Pagi ini cerah sekali; burung-burung berterbangan kesana-kemari, segerombolan anak-anak berjalan bersama ke sekolah, dan... "Pagi, sayang," ah! Ini suamiku. Pelukan hangat pun diberikannya padaku sepertu pagi-pagi lainnya.
Ah iya, aku lupa memperkenalkan diri. Namaku Alicia, Alicia Shadire. Terdengar aneh bukan? Sejujurnya, aku ini keturunan terakhir vampir terdahulu, Roby Shadire. Kau tidak perlu takut, aku sudah terbiasa memakan makanan manusia, suamiku yang mengajarinya. Dan lagipula, sinar matahari, sudah tidak membakar kulit vampir.
Kau pasti bingung, mengapa seorang iblis, dan manusia bisa menikah, iya kan? Duduklah manis, aku akan bercerita.
Sekitar 4 tahun yang lalu, saat itu aku dan Riel masih duduk di bangku kuliah. Dulu, tidak ada yang mengetahui identitas asliku; aku berusaha menutup rapat, bahwa aku ini iblis.
***
(4 tahun yang lalu)"Akhirnya.. Selesai juga," gumamku pelan, sambil merenggangkan badanku. Kelas terakhir sudah usai. Waktu menunjukkan pukul 4 sore, yang berarti, masih ada waktu untuk meminum 'jus tomat' khusus vampir-ku.
Buru-buru aku menyambar tasku, dan masuk ke toilet perempuan, bilik terakhir. Lalu, aku mengambil sekantung penuh 'jus'-ku dan meminumnya. "Hah.. Nikmatnya," kataku pelan, sambil terus menghisap habis santapanku. Oh iya, minuman sekaligus makanan ku ini, berasal dari darah domba.
Baru saja aku keluar dari toilet, segerombolan cewek-cewek berlarian di lorong kampus, menuju ke lapangan. Bukan tanpa alasan, pasalnya, Riel, cowok populer di kampus ku sedang bertanding basket. Meskipun ia tampan, jujur saja, aku tak pernah menyukainya.
Suatu hari, aku tak sengaja bertabrakkan denganya. Tak disangka, cowok yang digosipkan paling cuek, menunduk, mengambil semua buku-ku, dan memberikannya padaku. "Maaf," katanya singkat.
Keesokan harinya, mulai beredar kabar bahwa Riel menyukaiku, Alicia Shadire. "Halah, palingan hanya omongan anak-anak yang iri, karena Riel 'pujaan hatinya' membantuku," komentarku santai pada temanku, Na Ra, cewe keturunan Korea. "Benar juga ya," balas Na Ra, disambung tawa kecilnya.
***
(Waktu sekarang)Saat itu, gosip tentang aku dan Riel bertambah ramai. Ditambah lagi, Riel sejak hari itu mulai mengajakku pulang bersama. Oh iya, bahkan Na Ra, sahabatku, saat itu masih belum mengetahui bahwa aku adalah seorang vampir.
Semua berjalan normal; aku mulai suka dan dekat kepada Riel, dan nilai ku semakin membaik. Sampai suatu ketika..
***
(4 tahun yang lalu)"Hey! Kembalikan!!" Teriakku pada segerombolan cowok bandel yang melempar lempar tasku, jahil.
"Berusahalah lebih keras lagi, nona," ledek salah seorang dari mereka.
"Hey Mike! Coba lihat apa yang aa di dalam-nya!" Usul salah satu teman mereka.
"Baiklah," ujar Mike, sambil membuka tas ku, sementara yang lainnya menahanku.
"Pen ... Buku ... File ... Usb ... Tak ada yang spesial ... Eh tunggu," ujarnya, seperti menemukan sesuatu yang menarik. "Wah, jus tomat! Lumayan, tidak perlu lagi membeli minum di kantin," lanjutnya.
"Jangan diminum!!" Ujarku panik. Tapi usahaku sia-sia. Mike membuka, dan meminumnya.
"Hoekkk. Apa ini?! Rasanya seperti.." Mike mencoba mengingat minuman yang pernah dicicipinya. "Darah," lanjutnya. Seketika wajah Mike berubah menjadi ketakutan. "Vampir!" Teriaknya.
Cowok-cowok yang menahanku mendorongku mundur. Seorang dari mereka mencoba memukulku. Secara refleks, aku menangkis dengan kekuatan penuh, sehingga cowok itu terlempar menabrak loker.
Seluruh orang yang ada di situ mundur ketakutan.
Aku yang tersadar dengan semua yang terjadi, menerobos keluar, pulang ke rumah. Di rumah, aku hanya bisa menangis, dan menangis.
Esoknya, aku memberanikan diriku untuk kembali ke kampus. Baru saja aku sampai di gerbang masuk, spanduk dengan cat merah darah bertulis 'Pergi kau, Vampir!!' Terpampang jelas di pintu masuk menuju kampus.
Tampak anak-anak menyoraki-ku melalui jendela.
'Pergi kau, Iblis'
'Mati kau, Vampir'
'Vampir sudah layaknya mati!'
'Iblis!'Tanpa ku sadari, air mataku menetes lagi. Aku berlari pulang, dan menangis sejadi-jadinya.
2 hari lamanya aku mengunci diri di kamar. Sebelum akhirnya memutuskan, "Aku harus kembali ke kampus."
Perasaan takut, gelisah, dan sedih bercampur selama perjalananku menuju sekolah.
Dari depan gerbang sekolah, aku melihat seluruh teman-teman ku berdiri seperti menyambutku.
Aku pikir, mereka ingin meminta maaf, jadi, aku melagkah perlahan-lahan, sampai kurang lebih 2 meter.. "Lempar!!" Komando seseorang ditengah kerumunan.
Mereka mulai melempariku dengan kantung darah. Aku yang terpaku, hanya bisa menerima lemparan-lemparan itu. Tubuhku penuh dengan darah.
Rasa marahku mulai memuncak. Sebagai keturunan Vampir termulia, aku diberi kemampuan untuk mengendalikan darah.
Aku mengangkat tangan ku, menggenggam erat di udara, dan mereka semua tercekik; aku menghentikan aliran darah mereka.
***
(Waktu saat ini.)Saat itu, aku hampir saja membunuh mereka semua. Untung saja, Riel datang dan memelukku dari belakang, lalu berbisik, 'Apapun kamu, siapapun dirimu, aku mencintaimu.'
Waktu itu aku melepaskan mereka semua. Riel membawaku kembali ke rumahku. Riel berkata bahwa ia akan membawaku pergi. Sebagai seorang yang cukup kaya, Riel membawaku ke sini, Korea, tempat dimana tak seorang pun mengenal kami.
Riel mengulang kuliahnya di sini. Sementara aku? Berusaha mencari pekerjaan sampingan.
Setelah lulus, aku dan Riel memutuskan untuk menikah, dan menetap di Korea. Sekarang ini, Riel menjadi orang kepercayaan di salah satu perusahaan besar Korea.
Ya ... Tuhan itu adil. Ia menempatkan Riel di sisiku, saat tak seorang pun melirikku.
Ah.. Anakku sudah bangun, waktunya aku memberinya makan! Lain kali, aku akan bercerita lebih banyak lagi, oke?
KAMU SEDANG MEMBACA
Vampire Love
RomanceAlicia, keturunan langsung Vampir termulia, yang menikahi Riel, manusia biasa. Bagaimana iblis dan manusia bisa bersatu? Inilah kisah Alicia. ----------------------------------------------------- Cerita terinspirasi dari: Orange Marmalade Sirushi...