INFINITY #13

742 92 4
                                    

Louis melangkahkan kakinya dengan cepat menuju mobilnya sekaligus menekan tombol unlock dari kuncinya. Dia membuka pintu mobilnya dan mendaratkan pantatnya di kursi kemudi, dan membanting setir mobil.

“Sial”. Louis merundukkan kepalanya ke setir. “Kenapa begitu berat meninggalkan sendiri. Sialan.”

Diliriknya jam tangannya, waktu masih menunjukkan pukul 8PM, dan dia belum berniat kembali kerumah Danielle. Sejenak dia berpikir dan saat itu juga dia teringat sesuatu. Di ambilnya handphonenya dan menelpon seseorang.

“Halo” sapa orang seberang sana saat nada sambung ketiga.

“Kau dimana Li?”

“Aku, maksudku kami di apartemen Harry.”

“Kalian masih bersama?”

“Ya.”

“Aku kesana”

Liam menjawab dengan anggukan seolah Louis bisa melihatnya, dan disatu sisi Louis langsung mematikan sambungannya dan menuju apartemen Harry.

**

Satu hal yang tidak disukai Louis tinggal di apartemen. Menurutnya itu sedikit merepotkan ketika harus naik turun lift. Itu sebabnya dia lebih memilih rumah yang menurutnya lebih praktis dan lebih nyaman. Pintu lift terbuka, Louis masuk dan langsung menekan tombol angka 17.

Louis memencet bel, tak lama kemudian seseorang membukakan pintu.

“Welcome daddy.” Sapa Niall dengan cerianya ketika melihat Louis. Louis langsung masuk ke dalam dan mendapati teman-temannya sedang asyik minum bir. Suasana tiba-tiba saja hening ketika Louis datang. Louis yang bingung langsung menyapu keseluruh ruangan, dan mendapai Zayn duduk di sudut kanan ruangan itu. Louis langsung mencari dimana Liam.

“Kenapa kau tidak bilang si keparat itu disini?” semprotnya.

“Kau tidak ada bertanya padaku.” Jawab Liam datar.

“Kalau begitu terimakasih, aku pulang.” Louis berbalik dan melihat Niall di belakangnya merentangkan tangannya lebar, seperti hendak menangkap sesuatu.

“Jangan pergi Louis, please.” Mohon Niall.

“Louis, itu sudah sangat lama. Tidak kah kau mau memaafkan nya?” kali ini Harry.

“Kalau kau memaafkannya silahkan, tapi aku tidak.” Jawab Louis ketus.

Harry berdiri mendekat ke Louis, berdiri di hadapannya dan menggeser Niall yang masih mengembangkan tangannya seperti sayap.

“Menyingkir kalian berdua.”

Harry mengabaikan Louis. “Man.” Panggilnya pada Zayn seraya menggerakkan tangannya mengisyaratkan Zayn untuk datang. Zayn bergerak dari tempat duduknya ke arah Harry. Kini jarak Zayn dan Harry hanya sedikit dan kemudian Harry merangkul Zayn, di hadapan Louis.

“Tidakkah kau merindukan di saat-saat kita seperti ini?”

Niall yang tidak mau kalah merangkulkan lengannya pada Harry. Mereka berdua saling tersenyum. Kemudian Liam menyusulnya. Tapi kali ini dia merangkulkan tangannya ke Louis.

“Aku tau kau merindukannya tapi kau terlalu gengsi Man.” Bisik Liam ke Louis.

Ekspressi wajah Louis masih marah, mengingat dia sempat perang di jaringan social dengan Zayn secara langsung. Sedangkan yang lain tidak. Jadi wajar Louis lah yang paling marah disini. Selain dengan Harry, Louis lah yang paling dekat dengan Zayn dulu. Sebelum perpisahan pahit mereka kemarin.

Louis diam dan menggeleng. “Ini tidak berarti apa-apa sungguh.” Dia menepis lengan Liam.

“Aku minta maaf, sungguh.” Tiba-tiba Zayn bicara.

INFINITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang