Dua

87 8 0
                                    

Happy Reading!

--

"Za, gue pinjem tugas lo dong." baru juga masuk kelas, Velove sudah berteriak pada temannya yang baru seorang diri berada didalam kelas.

"Berangkat pagi cuma gara-gara mau nyontek? Mau jadi apa negara ini kalau rakyatnya macam lo gini, Love?" ceramah wanita berkerudung yang notaben nya teman sebangku Velove -Riza-

"Ceramahnya nanti aja ya Bu Ustadzah, karna ceramah lo ngga bisa ngebantuin gue buat nyelesaiin tugas. Udah buruan mana buku lo." Velove menyontek Riza itu sudah biasa, dan Riza nya juga dengan suka rela memberikan tugasnya, walaupun ada perdebatan kecil dulu seperti tadi.

Beberapa menit kemudian, para penghuni kelas XI A3 berurutan hadir. Tumben sekali, baru jam 6 sudah pada berangkat?

"Za, gue pinjem tugas lo dong." Pinta Indah yang baru saja masuk. Murid yang lain hanya menganggukan kepala dibelakang Indah meminta belas kasihan pada Riza. Pasalnya, guru Matematika ini termasuk guru killer. Jadi mereka tidak mau menjadi santapan kemarahannya.

"Tuh dibawa Velove." Riza memajukan dagunya pada Velove.

"Bentar ya, kurang 1 nomer. Nanti punya gue, kalian pinjem aja." Velove masih serius 'mengerjakan' tugas.

Akhirnya setelah menunggu, mereka mendapat giliran mencontek juga. Jurus tulis cepat pun mereka kerahkan. Bahkan, Danang yang terkenal menulisnya paling lambat dan rapi, dalam hal mendesak seperti ini, dia bisa menyelesaikan tugasnya dalam waktu 5menit saja.

Beep.....Beep.....Beep....

Bel tanda masuk pun telah berbunyi. Kelas XI A3 pun seketika menjadi heboh, berlarian ke tempat duduk masing-masing.

1 menit..

2 menit..

Dika -Ketua Kelas- dengan tubuh tinggi dan kacamata minus yang bertengger di wajahnya, masuk ke kelas dan berdiri di depan kelas.

"Teman-teman, hari ini Pak Jati tidak mas-"

HOREEEE!!!!!

Belum juga menuntaskan pengumumannya, sekelaa langsung bersorak kegirangan.

"Tumben banget tuh Pak tua ngga masuk?" Ilham, selaku Bos Geng di kelas pun angkat suara.

"Pak Jati lagi sakit"

"ALHAMDULILLAH YA ALLAH" Gila! Kompak banget satu kelas ngucapin hamdalahnya.

"Gila ya lo pada. Guru sakit, malah Alhamdulillah. Dosa kalian." Riza pun berkhotbah.

"Za, jangan mulai deh. Lagian jarang-jarang kali tuh guru sakit." sahut Velove.

"Tau tuh Riza. Lo mau apa kalau kita disuruh mungutin daun kering ditaman gegara belum ngerjain tugas?" Sahut Ilham.

"Kita? Elo aja kali!" Riza tak mau kalah.

"Males ah ngomong sama Bu Ustadzah. Nanti malah dikasih dalil-dalil lagi." Langsung sekelas tertawa mendengar ucapan Ilham.

"Udah ah. Gue laper. Sarapan yuk, Za" Velove pun langsung menarik Riza keluar kelas. Ilham and The Geng pun ikut keluar kelas.

"Ngapain lo ngintilin gue?" Sengak Riza.

"Siapa juga yang ngintilin lo! Gue laper mau makan." Sewot Ilham sambil memegang perutnya.

"Velove cantik mau kemana?" Goda Adi yang berdiri disamping Ilham.

"Ke neraka! Mau ikut lo?" Jawab Velove asal.

"Gile Bro, Velove mau ke neraka." Ilham Cs pun tertawa lagi. "Udah sadar banyak dosa ya mbak? Hahaha..."

"Males ah ngomong sama orang idiot!" Velove dan Riza pun langsung melesat, tanpa mempedulikan ejekan Ilham lagi.

"Kok ke kelasnya Vero sih, Love?" Tanya Riza, setelah menyadari mereka sudah didepan kelas XI A1.

"Mau ambil sarapan gue." Velove celingukan di depan pintu. Untung kelas ini belum ada gurunya juga.

"Coro!" panggil Velove setelah mendapati Vero ditempat duduknya.

"Kenapa?" tanya Vero yang masih belum beranjak dari duduknya.

"Sarapan gue!"

Vero pun mengambil kotak nasi dan berjalan kearah pintu. "Nih!"

"Lo udah?" tanya Velove.

"Udah kok." mata Vero menangkap Riza yang ada di belakang Riza. "Za, nanti kerumah gue lebih awal ya? Katanya, Aziz lagi banyak PR. Mau sms kamu, lagi ngga ada pulsa" Ujar Vero.

"Oke. Nanti gue kerumah lo jam setengah 5." ucap Riza

Riza adalah guru lesnya Aziz -Adiknya Vero- yang masih duduk di bangku SMP kelas 3.

--

Suasana kantin sepi karena adalah jam pelajaran. Hanya ada segelintir orang.

"Lo ngga makan, Za?" Tanya Velove sambil membuka bekalnya.

Riza menggeleng. "Nggak. Gue udah sarapan kok dirumah." Velove yang ber 'oh' dan melahap nasinya.

"Baik banget sih Vero mau bawain bekal lo?" tanya Riza. Daripada tidak ada obrolan.

"Karna tadi kita berangkat kepagian, jadi Bundanya Vero bawain kita bekal. Mbak Siti juga tadi baru kepasar, jadi belum masak." Jelas Velove.

"Lain kali kalau mau berangkat pagi, bilang gue. Nanti gue bawain nasi goreng buatan Nyokap gue. Katanya lo demen sama nasi goreng nyokap gue?"

"Sumpah lo mau bawain gue nasi goreng nyokap lo?" Riza menggukkan kepala.

"Kalau gitu, tiap hari lo haeus bawain!" Velove terlihat sangat antusias.

"Dasar muka tembok! Udah dikasih ati minta paha! Kalau tiap hari gue bawain, yang ada nyokap gue bangkrut." Riza menoyor jidatnya Velove.

"Katanya nawarin, giliran di iya in, malah ngatain. Niat ngga sih lo!"

"Gue nawarinnya seminggu sekali aja. Ngga setiap hari Velove Cahya Nugroho.."

"Kalau mau berbuat baik tuh jangan tanggung-tanggung, Za. Biar pahalanya ngga nanggung juga." Velove kembali menyendokkan nasinya lagi.

"Capek ngomong sama lo."

--

"Mbak..... Mbak Siti...." Seorang wanita paruh baya, tapi masih cantik parasnya berteriak memanggil pembantunya.

"Iya Nyah..." pembantu yang bernama Mbak Siti itu pun menghadap di meja makan.

"Kemana si anak badung sialan itu?" tanya pemilik rumah -Mamanya Velove-

"Maksud Nyonya, Non Velove?"

"Ya siapa lagi disini yang badung? Masak Jessica? Ngga mungkinlah." Sengak Mamanya Velove, yang bernama Niken itu.

Btw, Jessica adalah kakak perempuannya Velove. -Jessica Ida Nugroho- Dia sudah kuliah semester 2. Retan usia mereka hanya 2 tahun.

"Non Velove sudah berangkat pagi tadi Nyah.." Lapor Mbak Siti.

"Mau sampai kapan Mama memanggil Velove dengan sebutan itu?" Suara bariton Papanya Velove mengintrupsi Niken dan Mbak Siti.

"Apa sih yang membuatmu sangat membencinya? Tolonglah beri dia kasih sayang sama seperti apa yang kamu berikan pada Jessica." Lanjut Papanya Velove.

"Sampai kapanpun, aku tidak akan menyayangi anak itu!" Kemudian Niken keluar dengan menenteng tas kerjanya.

Papanya Velove hanya menggeleng tak percaya, sedangkan di lantai atas ada seorang remaja putri menyaksikan perdebatan kecil diruang makan.

'Semua ini gara-gara anak itu! Papa sama Mama selalu saja bertengkar gara-gara anak itu! Papa juga lebih menyayanginya dari pada aku!' Batin Jessica

--

9 Maret 2016

VeloVeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang