Memegang kepalanya yang masih berdenyut karena terlambat ia mengganggu dosen super kiler yang sedang serius mengajar, mungkin Hirra menjadi mahasiswa yang terpuruk hari ini.
Mendapat omelan dari dosen memang hal biasa bagi Hirra. Tapi tidak untuk hari ini, sejujurnya ia malas berangkat kampus karena badan yang yang tiba-tiba kurang vit ditambah kepalanya sedikit pusing akibat berdebat dengan kakaknya malam kemarin.
Hirra sekarang duduk di tempat biasanya ia menunggu Ghita selesai kelas. Biasanya ia menuggu sambil membaca novel tebalnya, tapi sekarang melihat satu halaman saja kepalanya semakin berdenyut pandangannya juga agak mengabur. Hirra butuh Ghita sebagai teman curhat keluhannya hari ini.
Ia mengambil handphonenya lalu mengirim pesan kepada Ghita.
Beberapa detik kemudian, handphonenya bergetar.
Sorry banget Ra. Gue baru ngasih tau sekarang, kemaren gue pulang kampus langsung pergi ke NY kakak gue sakit keras tiba-tiba.
From= Ghita
Hirra langsung mematikan ponselnya. Kepalanya berdenyut lagi, mengingat apa yang dikatakan oleh kakaknya. Membuat ia sangat ingin menceritakan kemabali kepada Ghita dan meminta sarannya.
Malam kemarin,
Flashback on
"Akhirnya adek gue, ngga jomblo sekarang."
Hirra yang baru membuka pintu kamarnya terkejut karena kakaknya sedang tiduran sambil memainkan tab nya. "Keluar lu kak, ngapain coba lu kesini?"
"Mau ngucapin selamat lah buat adek gue, masa ngga boleh?"
"Selamat apaan? Ultah gue aja masih lama."
Kakak perempuan Hirra gemas melihat adiknya setiap pulang kampus pasti otaknya agak lama, "Selamat udah tunangan lah, dodol."
Hirra menjatuhkan dirinya di kursi belajarnya, "siapa yang tunangan?, combro"
"hih, lu lah, misro.." kakaknya mengambil handphonenya lalu melihat wajah adiknya yang lesu, "Lu harusnya bahagia dong, kan lumayan nanti kalo jalan-jalan ada patnernya ngga sendirian jones mulu."
Hirra memutar kedua matanya, "Bodo lah, gue ngga berasa jones ini. Lagian kata mama, gue Cuma disuruh ikut acara temen papa doang bukan mau tunangan."
Kakaknya tertawa, "lu berapa tahun sih tinggal sama mama. Masa ngga tau watak mama kayak gimana? Lu inget kan gue dulu ngga mau dateng ke acara papa buat ngenalin calon suami gue, terus mama ngebohongin gue sampe di acara sono ternyata tetep aja gue dikenalin sama suami gue disana."
Hirra terdiam sebentar mengingat betapa keras kakaknya dulu menolak papa dan mama nya tentang perjodohan dengan anak teman papa dan mamanya, dan tetap saja sekarang kakanya sudah menikah dengan laki-laki pilihan kedua orang tuanya itu.
Sadar akan hal itu Hirra langsung menggeleng cepat, "Ngga, mama ngga bakal bohong sama gue."
"Ya, berdoa aja."
"Tapi kalo bener gimana dong? Gue ngga mau di jodohin kak.."
Kakaknya mengerutkan kening melihat Hirra, "lu masih suka sama Hilimi, Ra?"
Tepat sasaran.
Flashback off
"Hm, bangku ini kosong?"
Hirra tersentak dari lamunanya lalu mendongak melihat seorang laki-laki yang sedang memegang dua kaleng softdrink berdiri disampingnya. Hirra langsung mengagguk lalu dengan cepat ia mengatur detak jantungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hirra
Short StoryKetika 'Bagai Pungguk Merindukan Bulan' bukan lagi pribahasa untuk dirinya. A/N: . . Dedicated to @dinasyahira . . . Cerita ini Pengganti cerita 'Hi' yang belum selesai tapi akan dihapus. . . . Selamat membaca ^^ . . . Jangan lupa tinggalkan 'jejak'...