hebat. Napas Rei tercekat saat seorang gadis kecil muncul di sisi panggung yang lain. Itu gadis yang menangis tadi! Dia terus berjalan sampai berada ditengah panggung dan cahaya lampu sorot terus mengikutinya.
Gadis itu membawa biola. Dia memakai gaun putih yang indah. Saking terpananya, kata-kata yang tertangkap oleh telinganya hanyalah beberapa kata. Dan dia mendengar kata 'The Little Swan' sebelum kemudian gadis cantik itu membungkuk memberi hormat dan mulai memainkan biolanya. Rei makin speechless dan menatapnya tanpa kedip sampai gadis itu selesai. Bahkan saat tepuk tangan membahana pun Rei masih melongo. Sampai gadis itu turun panggung dan menghilang dari pandangan. Oh.My.God. Dia mengagumkan. Seperti malaikat yang diturunkan langsung dari langit.
"The Little Swan.." tanpa sadar Rei bergumam sendiri. Dan dia tersenyum begitu dia memikirkan bahwa dia akan bertemu gadis itu lagi saat mengembalikan kalung ini nanti. Hingga tiba saatnya konser itu berakhir, Rei sudah tidak sabar. Dia mengarang berbagai alasan untuk bisa kembali ke area taman parkiran itu.
Dia antusias menunggu. Lima menit. Sepuluh menit. Lima belas menit. Gadis itu tidak kunjung datang. Rei mulai kecewa. Dia memandangi kalung indah di tangannya itu. Kenapa dia tidak datang?
"Rei, kamu kenapa masih di sini? Ayo ke mobil, kita harus kembali lagi ke hotel.." ajak papanya.
Rei cemberut, "Bentar lagi, Pa.."
"Ini udah malem banget. Ayo, jagoan, kita harus pulang. Besok kita ada penerbangan. Gak boleh telat."
"Tapi, Pa-"
"Ayo.." Papanya menarik tangannya dan akhirnya Rei kecil hanya bisa pasrah digiring ke mobil. Di dalam mobil dalam perjalanan pulang, dia hanya menatap kalung itu. Akan aku kembalikan suatu hari nanti, batinnya dalam hati. Malaikatku yang cantik. Dia menggenggam erat kalung itu. Matanya perlahan terpejam karena mengantuk. Dan satu kalimat yang ingat sebelum dia benar-benar terlelap adalah... The Little Swan.. Rei kecil tersenyum dalam tidurnya. Dan dia tahu satu hal. Dia tidak akan melupakan sebutan itu. Sampai kapanpun.

* * *

THE END OF EPILOG

Chemistry #2 The Little Swan (Deryn's Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang